06| Terbangun

408 93 16
                                    

Sebelumnya, terima kasih banyak telah meninggalkan vote, terutama komentar 💐 


SELAMAT MEMBACA

Tahun 1670, Kota Naitle, Sluin

11 tahun berlalu, Puella tumbuh menjadi gadis cantik yang cukup terkenal di Sluin. Bukan karena paras rupawannya melainkan kebaikan yang dilimpahkan pada orang-orang sekitar ditambah Puella memiliki toko bunga yang cukup dikagumi.

Toko bunga bernuansa klasik dengan sentuhan kontemporer dihias plang bertuliskan 'Flous Candeti' merupakan salah satu toko bunga terbaik di Sluin. Perawatan tanaman hias Puella layak diacungi jempol sehingga beberapa pelanggan tidak pernah kecewa membeli bunga disana.

Rambut sepinggang agak bergelombang, tatapan tegas dari sepasang mata indah bak permata safir serta tubuh proporsional terbalut gaun sederhana, itulah penampilan Puella saat ini.

"Selamat pagi, Puella."

Lonceng berdenting bersamaan pintu ditarik oleh pria jangkung, sosok itu berhasil mencuri perhatian para wanita di dalam toko.

"Selamat pagi, Saires." Puella menjawab sambil sibuk mengurus bunga-bunga di rak kayu.

Saires mendekat, ikut ambil posisi dekat Puella sambil menyentuh beberapa bunga disana. "Dari banyaknya bunga, sepertinya kau begitu mengasihi aster putih."

"Bagaimana, ya .... soalnya bunga yang satu ini selalu terlihat rapuh." Puella mengulas senyum kemudian meraih tangan Saires.

"Ikut, aku," ajak Puella.

Saires hanya menurut ketika Puella membawanya ke ruang lain yang memiliki taman kecil berkanopi kaca bentuk hexagonal.

"Indah, bukan? Aku ingin memperlihatkan ini sejak lama, tapi baru selesai kemarin. Aku sangat bekerja keras untuk ini!" ungkap Puella antusias.

Puella berdiri di tengah taman rumput hijau yang dipangkas rapi, Saires tertegun dan sedikit tersipu. Puella mendongak, sinar matahari menyinari tubuhnya, itu sangat indah bersamaan senyum Puella yang terulas tipis.

"Menurut Saires, tanaman apa yang cocok di sini?"

Lamunan Saires buyar, buru-buru mendekati Puella. "Bagaimana jika ladang kecil aster putih?"

Sejurus kemudian Puella membayangkan gugusan aster putih mengurungnya dalam ruangan. "Ya, itu pasti akan indah."

Sementara itu, di tempat lain yakni Diabolus. Keheningan di Kastel Diabolus terpecah, kegaduhan mulai terbentuk tatkala Lucear melaungkan kabar bahwa Lucifer telah bangun dari tidur panjang.

Sosok itu kini berada di singgasana, menunggu kehadiran para pilar.

Empat pilar telah muncul, namun kegembiraan tadi lenyap menjadi ketakutan setelah melihat lingkar hitam di bawah sorot mata keji Lucifer.

Sebaliknya, Lucear meragukan apakah benar Lucifer tertidur dengan baik selama 11 tahun. Hendak mempertanyakan hal tersebut, Kokitas justru mendahului.

"Maaf, Satan. Sepertinya tidur anda tidak cukup nyenyak," komentar Kokitas, namun yang didapat hanya embusan napas lelah, pertanda perkataan Kokitas benar.

Mata merah Lucifer membidik Veela. "Bunuh seseorang untukku, Veela."

Veela sontak menegakkan tubuh, sedikit membusungkan dada. "Siapa yang harus saya bunuh, Satan?"

"Gadis bernama Candeti Puella. Dia tinggal di Sluin."

"Manusia?" tanya Veela.

"Ya." Lucifer melemaskan tubuh di singgasana, mengembuskan napas sebelum kembali berkata, " ... tapi jangan sampai suara kesakitan lolos dari mulutnya. Aku ingin dia mati dalam sekejap tanpa mengeluarkan setitik suara."

Luciel: Blooms Repeatedly✔️Where stories live. Discover now