30| Gadis Kecil di Nilhaya

275 34 3
                                    

SELAMAT MEMBACA

Mareia bersenandung kecil saat mengunjungi Nilhaya, wilayah yang berada dalam kekuasaan Gabriel.

Ketika melewati jalan setapak menuju kediaman utama Gabriel, para malaikat muda menyapa. Setiap wilayah kekuasaan malaikat terdapat malaikat tingkat rendah dan sedang, mereka bisa disebut sebagai pengikut.

"Bagaimana? Apakah sebentar lagi akan mekar?"

Mareia sangat bersemangat menantikan bunga besar bernama Mythiar membuka kelopaknya. Bunga itu adalah wadah yang menjaga cahaya, sebuah benih yang akan terlahir sebagai malaikat. Setiap Malaikat petinggi memilikinya di kediaman mereka namun bunga itu akan muncul sekali dalam seratus tahun.

"Kenapa kau senang sekali mengurusi kehidupanku, Dasar Pengganggu!" cerca Gabriel.

Mareia mendengus. Kali ini dia sangat bersemangat karena tahu malaikat apa yang akan lahir dari Mythiar.

Ketika kelopak Mythiar perlahan terbuka satu persatu, seorang bayi perempuan terlihat, tertawa sambil berusaha menggapai wajah Gabriel.

"Lihatlah, Gabriel ...," Mata Mareia berkaca-kaca melihat bayi itu.

Rambut panjang agak bergelombang, mata biru besar yang indah dan kulit seputih susu, tidak ada yang berubah dari makhluk kecil itu. Berbeda dengan manusia, anak malaikat bisa melihat setelah lahir, mereka dalam kondisi unggul.

"Siapa namanya, Gabriel?" tanya Mareia bersemangat.

Gabriel tersenyum kecil, membawa bayi dalam gendongan. Ia terlihat seperti orang tua yang sudah lama menantikan buah hatinya terlahir di Nilhaya. "Siapa lagi, tentu saja Candeti Puella," ujar Gabriel.

"Bukankah Luciel perlu tahu bahwa Puella lahir kembali dan bereinkarnasi menjadi malaikat pengikutmu?" Mareia membiarkan telunjuknya digenggam Puella.

Ekspresi Gabriel berubah menyebalkan. Pria itu memiringkan bibir dengan bola mata bergerak ke atas. "Tidak! Dia masih bayi dan Luciel yang tergila-gila dengan Puellaku bisa saja melakukan hal aneh."

Mareia bergidik jijik. Lihatlah betapa posesifnya Gabriel pada Puella seolah dia tidak ingin anak perempuannya direbut.

"Kau tidak kasihan dengannya, ya? Kalau kau tahu seperti apa dia setiap kali melihat tengkorak Puella di bumi, kau pasti akan iba."

Gabriel berdecak. Dia tetap belum mau memberitahu hal ini. Setiap ruh yang dijemput oleh Samael akan kembali dibentuk, dilahirkan kembali sebagai sesuatu yang berbeda dari sebelumnya tergantung amal mereka selama hidup. Bisa jadi sama seperti sebelumnya atau mungkin sebaliknya. Namun saat itu, ruh Puella justru mengudara dan masuk dengan sendirinya ke bunga Mythiar di Nilhaya. Tentu sudah 100 tahun sejak itu berlalu, tapi para malaikat yang tahu memutuskan untuk merahasiakannya dari Lucifer karena berpikir itu juga bagian hukuman dari pria itu.

"Setidaknya ketika Puella sedikit besar." Gabriel kemudian berkelebat, tidak mau membiarkan Mareia lebih lama mengoceh tentang penderitaan Lucifer. Bagaimana pun dia juga menderita melihat anak yang ia berkati mati di tangan Lucifer.

***

"Kau tidak melihat Puella dimana pun?"

Gabriel mengerutkan dahi. Sudah tujuh tahun berlalu, Puella tumbuh dengan baik di Nilhaya dengan pengawasan ketat darinya, takut Lucifer mengetahui keberadaan Puella yang masih kecil. Gadis itu gemar sekali berkeliaran di sekitar pelataran Nilhaya untuk melihat bunga. Kesukaannya di Nilhaya adalah bunga, bisa sehari penuh Puella duduk hanya memandangi bunga-bunga karena tidak tega memetiknya untuk dibawa pulang.

Luciel: Blooms Repeatedly✔️Where stories live. Discover now