Chapter 23

310 35 3
                                    

Kalau ada yang typo kasih tahu ygy.

Biar nanti gue koreksi Kalau ada kata atau kalimat yang typo.

HAPPY READING

🍁🍁🍁🍁🍁

Kamu adalah ketidakmungkinan yang dapat aku semogakan _ Lion Xavier Thomas Damawangsa.

🍁🍁🍁🍁🍁

Xavier duduk termenung dengan wajah pucat di taman sekolah melihat teman-temannya yang asik main basket. Padahal cowok berkacamata itu baru saja mendapatkan penghargaan atas keberhasilannya dalam memenangkan olimpiade matematika tingkat nasional. Tapi, ia terlihat tidak bahagia seperti biasanya.

"Woi, bro! Lesu amat tu muka? Kenapa, kan baru aja dapet penghargaan dari olimpiade matematika. Senyum dong!" ucap Draven duduk di samping Xavier.

Xavier dengan bibir pucatnya memaksa untuk tersenyum pada Draven. Ia menatap ke langit yang terlihat sangat cerah hari ini, ia menghirup udara dengan pelan dan menghembuskannya.

"Draven?"

"Heum? Kenapa, Vier?" tanya Draven menatap Xavier.

"Pernah berkeinginan ingin memakai kain kafan?" tanya Xavier.

"Hah? Ngaco Lo! Keinginan macam apa itu, jangan aneh-aneh deh, Vier. Lo kalau bercanda jangan kayak gini dong!" ucap Draven.

"Kita hidup itu untuk mati. Bukan hidup untuk kekal selamanya. Kematian itu dapat datang kapan saja," ucap Xavier.

"Lo kenapa sih? Aneh banget hari ini. Btw, Lo makin hari makin kurusan aja gue lihat dan akhir-akhir ini Lo selalu pake topi. Kenapa? Lo sakit?" tanya Draven.

"Iya, saya sakit. Dan saya tidak tahu sampai kapan saya bisa bertahan," jawab Xavier, lalu cowok berkacamata itu membuka topinya dan memperlihatkan kepalanya yang sudah botak hanya menyisakan beberapa helaian rambut saja.

Draven menutup mulutnya tak percaya melihat Xavier yang sudah tak memiliki rambut lagi. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Xavier? Kenapa ia bisa tak memiliki rambut lagi.

"Lo mimisan! Lo kenapa?!" tanya Draven mengguncang bahu Xavier saat melihat Xavier mimisan.

"Saya ga apa-apa kok," jawab Xavier tersenyum dan mengambil tissue untuk menghapus darah yang keluar dari hidungnya.

Draven berdecak." Apa yang ga apa-apa? Lo mimisan gini dan Lo masih bilang kalau Lo ga apa-apa?! Jawab gue! Lo sakit apa, Vier?"

"Kanker otak stadium akhir," jawab Xavier pelan.

"Apa?! Kenapa Lo ga pernah cerita? Lo masih bisa sembuhkan ? Sherina tahu?" Xavier menggeleng dengan lemah.

"Saya sudah menderita kanker otak selama 5 tahun dan penyakit ini sudah tidak dapat di sembuhkan lagi, sel-sel kankernya sudah menyebar di seluruh otak saya. Saya sudah tidak ada harapan lagi untuk bertahan hidup, saya juga ingin sembuh. Tapi, Tuhan berkehendak lain, hanya 5,5% saya bisa bertahan. Sangat sedikit," jawab Xavier dengan lemah dan mata berkaca-kaca.

"Apa ga ada harapan lagi?" tanya Draven pelan.

Xavier menggeleng, ia sudah tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Karena penyakitnya ini sungguh menyiksanya, ia sudah putus asa. Xavier kembali mengelap darah yang keluar dari hidungnya dan semakin lama darah itu semakin banyak. Draven membantu Xavier mengelap darah cowok itu dengan hati-hati.

MY BELOVED GIRL [transmigrasi] (Sakuel: Tentang Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang