"Tanda"

67 19 7
                                    

Rem kereta mulai berdecit, semua penumpang mulai bersiap-siap. Tas yang mereka bawa sudah mulai dipegang. Suara kebisingan suara-suara manusia yang tidak sabar untuk turun seperti gemuruh petir saut menyaut. Pagi itu hujan menyisakan rintikan kecil, badai yang ia curahkan semalaman kini sudah menipiskan airnya. Langit seakan puas seperti seorang manusia yang lega akan masalah hidupnya. Apakah langit memiliki masalah? Lalu kenapa ia mencurahkan semuanya dengan memporak-porandakan bumi dengan tangisnya. Dunia yang penuh dengan tanda tanya, sampai kapan ke misteriusan ini akan selalu ditutupi.

matanya mulai memelekan sedikit demi sedikit, uapan pagi dari mulutnya tak terbendung, walaupun rasa kantuk masih tersisa, dirinya harus bergerak pagi itu. Diseberangnya ternyata sulfati sudah mempersiapkan diri, badannya sudah rapi dan wangi. Ia lalu bangkit dari badannya lalu duduk dengan kedua tangannya disisi kanan dan kiri, saut-sautan pikiran masih terbayang karena kebelum sadarnya diri, hawanya masih diselimuti oleh dunia kelam tiada batas.

" Kamu... Sudah rapi saja.. hoaahhhhhh" ujar amron sambil menguap.

" Raup mukamu dulu ron, kita belakangan saja. Pasti nanti antre mau keluar. Manusia tidak ada yang sabaran " ujar sulfati didepan kaca yang ia sandarkan.

Dengan luntang-lantung amron berjalan menuju toilet yang tampak kosong, suara klason kencang kereta itu sesekali mengejutkannya diperjalanan menuju toilet. Toilet bisnis yang bersih, selalu dibersihkan demi kualitas pelayanan bagi para penyewa bisnis itu memang benar adanya. Kehidupan orang-orang kaya seperti selalu dimanja.

Tampak dari jendela kereta mulai perlahan berhenti distasiun ketibaan mereka, amron tidak ambil pusing. Dirinya sudah agak kebelet. Mengunci pintu lalu mengeluarkan segalanya membuat dirinya lega, raupan demi raupan menyegarkan wajahnya. Ia lalu mengeluarkan sisirnya, menyisir rambutnya kearah kanan sangat cocok baginya. Ia lalu berkumur dan menyemprotkan parfum kebadanya. Serpihan air yang keluar ketika ia menyemprotkan parfum itu, mengenai hampir keseluruhan badannya. Wangi mulai terasa ketika ia keluar dari toilet itu dan berjalan menuju bilik tempat kekasihnya berada

" OKE , AYO SEMANGAT" ujarnya didepan sulfati, sulfati tersenyum. Dengan rambut yang gerailan dan poni didepan, penampilan yang ia tampilkan kini berbeda dengan yang biasanya. Amron terpukau dengan melamun sedikit dengan mulut yang ternganga, takjub akan parasnya yang berbeda kali ini, maklum sulfati tidak sering merebang kan rambutnya, ia selalu mengikatnya.

" Kenapa kok bengong begitu sih?, ayo siap-siap. Kita tunggu semuanya turun aja ya, aku males desak-desakan" ujar sulfati sambil membereskan alat makeupnya. Binar dimatanya tidak dapat dipungkiri, raut wajah dan detak jantungnya juga tidak bisa dibohongi. Dia benar benar larut kali ini, kental seperti teh yang penuh kenikmatan.

Hampir 15 menit mereka menunggu para penumpang lain, kini saatnya mereka keluar. Sulfati hanya memegang tas jinjingnya saja. Segalanya amron yang ambil alih, ia seperti tidak tega jika sulfati membawa barang yang terlalu berat.

Sambutan rintik hujan membasahi wajahnya sulfati melihat langit masih dengan kesedihannya, ia lalu menundukkan kepala dengan tangannya diatas kepala, ia lalu lari dan mencari tempat berteduh lalu disusul amron. Suasana ramai distasiun pagi itu membuat kebisingan. apalagi dilengkapi oleh teriakan supir taksi yang memasarkan jasanya untuk para penumpang kereta.

Sebagian memilih menunggu jemputan, sebagian juga ada yang berjalan kaki. Mungkin rumah penumpang itu berada didekat sekitar stasiun itu. Melihat amron yang membawa banyak barang, dengan inisiatif sulfati mencari taksi yang kosong, dengan langkah cepat ia menghampiri pria tua yang menyandarkan badannya dimobil taksinya itu. Pria tua yang diam tidak ada gerakan untuk sekedar mencari penumpang, rautnya kini berubah ketika sulfati menghampirinya.

" Taksi pak ..'' ujar sulfati, pria itu lalu tersenyum lalu segera membuka bagasi belakangnya. Amron lalu menurunkan barang-barang yang ia bawa lalu memasukkan barang itu kebagasi mobil. Pria tua sopan santun itu, cocok sekali menjadi manusia baik. Malah yang lebih muda tidak ada yang sepertinya.

INTERWOVEN Where stories live. Discover now