14| Perasaan Lucifer

393 82 18
                                    

SELAMAT MEMBACA

Hanya mengandalkan cahaya bulan yang membias dari jendela yang tirainya masih tersimpul pada sudut, Lucifer berbaring di sofa pada perpustakaan dengan sebuah buku menutupi wajah. Sejak membawa Puella menjauh dari para iblis petinggi, Lucifer terus berada di perpustakaan hingga bulan timbul.

"Hah .... Sial!"

Lucifer meraung sembari meletakkan kasar buku di meja kemudian menatap langit-langit ruangan seraya mengusap wajah kasar. Mau dipikir berapa kali pun, Lucifer hanya tahu bahwa sekarang dirinya menginginkan Puella dan bukan membunuhnya.

"Manusia tidak akan bisa tinggal di dunia bawah, kegelapan yang telah menyelubungi dunia bawah harus kusingkirkan jika memang menginginkan Puella lebih lama disini." Sekali lagi Lucifer mengembuskan napas berat.

Sama halnya dunia manusia, dunia bawah berjalan seperti itu namun, Lucifer enggan menggunakan kekuatan alam yang mana para malaikat mampu memperhatikannya dari atas jadi Lucifer menyelubungi dunia bawah dengan kegelapan bahkan bulan yang saat ini terlihat hanya sebuah ilusi yang diciptakan Lucifer.

Grit ...

Lucifer memicing tak kala pintu berderit dan Puella masuk sambil menjinjing sebuah lentera dengan nyala api di dalamnya.

"Apa yang dilakukannya tengah malam begini disini?" Lucifer duduk tegak, meninggalkan posisi awal sambil memperhatikan dari sudut paling gelap.

Puella terlihat tenang melintasi beberapa rak sampai akhirnya berhenti pada sebuah rak paling tua disana, dimana buku sejarah tentang dunia bawah berada. Setelah meraih satu buku tebal bersampul cokelat, Puella segera mengisi sofa, meletakkan nyala lampu di meja dan membuka buku perlahan.

Lucifer tetap memperhatikan, berdiri di sudut sambil bersedekap tangan.

"Diabolus ...." Senyum Puella terbit saat mengusap lembut sampul buku tersebut kemudian kembali melanjutkan perkataan, "Aku ingin lebih mengenal Diabolus agar tidak terlalu jauh di belakang Lucifer, aku ingin mengetahui segala hal di sekitar Lucifer, apapun itu."

Perkataan Puella sukses membuat jantung Lucifer berdetak lebih cepat, rasa aneh seolah melebur dalam perut Lucifer, rasanya geli namun, mendebarkan.

Tubuh Lucifer langsung merosot, berjongkok sambil menutup wajah menggunakan sebelah tangan, menatap Puella dari celah jemarinya. "Ini benar-benar gila."

***

Pagi menyongsong, Puella melenguh panjang serempak mata terbuka perlahan.

Puella diam cukup lama melihat cahaya menyeruak dari jendela bersayap yang terbuka lebar serta tangan besar Lucifer di atas perutnya, pria itu tidur menyamping menghadapnya sambil memeluk.

Tanpa banyak bicara, Puella sontak terduduk untuk mengamati kondisi pakaiannya karena Lucifer tidak mengenakan atasan dan ketika selimut disingkap, pakaiannya masih lengkap hanya Lucifer saja yang mengenakan celana hitam.

" .... apa itu cahaya matahari?" Puella bermonolog.

"Ya, itu untukmu," ucap Lucifer kemudian membawa Puella untuk terbaring lagi, mendekapnya lebih erat. Puella terkejut karena berpikir Lucifer masih terlelap.

Puella mengerutkan dahi, sebenarnya semalam Puella ketiduran di sofa saat membaca buku kemudian Lucifer membawanya untuk tidur bersama di kamar pribadi, tapi yang membuat Puella heran adalah mengapa sikap Lucifer berubah drastis? Puella tetap bergeming, memandangi Lucifer yang masih setia memejamkan mata.

"Ada apa?" Lucifer bertanya, matanya terbuka.

Puella tersentak, buru-buru menurunkan pandang agar tidak terpesona oleh mata merah berkilau Lucifer yang kian indah kala beradu cahaya.

Luciel: Blooms Repeatedly✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang