⋆༺ 16 - NASTY

Start from the beginning
                                    

Segera Delacey menyalakan mesin mobil, melajukan kendaraan mewah itu dengan kecepatan tinggi untuk mengejar mobil merah yang sudah jauh di depan. Delacey berkendara ugal-ugalan sehingga mendapat sumpah serapah dari penggunaan jalan lain, untung saja tidak terjadi kecelakaan.

Namun, secepat apapun mobilnya melaju, Delacey kehilangan jejaknya. Mobil merah itu sudah menghilang dari pandangannya. Ia tidak berhasil mengejar sosok Mamanya.

Mungkinkah ia salah lihat? Atau wanita yang ia pandang tadi memang Mamanya?

Delacey yang frustrasi berakhir di ruangan penuh sekumpulan manusia berdesakan, menari mengikuti alunan musik berdentum nyaring di bawah lampu kerlap-kerlip yang berpenerangan pekat memantul di lantai.

Sudah bukan hal istimewa jika Delacey mengunjungi tempat seperti itu ketika stress, tertekan, sedih, dan perasaan hancur lainnya. Tempat itu selalu menjadi pelarian untuk melampiaskan serta menghilangkan setiap rasa sakit walaupun hanya bertahan sementara darinya.

Delacey yang duduk di meja berhadapan dengan bartender, sudah menghabiskan enam gelas alkohol dalam waktu singkat begitu seorang pria tidak dikenalnya tiba-tiba duduk di sebelahnya. Pria berkemeja bercorak flora marun itu memandangnya lekat, terutama di bagian belahan dada dan paha Delacey yang membuat pria itu menerbitkan seringai nakal.

"Hei, cantik. Sama siapa?" tanya pria yang tidak berhenti menatap Delacey dengan mata mesum. "Sendirian ya?"

Dalam keadaan setengah mabuk, Delacey menoleh ke pria di sampingnya. Peristiwa itu bukan hal asing lagi baginya yang sering mengunjungi kelab. Delacey senang minum dan menari sebebasnya tapi bukan berarti ia murahan dengan membiarkan pria yang menemuinya di sana, mencicipi tubuhnya. Delacey tidak akan pernah sudi. Ia hanya akan bercinta dengan orang yang ia cintai.

Setidaknya, Itu prinsip seksual Delacey.

"Sama nenek gue!" balas Delacey berteriak, meneguk kembali gelas ketujuh. "Gue lagi badmood. Don't get close before your fucking dick splits into three!" ancamnya kemudian mengacungkan jari tengahnya.

Pria itu terkekeh, pandangannya masih tidak lepas dari Delacey yang baru saja beranjak bangun dan berdansa bersama orang-orang di sana tanpa ragu dalam kondisi yang sepertinya sudah mabuk.

Pria itu tersenyum nakal, menggigit bibir bagian bawahnya, menelan saliva penuh nafsu ketika memandangi gerakan panas Delacey ketika menari. Hal itu sungguh-sungguh mengundang 'adik' kecilnya beranjak berdiri dan tegang.

Ia mengeluarkan sebuah obat dari saku celananya. Kembali mencetak senyuman mesum.

"Malam ini, lo harus main sama gue, Seksi."

Delacey tengah asyik berdansa mengikuti dentuman musik di antara lautan manusia seketika terhenti tatkala pria yang tadi mendekatinya tiba-tiba saja sudah berdiri di sebelahnya. "Lo... gue udah bilang jangan deket-deket sama gue 'kan, jing?!" Delacey berteriak dalam kondisi jiwa sudah tidak normal, tubuhnya l sempoyongan kesana kemari, tetapi ia masih bisa menyadari pria tersebut.

"Jangan galak-galak gitu, Cantik."

"Gak usah deket-deket, Jelek, Burik. Sana. Hush. Hush. HUSH!"

"Gue cuma mau ngajak lo kenalan dan temanan, gak lebih kok." Senyuman pria itu terbentuk semakin licik. "Gue Brent." Pria itu menarik tangannya saat Delacey enggan menerima uluran dari tangannya. Pria itu tertawa. "Gue tau lo ke sini pasti karena lagi sedih 'kan? Kenapa? Cerita sama gue aja. Gue pendengar yang baik kok, Cantik."

"Gak usah sok tau!" teriak Delacey jutek. Tubuhnya yang terhuyung-huyung, nyaris saja jatuh dan kehilangan keseimbangan, tapi itu tidak terjadi karena tangan Brent berhasil menangkapnya. "Babi! Gak usah pegang-pegang, berengsek! Jauh-jauh sana! Shibal saekkiya!" teriaknya makin nyaring.

DELACEY & HER GUARDIANWhere stories live. Discover now