"Manusia mati meninggalkan N̶̶a̶̶m̶̶a̶ jasad"

83 20 1
                                    

Suara sirine terdengar, kebisingan membuat tanda. Tanda yang menunjukkan jika ada hal genting. Suara dapat menjadi tanda, tanda bisa berupa kesedihan, kesenangan, penderitaan bahkan hal penting lainnya. Pria berkacamata itu sudah menunggu didepan ruangan outopsi, dengan kacamata dan rambut dibelah tengah. Ia sudah siap, ia menerima mayat yang dikabarkan itu tadi pagi. Para petugas mendorong keruangannya, tepat dimana banyak sekali mayat yang harus dioutopsi. Dengan tangan disaku bajunya ia berjalan .

" Letakan dilemari nomor 10" ujar pria itu, tidak lama kepala investigasi pembunuhan itu muncul dengan rambut diikat satu dan kacamatanya ia lalu mengetuk pintu untuk memberikan tanda. Ketukannya mengalihkan pria didepannya.

" Sudah lama tidak berjumpa, ethan " ia tersenyum, sambil melangkah kearahnya.

" Intan?, iya sudah lama sekali sejak kasus yang lalu. Bagaimana kabarmu '' ujar ethan, ahli forensik itu menyodorkan tangannya lalu mereka berjabat tangan.

" Baik, jenazah itu Aku rasa baru beberapa jam. Jadi kapan kita mulai, aku ingin ikut kamu meriksa lagi" ujar intan, keduanya sambil melihat mayat itu dimasukan. Petugas lalu pergi dan berpamitan seusainya.

Ethan memandang intan diam diam ketika ia bicara lalu berkata. " Kamu tidak berubah sama sekali, baik sikap maupun tinggi badan " ujar ethan sambil tersenyum lalu menggosokkan telapak tangannya ke kepala intan sambil tersenyum.

" Jangan serius-serius nanti mayatnya bangun lalu ngejer kamu loh" ujar ethan. Intan lalu berkata.

" Suka banget ngehina aku, mentang-mentang tingginya seperti tiang listrik " ujar intan dengan wajah yang memerah.

" Nanti malam, kalau kamu tidak keberatan dan juga kalau tidak takut sih. Aku hari ini ada kerjaan sedikit. Jadi ya, tidak bisa sekarang " ujar ethan sambil mengerutkan keningnya. Mereka berjalan keluar ruangan, lalu ethan menutup dan mengunci pintunya.

" Jenazah tanpa organ?, sepertinya baru pertama kali. Aku semakin penasaran, kamu yang naungi kasus ini ? Ujar ethan ia lalu duduk dibangku kayu depan ruangan itu lalu disusul oleh intan. Didepannya banyak disuguhi bunga melati yang wanginya manis dan kuat.

" Iya, aku yang naungi, Mereka butuh aku. Bunga-bunga ini. Kamu yang sengaja tanam?" Ujar intan sambil melihati bunga melati yang rapi tertara.

" bunga melati, dapat memberikan kontribusi positif bagi kehidupan, lihatlah baunya. Baunya mampu memberikan wewangian yang positif bagi kita. Menenangkan pikiran. Dengan kontribusi positif nya, bunga melati menjadi simbol kebahagiaan. Semua orang berhak bahagia bukan. Jenazah dibelakang kita ini berhak bahagia, tujuan diriku dan dirimu sama. Mencari tahu siapa orang-orang ini"  ujar ethan. Ia tersenyum lalu mengeluarkan coklat bulat dari sakunya.

" Ini, aku tahu kamu yang datang makanya aku Carikan coklat. Kesukaan mu kan" ujar ethan, ia lalu memberikan coklat itu kepada intan. Intan membuka lalu memakannya.

" Nanti , aku mau traktir makan siang. akan ku jemput ketika jam istirahat" ujar ethan sambil tersenyum. Intan menggeleng kan kepalanya sambil tersenyum. Ia lalu berdiri dengan kedua tangan disaku jaketnya. Menghirup udara lalu membalas.

" Baiklah jika itu maumu, kutunggu janjimu itu nanti " balas intan tersenyum tipis. Ia lalu pergi meninggalkan ethan. Ethan melihatnya pergi lalu memandang lama bunga melati didepannya.

'' dirimu seperti bunga melati. bagiku, kedatanganmu adalah simbol kebahagiaan bagiku" ujar ethan.

Ia berdiri lalu berjalan. Setapak demi setapak ia gaungi lantai koridor Pusat Kedokteran Forensik itu, lalu ia melihat langit. Matanya seperti paham terhadap arus langit. Langit yang cerah dengan setitik abu diujungnya. Yang menandakan jika secerah dan birunya langit, maka ia akan mencurahkan hujan yang lebat bak air kesedihan jatuh tak terbendung. Ia lalu melanjutkan perjalanannya, diujung koridor tampak ruangan besar. Ia melangkah kesana lalu masuk.

INTERWOVEN Where stories live. Discover now