"Pria dan keegoisan"

115 25 0
                                    


"catatanku, hari ini 23/10/1970 aku memutuskan hubunganku dengan bosku, dikota ini ditempat dimana ku mencari selembaran uang. Aku iklaskan semuanya. Semua telah kupasrahkan demi pernikahan ini." Perempuan itu menutup bukunya lalu menyimpan kembali kedalam tas, hobi wati tidak pernah berubah, selalu membuat catatan hidup sedari kecil. Sore itu ia berpamitan dengan majikannya Madona. Dengan membawa tabungan yang ia sisipkan selama bekerja dan uang pesangon. Ia rasa cukup untuk sekadar tabungan.

Stasiun sore itu sangat ramai, wati mengambil kereta sore agar pagi nanti ia dapat sampai dikampungnya. Sorak menyorak pedagang bak pasar dengam keramaian itu merupakan suatu hal yang lumrah. Didepannya dihadapan bangkunya duduklah perempuan berambut panjang dengan kacamata tebal nya.

" Mba nya mau kemana?" Basa basi wati, agar suasana tidak terlalu canggung, lagian mereka akan berada disatu tempat yang sama dan waktu yang lama. Mencari teman mengobrol adalah solusi yang tepat jika dirasa membosankan.

Perempuan itu menoleh kearahnya yang sebelumnya wajah ia palingkan ke arah jendela kereta yang kusam itu.

" Em anu mba, aku mau ke merapi mau mengunjungi ayahku" ujarnya.

" Disini kerja? " Ujar wati

" Iya, aku kerja di Elite Investigasi, mba ini namanya siapa, perkenalkan nama aku Ferdinand intan arumi, panggil aja intan mba, Ferdinand itu nama ayahku " sambil menyodorkan tangannya. Perempuan 24 tahun itu sangatlah cantik, melihat pakaiannya saja dapat diakui jika ia wanita berkelas. Wati yang melihat intan menyodorkan tangannya langsung ia sambut dengan menyodorkan tangannya juga.

" Siti hamidah wati, panggil aja wati. Jika mbanya kerja di elite investigasi berarti mbanya seorang detektif dong? ". Ujar wati dengan penasaran.

" Bener, tepatnya aku berada dibagian penyelidikan pembunuhan. Menurutku manusia butuh keadilan, dengan mereka dibunuh pastinya roh tidak akan menyelesaikan keadilannya sendiri. Ia butuh kita untuk menegakkan keadilan. Dengan adanya jasaku, aku berharap dapat membantu mereka yang kehilangan nyawanya." Ujar perempuan itu. Perkataannya sesuai dengan pemikiran. Kata katanya menjelaskan jika ia wanita yang independen.

Selama perjalanan dikereta mereka saling mengobrol dengan keseriusan hingga pas akhirnya intan berpamitan dengan wati karna stasiun tujuannya sudah tiba.

" Aku pamit dulu ya wati, semoga pernikahanmu berjalan dengan lancar dan hidup bahagia, semoga dilain waktu kita berjumpa ". Perempuan itu turun dengan harapan dapat berjumpa lagi dengan wati. Kereta pun melaju lagi, kini wati diselimuti kesendirian. Digerbong yang ia duduki hanya ada beberapa orang saja. Dari arah jendela muncullah rintikan air yang menyisaratkan datangnya hujan. Suasana menjadi dingin dan hujan mulai menderas. Kantuk wati mulai terasa. Ia tidur dan berharap esok ia bisa melihat matahari dengan kehangatan yang ia beri.

Paginya hujan masih menyelimuti, suara rem kereta saut-sautan menjerit. Wati terbangun dengan ekspektasi yang tidak sesuai keinginan, ia turun dengan disambut calon suaminya. Dengan menggunakan jaket kulit lelaki itu tersenyum kearah wati.

" Masss wiraaa" teriak wati. Ia berlari kepada pria bernama wira itu lalu memeluknya. Pria itu tersenyum. Selagi menunggu hujan reda mereka duduk diwarung kecil dekat stasiun. Hujan tak memungkinkan mereka pulang. Jika pun dilakukan maka keduanya akan basah. Diwarung tersebut mereka memesan makanan dan minuman hangat dan saling bercerita. Wira dengan kopi hitam pekat yang ia pesan, ia minum dengan penuh kenikmatan. Ia membakar rokoknya lalu menghisapnya dengan perlahan.

" Semua sudah kusiapkan, jadi kamu tidak perlu pusing. Kamu tinggal istirahat sambil menunggu hari pernikahan kita tiba" ujar wira.

" Iya mas, terimakasih udah bantu keluargaku juga selama ini" sambut wati sambil menyantap mie goreng yang ia pesan. Mereka mengobrol dalam selimut air yang turun kebumi. Keduanya dengan kehangatan membuat hujan yang deras itu cemburu dan meredakan kesedihannya.
Seminggu kemudian mereka menikah, pernikahan dilaksanakan dengan meriah, kesenangan keduanya menggambarkan kegembiraan hari itu. Momen momen yang tidak pernah terlupakan dijalani dengan suka duka. Hubungan keduanya sangatlah romantis.

INTERWOVEN Where stories live. Discover now