BAGIAN DUA PULUH TUJUH

Start from the beginning
                                    

Terkekeh sinis dengan tangan yang memainkan pistol. Gadis itu mulai bangkit, berjalan menuju sebuah cermin dan mulai membuka kulit atau kita katakan saja sebuah topong pada wajahnya dengan menahan sakit.

Mengusap wajahnya yang terlihat memerah, gadis itu mulai membuang topeng yang ia kenakan tadi. Menatap wajahnya penuh rindu karena selama ini harus menyamar menjadi orang lain.

"Ck! Queen. Kau memang bodoh, terutama keluarga mu. Kalian semua, harus mati!" Ucapnya dengan tatapan yang menyiratkan akan kebencian yang mendalam pada sebuah figuran empat anak laki-laki dengan satu anak perempuan di atas nakas yang ia simpan dengan mawar merah di samping kiri dan di bagian kanan yang ia letakkan lilin.

"Aku akan menghabisi adik mu lebih dulu, baru setelah itu kau." Ucapnya dengan senyum menyeringai nya dalam cahaya yang begitu remang-remang. "Gak ada yang tau, kalo sebenarnya. Kamu yang siuman bukan kamu, tapi aku. Sedangkan kamu, berbaring tak berdaya di sini. Haha" tawanya mengudara kala melihat sosok gadis yang empat the devil itu cari selama ini. Terbaring dengan tangan dan kaki yang di rantai dengan infus di tangan kiri gadis itu.

"Tetaplah koma. Hingga aku mengambil dan mempertemukan kamu dengan adik mu, baru setelah itu. Kalian berdua akan aku bunuh, sama seperti ayah dan ibuku yang ayah kalian bunuh." Ucapnya sebelum pergi dengan membawa topeng penyamaran yang ia gunakan untuk meninggalkan pulau tempat ia menyembunyikan sosok yang di cari oleh the devil. Empat pemuda dengan peringai yang begitu menakutkan dan berbahaya.

***

Membuka kelopak matanya dengan perlahan karena sinar matahari yang menembus gorden. Alya dapat merasakan sebuah tangan yang begitu berat berada di atas perutnya.

Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Alya berusaha melepaskan tangan seseorang yang melilit perutnya.

Berdecak kala tangan yang ia berusaha lepaskan semakin erat memeluk perutnya. Alya mulai menoleh, dimana. Ia mendapati wajah damai Devan yang terlihat begitu tampan dengan gadis rahang yang tegas saat sedang tidur seperti ini.

Ck! Apa yang Alya pikirkan? Kenapa ia malah sempat-sempatnya memuji ketampanan Devan di saat seperti ini? Ia kan niatnya mau kembali ke kamar miliknya.

"Kenapa? Aku tampan ya?" Tanya Devan yang kini sudah membuka matanya. Menatap Alya dengan sorot mata yang begitu dalam. Hingga mampu membuat Alya tenggelam dibalik manik mata berwarna coklat itu.

"A-apaan si?!" Dengus Alya melepaskan paksa tangan Devan dari perutnya. "Gak usah pede!" Kata Alya sebelum pergi dari kamar Devan. Tanpa tahu, apa yang telah Devan lakukan semalam pada lehernya.

Bisa Devan bayangkan bagaimana marahnya Alya nanti, tapi. Sepertinya, ia tidak akan menghadapi kemarahan itu. Mengingat lima menit lagi ia harus berangkat menuju suatu tempat.

"Kau belum siap-siap?" Cleo muncul di balik pintu kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. "Belum." Jawab Devan bangkit dari duduknya, berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian ganti. Karena, sepertinya ia akan mandi di kapal pesiar saja nanti.

"Cepatlah, kau tau kan. Celvin benci orang yang terlambat" kata Cleo sebelum menghilang di balik pintu kamarnya. Menyisahkan Devan yang hanya mendengus samar kala mendengar nama Celvin di sebutkan.

"Ck! Nyebelin." Decak Devan mengambil cepat bajunya dalam lemari. Dan tanpa membuang banyak waktu lagi, Devan dengan cepat melangkah keluar dari kamarnya untuk menuju lantai pertama.

Obsesi Devil'sWhere stories live. Discover now