⋆༺ 23 - TRIP TO HELL

1.6K 210 1K
                                    

1K nya dulu baru fast update! ·˚₊· ͟͟͞͞꒰➳
________________________________

"Tara! Jadi! Cookies babi buatan Delly!"

Perempuan yang terpaut lebih tua tiga tahun dari Delacey lantas melihat ke arah adiknya sambil bertepuk tangan lembut disertai senyuman hangatnya. "Yey. Great job, Delly," lontarnya mengelus puncak kepala Delacey.

Mata Delacey berbinar. "Kira-kira Jevy suka gak ya sama cookies buatan gue, Kak? Gimana kalau gue kasih malah dia gak suka dan dibuang."

"Kalau dia berani buang, bilang ke gue. Biar gue pukul tuh bocah," sahut perempuan berambut sebahu dicat pirang bergelombang. "Eh. Jangan dong, Kak. Kalau Jevy terluka 'kan gue yang sedih."

Perempuan tinggi di sebelah Delacey nyaris tertawa mendengarkan jawaban adiknya. "Jawaban lo kedengeran menggelikan. Kecil-kecil udah bucin. Dasar."

"Ih! Gue udah besar ya, Kak! Udah anak SMP! Emangnya Kakak doang yang boleh punya cowok! Lagian calon cowokku jauh lebih ganteng dari pacar Kak Gisella!" protes Delacey berkacak pinggang. "Jadi jangan seenak—ihh!" ucapan Delacey terpotong sebab kakaknya tiba-tiba mencium pipiya gemas cukup lama. "Kenapa Kak Gisell nyium gue?! Geli ih!"

Gisella terkekeh. "Udah, mending lo siap-siap buat berangkat ke sekolah biar gak telat. Biar gue yang masukin dan tata rapi cookiesnya ke toples."

Delacey tersenyum lebar kemudian memeluk kencang tubuh kakak perempuannya yang rela bangun lebih pagi untuk membantunya membuat pig cookies yang ingin diberikan kepada laki-laki yang dikagumi oleh Delacey. "Thank a bunch, Kak! Nanti gue beliin apapun deh, Kak. Mau sepatu, parfum, baju, handphone, apapun itu. Tapi pake duit Papi, hehe. I love you, Big Sister!"

Gisella balas memeluk Delacey. "I love you more, my lil sis."

Ingatan lama tentang seseorang yang amat Delacey sayangi terlintas, mengundang air mata dari cewek yang memejamkan mata dengan sempurna. Kenangan-kenangan sebelum dunianya hancur muncul seperti rekaman ulang adegan film yang diputar di kepala, sekaligus membangkitkan rasa sakit dan luka yang selama ini Delacey berusaha mati-matian menguburnya.

Baik itu kenangan indah maupun buruk, akan tetap menyakitkan. Sebab kenangan yang teringat itu adalah momen bersama seseorang dari semesta berbeda dengannya. Seseorang yang telah pergi jauh dan tak pernah lagi kembali. Sekalipun Delacey selalu mengharapkan kemustahilan itu.

Tetapi ia tahu, itu tidak akan pernah terjadi.

Gisella, Kakaknya, tidak akan pernah kembali.

"Sely...Sely..." Delacey bergumam sambil membuka mata. Semula pandangan dan pendengarannya begitu samar sampai di detik berikutnya ia sadar apabila dirinya ada di dalam mobil dengan seorang pengemudi di depannya.

Delacey mengernyit lesu. "J-Jev?"

Kesadarannya masih berproses untuk terkumpul sempurna, cewek itu hendak mendekat ke pengemudi hingga merasakan tangannya tidak leluasa bergerak. Segera, Delacey menoleh ke arah tangannya. Ia terbelalak, kedua tangannya ternyata diikat kuat dengan tali. "Fuck...."

Kesadarannya langsung kembali, Delacey ingat apa yang terjadi sebelumnya. Di mana seseorang yang tidak ia ketahui siapa, tiba-tiba muncul dari belakang dan membekap mulutnya sambil menariknya menjauh hingga ia tidak sadarkan diri setelahnya ketika Jeaven sedang bertarung dengan Oscar.

"Sialan!" pekik Delacey. "Who the fuck are you?! Lepasin gue, anjing! Mau apa lo sama gue?! Lepasin gue!" Delacey memandang pengemudi yang membawa mobil itu dari spion dalam, mendapati sosok misterius serba gelap. Topi, masker, dan kacamata berhasil menutupi wajah pengendara itu. "Woi, Sialan! Siapa lo, Anjing?!"

DELACEY & HER GUARDIANWhere stories live. Discover now