"Asa yang tak kunjung datang"

148 32 2
                                    

Suara burung bersaut-sautan dipagi hari, tanda dimana ia bersorak untuk seluruh alam jika hari ini telah dimulai, waktu menunjukan pukul 07.00 pagi sulfati bersiap-siap untuk kerja. Semenjak semeninggal kakeknya 3 bulan lalu, sulfati merasa kesepian. Rasa sedih, sepi, dan kehilangan menjadi satu. Terkadang ia juga selalu menunggu seseorang, entah sampai kapan hal ini berakhir, kesepian menjadi bak neraka baginya, hari-hari yang ia lalui saat ini hanya bekerja lalu beristirahat.

Ia mencuci piring lalu bersiap menuju tempat kerjanya, tidak jauh hanya beberapa meter karna ia bekerja dirumah mewah keluarga konglomerat didepan jalan besar itu. Rumah dengan desain eropa klasik mencerminkan keluarga ini seperti memberikan kesan mahalnya suatu keluarga. Sulfati sebagai art tidaklah sendirian untuk rumah yang sebesar itu, ia dengan 11 temannya bergantian bekerja disana, untungnya ia mendapatkan sesi pagi. Pagi itu sesampai digerbang ia tidak lupa memencet bel rumah itu lalu dibukakanlah oleh pak satpam.

" Pagi pak" ujarnya , senyuman sulfati sangat lah manis, ia seperti tipe gadis desa yang polos dengan rambut yang selalu di ikat satu, dari kejauhan ia melihat istri majikan, seorang perempuan bisnis dengan pemikiran yang matang serta berpendidikan duduk balkon kamarnya dengan secangkir teh panas, melihatnya diatas menyisaratkan perbedaan level. Ia adalah Madona,  businesswomen dibidang perhotelan, diumurnya yang masih dibawah 30 tahun merupakan rezeki besar yang ia raih. Apalagi ia menikah dengan pria matang kaya raya yang berkerja di pertambangan. Tidak diragukan jika keluarga tuan toni dan Ny. Madona merupakan keluarga konglomerat di kota itu.

" Pagi nyonya " ucap sulfati dengan senyum lebar dengan penuh ketulusan , iya segera masuk dan langsung bekerja.

Bekerja ditempat ini membuat sulfati harus lebih ekstra berhati-hati, interior-interior mahal dirumah ini saja jika rusak ia tidak mampu bayar. Rumah sebesar ini hanya dihuni dua orang saja, semenjak 8 tahun pernikahan mereka kabarnya Ny. Madona sudah dua kali keguguran. Mungkin hal inilah yang membuat ia selalu terpaku dengan jalan dipagi hari. Jalan yang dapat diibaratkan sebagai tujuan , setiap orang yang melalui jalan pasti mendapati tujuannya, karna tujuan dari jalan adalah memberikan arah tujuan yang ingin dituju. Jika segalanya sudah ia miliki namun satu hal yang belum ia gapai adalah memiliki anak. Mungkin ia melihat jalan di pagi hari adalah sebagai asa yang ia cari.

" Sul, jangan lupa kamar saya dirapikan, gelas teh saya di balkon jangan lupa di ambil, saya pergi kekantor dulu" ucap madona dengan blazer abu turun perlahan melalui tangga yang besar, bak ratu yang turun dari istana dengan memancarkan aura yang luar biasa. Sulfati yang berada bawah langsung menyaut.

" Baik nyonya" ujarnya dengan membungkukkan badan. Lalu ia membukakan pintu dan mempersilahkan madona keluar . Mobil mewah Lamborghini espada buatan italia yang diproduksi 2 tahun lalu sudah menunggu dengan body kilatnya , sopir yang berdiri tegap langsung membukakan pintu buatnya.

"Wahhh kapan aku bisa seperti Nyonya" ujar sulfati  ,ia kembali mengelap barang barang itu, dari kejauhan ia melihat temannya yang sedang mengepel lalu memanggil nya

" Wati ooh wati, tumben kamu masuk pagi? " Sulfati berjalan kearahnya lalu menepuknya.

"Biasa masuk malem, ada apa ? " Ujarnya

" Iya aku mulai hari ini udah ga kerja lagi sul, aku sudah bilang ke nyonya kalo Minggu depan aku udah mau nikah dan harus pulang ke kampungku, jadi aku memutuskan sore ini berangkat, nyonya bilang tunggu dia pulang, katanya sih mau dikasih pesangon hehe" ujar wati , perempuan dengan rambut kriwil itu senyum dengan penuh kegembiraan.

" Wah keren kamu wat, maaf ya aku gabisa kasih apa apa, aku cuma kasih doa semoga pernikahanmu berjalan lancar dan dikaruniai anak yang dapat berbakti kepadamu " ujar sulfati .

Wati merupakan perempuan dari tanah pesisir kota Mahakam, kota kecil yang penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya ia merantau menjadi art.

INTERWOVEN Where stories live. Discover now