Misteri masih Rahasia

Mulai dari awal
                                    

Pak Richard mengambil nafas panjang sbeelum melanjutkan perkataannya. "Sekolah kita akan mengadakan school trip!" suasana kelas sontak berubah gaduh dan riuh.

"Tenanglah, anak-anak. Aku tahu kalian sangat bersemangat untuk ini. Jadi aku akan menjelaskan sedikit tentang school trip tahun ini. Kita akan pergi ke Gunung Dwentien. School trip ini dilaksanakan selama 3 hari 2 malam. Kita akan membangun tenda disana untuk tempat berteduh dan tidur. Jadi kalian harus membawa semua barang yang kalian butuhkan. Seperti jaket, alat mandi, atau obat-obatan pribadi. Oh, ya. Dan kalian juga harus mempersiapkan makan kalian sendiri disana. Sekolah hanya akan menyediakan kompor. Jadi persiapkan bahan-bahannya mulai dari sekarang. Per kelompok akan terdiri dari 6 murid. Tiga putri dan tiga putra. Aku yang akan menentukan anggota kelompok kalian." Pak Richard mulai menyebutkan satu-persatu anggota kelompok. Dan tiba lah namaku terpanggil di salah satu kelompok.

"Kelompok 3 beranggotakan Rene, Nessa, Sica, Luca, Iru, dan Hansei"

"Oh, sialan... mengapa harus dengan Hansei.." seketika aku lemas. Entah sejak kapan aku merasa membencinya. Orang aneh itu.. Mungkin aku dirasuki Jennifer dan membencinya. Atau.. ada alasan lain-yang berhubungan dengan Iru.

"Yeay! Rene! Kita sekelompok! Terlebih dengan Sica dan Luca. Ini akan jadi menyenangkan! Mohon kerjasamanya ya, Sica, Luca" Nessa mengeluarkan suaranya yang melengking itu. Aku melirik manusia yang disebut Sica dan Luca itu. Mereka adalah saudara kembar yang sepertinya sama-sama tidak memiliki ekspresi. Sica adalah adik perempuan, sedangkan Luca adalah kakak laki-laki. Mereka selalu berdua kemana pun mereka pergi. Hanya itu yang aku tahu tentang mereka.

"Ya, terima kasih. Hanya itu yang aku sampaikan. Persiapkan school trip kalian sebaik mungkin!" Pak Richard mulai melangkah keluar. Aku segera berlari menyusulnya keluar.

"Pak Richard!" ia segera berbalik.

"Ya?" mungkin ia berpikir aku memanggilnya karena akan menyatakan keberatanku menjadi satu kelompok dengan Kaneshima Hansei karena ia melihatku mengeluh tadi. Tapi tidak, aku memanggilnya untuk sesuatu yang lebih penting. Kakiku melangkah mendekatinya. Aku menghela nafas panjang sebelum mengatakan apa yang akan ku katakan.

"Apa Pak Ricky berada di sekolah dua hari yang lalu?"

"Dua hari yang lalu? Pak Ricky masih dirawat di rumah sakit" Pak Richard terlihat sedikit bingung dengan pertanyaanku yang terkesan sangat tidak penting.

"Lalu apa ID cardnya ada di sekolah?"

"ID card seorang guru tidak boleh ditinggalkan begitu saja di sekolah. Jadi aku yakin Pak Ricky setidaknya menyimpannya di rumah. Ada apa?"

"Apa sistem pembuka pintu di gudang olahraga pada dua hari yang lalu-tepatnya saat Bu, Prisca meninggal-mengalami kerusakan?" aku bertanya dengan nada serius. Ia memberikan jeda sebelum menjawab pertanyaanku.

"Mengapa kau menanyakan itu? Kasus kematian Bu Prisca murni kecelakaan, nona Fixlrein. Sudah ku bilang jangan larut dalam kesedihan. Kau sebaiknya bersiap untuk school tripmu." Ada yang aneh dengan caranya menjawab pertanyaanku. Ia tidak menatap mataku secara langsung. Aku tahu Pak Richard sedang menyembunyikan sesuatu. Dan mengenai sistem pembuka pintu yang mengalami kerusakan, sepertinya aku tepat sasaran.

"Kemana perginya Pak Alex? Mengapa saya tak melihatnya sejak dua hari yang lalu?" aku terus menjejalinya dengan pertanyaan sepihakku.

"Pak Alex.....mengundurkan diri karena suatu alasan khusus" intonasi bicaranya mulai berubah.

"Apa tidak ada apapun lagi di tempat kejadian selain mayat Bu Prisca? Seperti benda yang bisa saja membunuhnya. Benda tumpul seperti..tongkat bisbol. Atau benda tajam seperti belati?" aku akan tetap gigih menanyainya sampai aku mendapatkan semua jawaban yang aku mau. Dengan cepat Pak Richard menarik kerahku dan berkata tepat di depan wajahku.

"Aku tahu kau menayadari kejanggalan yang mungkin tidak bisa tertutupi lagi. Tapi ku sarankan tutup mulutmu, Nona. jika kau sampai mencemarkan nama sekolah ini, aku akan membunuhmu" aku menatapnya datar tanpa rasa takut.

"Cih!" Pak Richard melepas genggaman tangannya dari kerahku dan berjalan pergi.

Jadi benar. Sepertinya Iru merusak sistem pembuka pintu dua hari lalu. Tapi mengapa ia membohongiku? Bukankah jujur saja takkan jadi masalah?

Kakiku melangkah kembali ke kelas. Lalu seketika aku mengingat Fay. Benar! aku harus mencari kebenarannya melalui Fay! Seketika kakiku berlari menuju kelasnya.


Haii. Update lagi nih. hahaha. bentar lagi bakal ada school trip! Yeayy!! /alay/

Btw ada karakter baru. Sica Luca. mereka lucu sekali. ada yang suka nonton anime? kalo iya, sica luca ini tipe chara kuudere. bisa bayangin? kuudere itu tipe chara yang mellow tanpa ekspresi.

Maaf sekali jika chapter ini berisi hal gak penting dan mengecewakan. makanya beri masukan. hehe.. jangan lupa vomment -w-

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang