4.0

246 165 187
                                    

Tring

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Tring..

Lonceng pintu masuk cafe terus berbunyi. Menandakan bahwa ramainya pengunjung yang datang. Tetapi, tak ada satu pun pengunjung yang menarik perhatian Anselma. Anselma memilih untuk tetap fokus mengerjakan tugas kuliahnya.

"Udah lama disini?"

Anselma mengangkat kepalanya. Itu Asher. Sepertinya laki-laki itu baru pulang dari kampus. Asher tampak berantakan. Dari wajahnya saja dapat terlihat bahwa ia sedang frustasi.

"Lumayan, sudah ada 30 menit aku disini."

Asher menghela nafas panjang. Ia menarik kursi kosong di hadapan Anselma, dan segera mendaratkan bokongnya. Asher merasa lega setelah menyelesaikan tiga mata pelajaran dalam sehari. "Aku hampir gila," Asher membuka laptopnya dan kembali mengerjakan tugasnya yang belum tuntas. "Selesai kelas, kukira bisa santai. Ternyata ada tugas yang belum selesai."

"Ya begitulah, aku juga seperti mu. Aku ingin cepat menyelesaikan tugasku juga."

Keduanya kembali fokus dengan tugas mereka masing-masing. Tak ada yang bisa mengganggu mereka. Mereka hanya ingin tugas cepat selesai, lalu bisa bersantai setelahnya.

Anselma lebih dulu menutup laptopnya. Ia meregangkan otot-ototnya. Ia sudah hampir satu jam duduk di kursi kafe. Rasanya melelahkan. Kopi miliknya sudah tidak lagi panas, hangat pun tidak. Anselma sudah terlalu lama mengabaikan kopinya, ia hanya sempat meminumnya tiga teguk sebelumnya.

"Sudah selesai?"

"Iya, baru saja."

Asher menghela nafasnya. Ia lelah mengetik. Jari-jarinya terasa lemas setelah mengetik ribuan kata. Seperti tidak ada tenaga untuk digerakkan. "Oh yaampun."

"Ada apa?"

"Kakiku kesemutan," Asher hanya tersenyum sumringah, ia meluruskan kakinya. Tidak hanya tangannya yang lelah, kakinya juga ikut lelah karena terlalu lama duduk.

"Diluar sedang mendung, sepertinya mau hujan."

"Kamu terlalu percaya itu, mendung bukan berarti hujan—" Asher belum sempat menyelesaikan perkataannya, hujan deras terjadi. Bahkan tanpa ada aba-aba, hujan jatuh begitu saja mengguyur kota Oxford.

Anselma menggelengkan kepalanya. "Kalau mendung seperti tadi sudah jelas akan hujan," Anselma kembali meneguk kopinya hingga tetes terakhir. Cangkir kosong itu ia letakkan begitu saja di meja.

Hujan turun semakin deras. Petir dan guntur menggelegar dimana-mana. Hawa di cafe bukan lagi hawa sejuk khas musim gugur, melainkan hawa dingin yang cukup menusuk.

Anselma merapatkan syalnya yang terlilit di lehernya. Ia kedinginan.

"Uhuk...uhuk.."

Anselma mulai terbatuk batuk. Ia terus batuk-batuk tanpa jeda sedikit pun.

So Far AwayNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ