"Panah yang tidak memahami arah ~Part 1~ "

70 22 0
                                    

....satu tahun lalu.......

" kehidupan itu antara ketenangan dan kehancuran, bagiku setiap manusia punya masanya, roda akan berputar. Akan ada yang berada dibawah dan ada juga yang berada diatas. Atas dan bawah itu ibarat ketenangan dan kehancuran. Manusia akan menganggap kehidupannya tenang jika rodanya diatas begitupun sebaliknya. Manusia akan menganggap kehidupannya hancur ketika rodanya dibawah. Namun ada manusia yang terkadang licik dengan rodanya, tidak mau turun, hancur dan sangat egois " ujar pria itu kepada anaknya. Ditemani oleh 2 teh hangat yang menjadi saksi percakapan mereka dimalam yang tenang dengan bulan besar memyinari bumi.

" Kamu lihat itu, bintang yang bersinar itu berasal dari masa lalu. Kenapa demikian?. Hal itu karena bintang membutuhkan 4.000 tahun untuk cahayanya sampai kebumi. Seperti bintang begitu pula kehidupan, proses. Proses dibutuhkan dalam kehidupan. Jika kamu maunya begini tanpa mengikuti proses, ya kamu tidak akan paham arti kerja keras" ujarnya lagi.

" Aku sebagai ayahmu hanya berpesan, jika kehidupanmu sekarang ini difase ketenangan maka jangan sombong lalu bersyukurlah. Kita tidak tahu kapan kita dilanda kehancuran. Namun jika kamu berada dikehancuran, percayalah kepada proses. Karna itu akan menuntunmu sampai ke tahap ketenangan itu lagi" ujarnya lagi

" Sudah habiskan teh mu ndre, besok bantu ayah untuk kekota membeli barang-barang yang kurang untuk toko" ujarnya sambil meneguk teh.

" Baik yah" ujar andre, ia mengambil gelas teh nya lalu meminum dengan cepat. Ayahnya pergi meninggalkannya

" Jangan lupa nanti pintu balkon ditutup" ujar ayahnya. Andre masih melihat bintang yang bersinar. Proses bintang untuk memancarkan cahayanya sangat lama akan tetapi bintang tetap konsisten dengan pendiriannya. Mata andre mengantuk ia pun lalu bergegas dari tempat duduknya. Membawa 2 gelas lalu menutup pintu balkon rumah dua lantai itu. Rumah yang besar untuk ukuran sebuah desa dan juga keluarga itu memiliki toko sumbako dipasar yang memiliki 2 pintu besi yang besar. Siapa lagi jika tidak bukan adalah keluarga pak juna. Dengan modal yang besar ia membangun usahanya itu, pria yang percaya terhadap proses dan tekun serta memiliki istri yang cerdas dan 2 pejantan disisi mereka. Malam itu andre menarik selimutnya, membuka tirai kacanya sambil menatap bulan dan bintang lalu beberapa saat ia tertidur pulas dibawa sinar yang menembus kaca.
.
.
.

" Sarapan siappp....." Ucap suara hangat yuli kepada seluruh penghuni rumah pagi itu. Nasi goreng hangat dengan campuran jagung dan telur orak-arik sangat menggoda. Irisan timun yang rapi serta teh hangat yang sudah terjejer rapi dimeja membuat hatinya senang. Pagi itu yuli lebih cepat membuat sarapan. Datanglah anaknya yang paling kecil dengan muka kantuk yang masih menyelimutinya.

" Loh mas mu masih molor ya, pasti efek begadang. Sana bangunin dulu, suruh dia sarapan" ujar yuli kepada anaknya yang kecil itu. Ia lalu melangkahkan kaki kecilnya kearah tangga lagi dengan muka kesal. Anak 9 tahun itu dengan lunglai setapak demi setapak lalu mengetuk pintu kamar saudara tertuanya.

" Mas andre, ooohh masss andreeee. " Ia membuka pintu yang tidak terkunci, ia melihat mas nya yang masih diselimuti oleh selimut besar itu. Ia lalu melompat ke arah manusia berumur 21 tahun itu dan mengagetkannya.

" Duaarrrrr, bangunnnnn." Ucapnya
" Apasih fano, masih pagi loh ini. Gangguin aja " ujar andre
" Mas andre ga liat apa ini udah jam 6, itu ayah udah mandi mau membeli barang untuk toko " ujar fano, mendengar hal itu andre langsung bangkit lalu mencuci muka. Mereka berdua lalu turun kebawah untuk sarapan pagi. Duduklah dua orang tua mereka yang sedang menunggu kedua anaknya untuk sarapan bersama.

" Hidupkan dulu mobil barangnya baru sarapan, memanaskan mesin sangat baik bagi kesehatan mesin." Ujar juna ke anaknya andre. Lalu mereka bertiga sarapan sedangkan andre langsung sigat menghidupkan mobil barang.

INTERWOVEN Where stories live. Discover now