8.0

213 118 151
                                    

Suara alarm yang berasal dari handphone Anselma terus berbunyi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara alarm yang berasal dari handphone Anselma terus berbunyi. Handphone itu terletak di nakas sebelah ranjang Anselma. Alarm beruntun yang berbunyi mulai pukul enam pagi itu tak kunjung usai. Sekali berbunyi, maka Anselma akan langsung mematikannya. Tetapi Anselma sudah mematikannya lebih dari lima kali. Ini sudah kebiasaan Anselama yang mengatur alarm lebih dari lima kali.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Namun, Anselma masih belum bangun. Ia membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut tebal miliknya. Cuacanya cukup dingin, membuat Anselma menjadi malas untuk memulai hari. Ditambah lagi, Anselma tidak ada jadwal kelas. Maka, akan Anselma gunakan waktu itu untuk bermalas-malasan.

Anselma meraih handphone-nya, mematikan alarm, dan kembali merebahkan dirinya. Cuacanya terlalu dingin. Bahkan dari prediksi cuaca di handphonenya menunjukkan suhu rata-rata lima derajat celcius. Gila. Belum benar-benar musim dingin saja rasanya Anselma akan mati kedinginan.

Penghangat ruangan. Benar. Harusnya Anselma menyalakan itu. Baru ingin bangkit, Anselma malah kembali merebahkan diri. Bodoh sekali, ia lupa kalau penghangat ruangan yang disediakan unitnya sedang rusak.

Dingin sekali rasanya. Anselma sengaja tidak menyalakan pendingin ruangannya sejak tadi malam, karena sejak semalam hawanya sudah dingin. Untungnya perkiraan ia benar, bayangkan kalau Anselma tidak menghiraukannya dan memilih untuk tetap menyalakan pendingin ruangan. Mungkin saja saat terbangun dari tidur sudah berbeda alam.

"Musim penghujan di Indonesia saja terkadang aku sampai menggigil, apalagi musim dingin di Eropa," Gumam Anselma di dalam pelukan hangat selimut tebalnya.

Setelah berdiam diri di dalam selimut selama beberapa saat, akhirnya Anselma memutuskan bangkit dari pulau kapuk yang nyaman. Ia harus bergerak. Anselma berjalan menuju kamar mandi.

Anselma terdiam saat melihat aliran air dari keran wastafel. Melihatnya saja sudah terasa dingin yang menusuk. "Pantas saja dulu orang-orang Eropa jarang mandi, sedingin ini ternyata rasanya," Mau tidak mau, Anselma tetap harus membersih diri. Tidak. Ia hanya akan mencuci mukanya dan menyikat giginya. Anselma akui, ia tidak kuat untuk mandi kali ini. Padahal dulu, mau sedingin apapun cuacanya ia akan tetap mandi dan berendam air hangat. Mungkin Anselma akan mandi saat hari mulai siang. Untuk saat ini cukup membersihkan wajah dan mulutnya.

Keluar dari kamar mandi pun rasanya tidak berubah. Dingin. Wajar untuk suhu lima derajat di saat awal-awal. Tetapi Anselma tidak mampu. Maklum, ia masih belum terbiasa dengan suhu sedingin ini. Mungkin musim dingin selanjunya Anselma akan lebih terbiasa dari pada saat pertama kali ia merasakan musim dingin seperti saat ini.

Pintu lemari pendingin terbuka lebar. Kosong. Hanya ada satu kotak susu dan infused water. Anselma memang sedikit pelupa, ia belum belanja untuk stok makanan bulan ini. Dan hari ini adalah jadwal untuk belanja stok makanan untuk sebulan ke depan.

Anselma menghela nafasnya panjang. Kalau dirinya tau hari ini akan sedingin ini, mungkin ia sudah belanja stok makanan sejak tadi malam. Tapi tidak bisa, tubuhnya terlalu lelah tadi malam. Anselma terpaksa meneguk susu full cream yang kebetulan masih tersisa setengah di lemari pendinginnya. Di liriknya jam yang tergantung di dinding. Jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih empat puluh lima menit. Kebanyakan minimarket pasti sudah buka disaat seperti ini.

So Far AwayWhere stories live. Discover now