0.0

609 226 150
                                    

London, 2028

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

London, 2028

Jendela yang terbuat dari kayu pinus itu terbuka lebar. Cahaya matahari menyinari seisi rumah. Angin sejuk khas musim gugur.

Anselma menghela nafasnya panjang. Sebentar lagi akan tiba musim dingin, musim yang menjadi trauma terberat dalam hidupnya. Bahkan sudah berlalu 3 tahun lamanya, kenangan buruk itu masih menetap di hatinya.

"Sudah 3 tahun, aku masih mengira kalau semua ini hanyalah mimpi burukku. Namun saat aku terbangun dari tidurku, aku selalu tersadar kalau semua ini bukanlah mimpi buruk. Namun kenangan buruk. I miss you so much," kata-kata itu terucap dari bibir Anselma dengan berat hati.

Hari-harinya ia jalani dengan begitu susah. Semua berjalan sangat lambat sekarang. Anselma akui itu. Ia sangat merindukan sosok itu, sangat.

Belum sempat Anselma tuangkan air panas itu kedalam gelas, suara tangis terdengar dari arah kamarnya. Dengan buru-buru, Anselma menghampiri suara tangis itu. Suara tangis itu berasal dari anak berumur 2 tahun. Namanya Shanna. Shanna menangis dengan kencang saat terbangun dan menyadari bahwa tak ada ibunya di sebelahnya.

"Mommy di sini sayang," Anselma mengangkat tubuh mungil Shanna lalu mendekapnya. Shanna anak yang sensitif, ia gampang menangis terlebih lagi saat ditinggal sendiri bahkan hanya ditinggal untuk memasak, kecuali jika dia sibuk bermain. "Don't cry, Shanna. Mommy is here."

Suara tangis Shanna sudah tidak senyaring tadi. Ia sudah lebih tenang sekarang. Ia mengangkat kepalanya lalu menatap wajah ibunya sambil memanyunkan bibirnya.

"Oh, do you want some milk, Shanna?" Anselma sudah hafal mati dengan kebiasaan Shanna. Shanna akan selalu memanyunkan bibirnya di saat ia haus.

Anggukan kecil Shanna berikan sebagai persetujuan. Wajah putihnya memerah akibat menangis, mata birunya tampak begitu indah, dan rambut kecoklatan miliknya yang sedikit acak-acakan.

Anselma menarik seutas senyuman. Ia membawa Shanna yang ada di gendongannya ke dapur, ia akan membuat susu untuk Shanna. Anselma menaruh Shanna di kursi bayi, lalu ia segera membuat susu milik Shanna. Ia memasukkan beberapa sendok susu bubuk ke dalam botol bayi milik Shanna, menuangkan air hangat. Setelah Anselma pikir susunya tidak terlalu panas, ia memberikannya kepada Shanna.

Shanna meminumnya dengan cepat. Anselma tentu senang melihat putrinya selahap itu saat meminum susunya. Putrinya sudah tumbuh. Shanna tumbuh tanpa kasih sayang dari seorang ayah. Mengingat hal itu hanya membuat Anselma sakit. Banyak kesamaan yang dimiliki oleh Shanna dan ayahnya. Wajahnya tak serupa dengan ayahnya, tetapi mata yang dimiliki Shanna berhasil membuat Anselma terkenang dengan mendiang suaminya. Mata biru yang indah.

Anselma larut dalam lamunannya. Ia sampai tak sadar kalau setitik air mata berhasil jatuh dari pelupuk matanya.

"Mommy."

So Far AwayWhere stories live. Discover now