Pertanyaan Dadakan

987 215 154
                                    

"Masih belum bisa?" Arletta bertanya pada Malvi dengan suara resah. "Setengah jam lagi tamunya datang."

Gadis di hadapannya tidak menjawab. Ia sedang sibuk merapikan kue yang rusak. Kalau tidak menabahkan hati, sudah disumpalnya mulut Arletta dengan kaus kaki.

Sambil memperbaiki lapisan fondan, Malvi bertekad tidak mau lagi menerima Pesanan Roro Jongrang dari Arletta. Gilak! Tekanannya seperti menghadapi lima pelanggan sekaligus. Banyak komen, banyak yang dibilang kurang. Yang lebih apes lagi, kue pesanannya malah rusak. Gara-gara di perjalanan, Kayas tancap gas saat mereka melalui polisi tidur. Alhasil, kue yang membuat Malvi tidak tidur itu harus dibetulkan. Bolu bergambar Fluttershy itu menempel ke sisi boks, bentuknya jadi penyok.

"Bisa selesai tepat waktu, kan?"

Malvi menahan dengusan sewaktu meracik butter cream. Untungnya yang merasa pantatnya terbakar bukan cuma dia. Jadi ucapan Arletta tadi segera ditukas orang lain.

"Gan, Ta, mending kalian nunggu di depan. Kalau ada tamu bisa diarahin langsung. Kue ini biar gue sama Malvi yang urus."

Sagan kelihatan hendak protes tapi Marshal mengulangi suruhannya. Ketika terdengar panggilan Qwin dari ruang tamu, mau tidak mau Sagan dan Arletta bergegas.

Marshal tahu Malvi sedang cukup tertekan. Jadi ia memilih bungkam sambil menyaksikan temannya memperbaiki kue. Gadis yang memakai sarung tangan itu menatap bolu buatannya dengan fokus, sementara tangannya lincah menghias. Wajahnya mengerut lucu, membuat Marshal harus menahan diri untuk tidak menggodanya.

Syukurlah, usahanya ——untuk tetap diam namun siaga jika dibutuhkan—— mendapatkan hasil. Malvi mampu menyelesaikan hiasan kue tepat waktu. Qwin kelihatan girang dan berterima kasih. Acara bisa dilangsungkan.

Jujur saja, Malvi tidak begitu menikmati perayaan ulang tahun anak mantan pacarnya. Selain terlalu bising, matanya beberapa kali melirik ke arah si mantan. Ia sudah hendak pergi setelah kuenya jadi, tapi Marshal menahannya dengan wajah memohon.

"Please, Malv. Temenin dulu, saya malu jadi satu-satunya orang dewasa di antara bocil."

"Mbak Letta dan Mas Sagan nggak dianggap? Lagian ada orang tua murid yang nganter. Tuh, lihat."

"Mereka sering ngobrol sesama orang tua, ngebahas anak masing-masing," pria itu terus membujuk. "Mau, ya, Malv? Minta tolong banget."

Walaupun mengerling jemu, Malvi akhirnya menuruti permintaan temannya itu. Marshal janji akan mengantarnya pulang, sehingga Kayas dan Mylo balik duluan ke The Kevik.

Meski katanya dirayakan kecil-kecilan, Malvi yakin acara ini cukup meriah. Banyak yang diundang, mulai dari keluarga, teman sekelas, hingga anak-anak komplek di perumahan. Malvi berani taruhan, pasti semuanya tidak akrab dengan si Qwin.

Malvi berdiri bersama para orang tua. Marshal duduk bersila di antara bocah-bocah. Dia satu dari dua orang dewasa yang hadir di tengah bocah-bocah. Tampangnya lumayan kocak lantaran dia memakai topi kerucut my little pony.

Walaupun Marshal tampak mencolok dengan aksesoris itu, tetap saja yang tertangkap mata Malvi adalah orang dewasa yang satu lagi. Di antara sorak para bocil di tengah ruangan, suaranya yang paling kencang. Bukan cuma pas nyanyi lagu selamat ulang tahun, tapi juga saat Om Badut bagi-bagi permen. Dia mengangkat tangan paling tinggi seakan-akan dialah yang harus mendapatkan gula-gula itu.

Kaus Kaki yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang