11| Jadi, Pelayan?

345 84 21
                                    

SELAMAT MEMBACA

Puella menyentuh seragam pelayan hitam putih yang melekat sempurna di tubuhnya. Saat makan malam, Lucifer bilang tidak bisa memulangkan Puella ke dunia manusia sehingga Puella harus tinggal selama beberapa hari di Kastel.

Namun, Lucifer tidak memberi kemudahan. Sebagai bayaran tempat tinggal dan makan, Lucifer menjadikan Puella sebagai pelayan.

Dua hari telah berlalu, Puella bekerja lebih keras sebagai pelayan untuk membuat kastel Lucifer bersih selain itu Puella juga telah mengenal para pilar namun, hanya Veela yang begitu baik padanya.

"Ah, maaf, tanganku licin."

Lucear menuang air di lantai dengan sengaja ketika Puella mengepel ruang dasar.

Puella mengembuskan napas. Hari pertama bekerja sebagai pelayan, Puella bertemu Lucear namun, pria iblis itu tidak cukup menyukainya.

"Aku akan membersihk-"

"Berhenti, Puella. Ini sudah waktunya makan siang." Veela menginterupsi, meraih Puella untuk meninggalkan pekerjaan setelah meminta pelayan lain membereskan perbuatan Lucear.

Lucear sangat kesal, berlalu dari sana setelah berdecak keras sementara Veela mengembuskan napas melihat tindakan Lucear.

"Lucear memang seperti itu, biarkan saja," celetuk Veela.

Puella angguk kepala. "Apa dia sangat membenci manusia?"

"Tidak. Kelakuannya saat ini adalah bentuk kecemburuan seorang abdi terhadap tuannya. Mungkin, dia tidak terima bahwa Satan memperlakukanmu dengan berbeda."

"Berbeda?"

Veela melirik Puella melalui ekor mata. Bagaimana bisa Puella tidak menyadarinya padahal setiap hari diam-diam Lucifer memperhatikan segala tingkah lakunya di kastel bahkan sesekali mendatangi Puella di tengah malam selain itu, tindakan lebih jelas Lucifer adalah melarang semua orang menyentuh Puella kecuali Veela karena ditugaskan menjaga Puella.

"Sudahlah. Sekarang makanlah sebelum kembali bekerja."

"Iya."

***

Puella mengembuskan napas lelah, menyandar pada dinding luar kastel setelah selesai menyingkirkan banyak rumput liar di sekitar taman bunga. Peluh membasahi pakaian Puella, namun Puella tidak terusik justru memandangi langit yang telah menampakkan bulan, pertanda Diabolus sudah masuk jam malam, tapi bagi Puella sama saja karena baik pagi dan malam, Diabolus adalah gelap.

Kaki diselonjorkan, kepala menengadah dengan menaruh sebuah kain persegi menutupi wajah, Puella sangat kelelahan.

Lambat laun, Puella mengatupkan mata, napas yang semula memburu berubah jadi teratur dan tenang, tertidur.

"Saya sudah mencarinya dimana-mana, Satan."

Veela tampak cemas karena Puella tidak terlihat sejak makan siang. Lucifer pun tidak mampu mengetahui keberadaan Puella jika tidak menggunakan kekuatan pelacak aura.

Mau tidak mau Lucifer kembali menggunakan kekuatan lalu meminta Veela diam saja dan kembali ke posisi awal karena Lucifer sudah tahu dimana Puella.

Sekarang, di taman belakang, Lucifer telah berdiri di hadapan Puella sembari mengedarkan pandang pada taman belakang kastel yang bersih dan terlihat cukup cerah di mata Lucifer. Beberapa pelayan mungkin tidak terlalu peduli dengan pengurusan taman sehingga Puella turun tangan membersihkannya padahal Lucifer bilang cukup membersihkan bagian dalam kastel.

"Kau sudah bekerja keras, ya." Lucifer berjongkok di sisi Puella, menyingkirkan kain di atas wajah Puella.

"Kotor sekali," komentar Lucifer, mengusap sedikit noda tanah di dahi Puella menggunakan ibu jari.

Tidak berhenti di situ, mata Lucifer juga mengelana dan menemukan sepasang tangan Puella penuh tanah begitupun seragamnya.

"Haah, bagaimana bisa kau tidur dalam kondisi seperti ini?" Lucifer tidak habis pikir kemudian membopong Puella, masuk ke Kastel.

Sepanjang lorong, perhatian para penghuni kastel jatuh pada Lucifer yang membawa Puella dalam gendongan.

Lucifer terus melangkah tanpa mempedulikan seluruh perhatian sampai akhirnya ia berhenti pada pintu besar yang di dalamnya terdapat kolam pemandian air hangat bertabur bunga dan wewangian.

"Hei, Sang Satan membawa wanita itu ke pemandian?"

"Ukh! Aku sangat iri!"

"Siapa wanita itu?"

"Entahlah, Sang Satan membawanya tinggal beberapa hari lalu."

Para penghuni mulai berbisik namun, semua bisikan lenyap ketika Areil muncul, menunjukkan taring runcing dan tajamnya.

"Kalian mau mati, ya?" tanya Areil.

Semuanya langsung bubar lalu Areil memandang pintu kolam pemandian telah terkatup. "Hmph! Berani sekali mereka menguntit Satan saat sedang bersama calon ratu!"

Setelah berkata demikian Areil segera memasang sihir pelindung agar tidak ada siapapun yang masuk atau mengintip dari luar, menganggu kesenangan tuannya.

Sedangkan itu, di dalam kolam pemandian.

Tanpa rasa bersalah, Lucifer membuang tubuh Puella ke dalam kolam pemandian hingga keterkejutan nyaris membuat Puella mati mendadak.

"Akh!" Puella sontak berdiri kala air kolam nyaris tertelan.

Puella mengerjap dan mendapati Lucifer berdiri di luar bak kolam sambil melipat tangan di dada.

"Bersihkan tubuhmu dan segera istirahat." Lucifer kemudian keluar dari ruangan itu.

Basah kuyup dan berantakan karena ulah Lucifer telah memicu sedikit kekesalan Puella. Wanita bermata biru itu lantas mengembuskan napas untuk meredam amarah, memilih mengagumi pemandian mewah penuh bunga dan wewangian.

Di sisi lain, Areil yang terlihat riang sebelumnya mendadak muram melihat Lucifer keluar dari ruang pemandian.

"Kenapa cepat sekali Satan keluar?" Areil memberanikan diri bertanya, menghentikan langkah Lucifer yang baru meninggalkan lorong menuju kamar pemandian.

Lucifer menautkan alis. "Kenapa katamu? Aku hanya mengantar Puella untuk membersihkan diri."

"Hah?"

Areil langsung menunduk lemas, bayangan romansa di kepalanya hancur seketika. Areil adalah seorang vampir yang menghabiskan separuh hidup berkelana di dunia manusia, dan hal yang paling disukainya adalah novel romansa buatannya manusia sehingga sebagian pemikiran di otaknya bukan tentang darah melainkan khayalan romansa tanpa jeda.

"Memang apa yang kau harapkan." Lucifer mendengus.

"Em ... saya pikir Satan mau melakukan itu dengan Puella di kolam pemandian." Areil menggigit bibir bawah sambil sedikit menggoyangkan tubuh.

Rahang Lucifer seketika mengeras, sementara matanya terbelalak, dia bahkan tak berpikir kesana sedikit pun. Senyum Areil merekah melihat ekspresi Lucifer.

"Apalagi Puella memiliki kulit putih mulus, mata biru cerah dan rambut emas bergelombangnya pasti sangat indah kala bersentuhan dengan air, jadi saya kira Lucifer ma-"

"Hentikan, Areil!" Lucifer memotong perkataan Areil.

Areil membulatkan mata diiringi mulut agak terbuka melihat sepasang daun telinga Lucifer memerah, bukan hanya itu, bahkan untuk pertama kalinya, Areil melihat Lucifer sedikit bergairah ketika dirinya membicarakan seorang wanita.

"S-satan apa Anda ..."

"Suruh pelayan membawakan Puella baju ganti," titah Lucifer sembari melangkah lebar, meninggalkan Areil secepat mungkin.

Areil menggerakkan kepala kaku untuk melihat kepergian Lucifer, tak lama Areil menyeringai lebar dan terkekeh ngeri. "Hehehe .... Satan sedang dalam fase menipu diri, ya."

Areil kemudian mengeluarkan sebuah buku dari balik roknya, buku itu bertajuk 'Proses Pembentukan Cinta' "Halaman berapa, ya, tentang fase jatuh cinta?"


BERSAMBUNG ...

Luciel: Blooms Repeatedly✔️Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum