16| Aster dan Lucifer

393 80 17
                                    

SELAMAT MEMBACA

Cahaya kemerahan membentang di kaki langit, udara dingin kian tajam sehingga beberapa orang mulai mengeratkan mantel mereka, musim dingin sebentar lagi datang jadi udara terasa cukup dingin dari hari ke hari.

Trang ... tang ... tang ... tang!

Besi panjang dalam genggaman seorang pemuda berjubah merah panjang bermain di setiap tiang sel penjara bawah tanah, seolah memainkan sebuah senar lalu pada tiang terakhir ia memberi pukulan keras, menciptakan dengungan memekakkan telinga para penghuni sel.

Bukan hanya satu sel, ada puluhan sel yang diisi oleh beberapa iblis juga makhluk asing yang bukan manusia melainkan penghuni dunia bawah yang berhasil ditangkap karena berada di dunia manusia.

"Tuan, kami telah membuat lima iblis kemarin jadi abu dan beberapa sel telah banyak yang kosong."

Cahaya remang dari nyala api obor pada dinding tak mampu memperlihatkan wajah si pemuda yang tertutup topi jubah namun, masih menunjukkan separuh wajah, memperlihatkan seringai tipis penuh kengerian.

"Kita akan segera mengisinya. Kali ini harus yang lebih ganas agar aku bisa menjinakkannya. Iblis yang kujinakkan kemarin sangat lemah, jadi kulenyapkan."

Perkataan si pemuda bergaung dalam ruang bawah tanah hingga para tahanan bergidik ngeri namun, dalam salah satu sel ada tahanan menyahut penuh kebencian.

"Tidak semua penghuni dunia bawah buruk dan kejam, kenapa kau melakukan ini pada kami yang tidak mengusik kehidupan kalian?!" seorang siluman wanita bertelinga dan berekor rubah jingga protes sambil mencengkeram dua tiang sel.

Si Pemuda menoleh, perlahan mendekati sel lalu menghunuskan besi tanpa belas kasih pada perut si rubah hingga darah merembes secara perlahan, mengotori permukaan sel.

"Argh!"

Jeritan si rubah membuat para tahanan memejamkan mata, peluh ketakutan membanjiri tubuh mereka sementara si pemuda tadi tergelak panjang, menikmati rintihan si rubah.

"Seharusnya manusialah yang bertanya demikian. Apa salah kami sampai-sampai kalian membinasakan sebagian dari kami? Kenapa?!" Si Pemuda membentak namun, sedetik kemudian menarik napas dalam lalu melempar besi pada anak buah yang melapor tadi.

"Obati makhluk itu. Jika dia kembali berisik, tusuk saja tenggorokannya," pesan si pemuda kemudian meninggalkan ruang bawah tanah.

"Ya, Tuan."

***

Matahari telah di atas kepala, Puella membuka toko bunga dan sudah sibuk sejak fajar karena selama sepekan di Diabolus, toko jadi terbengkalai. Terdapat beberapa bunga yang nyaris mati, tapi untungnya Mareia diam-diam datang sebentar dan memberi penyelamatan pada para bunga.

" Tapi ... " Puella menoleh ke ruang dimana taman mini untuk padang aster kecilnya dibuat, mendapati sosok jangkung gagah nan kokoh bersedekap tangan sambil membelakanginya, Lucifer. "Kenapa Lucifer jadi sering mengunjungiku, ya? Apa dia sudah tidak marah karena kejadian semalam?"

"Mau diisi apa halaman di bilik ini?" Lucifer tampak penasaran.

Puella mendekat, tersenyum tipis mengingat bibit bunga asternya akan tiba beberapa hari lagi sehingga lahan kosong itu akan dipenuhi gugusan aster. "Bunga aster putih."

Perhatian Lucifer teralihkan, ditatapnya Puella cukup lama. Setiap kali Puella mengatakan bunga aster, ekspresi yang ditunjukkan selalu teduh dan hangat, jadi ada satu hal yang membuat Lucifer penasaran. "Kenapa kau sangat menyukai bunga aster?"

Luciel: Blooms Repeatedly✔️Where stories live. Discover now