XXII. LOST CONTROL

527 46 2
                                    

Haloha, guys!
💋💋💋




[TYPO BERTEBARAN - HAPPY READING]
[VOTE - COMMENT - SHARE]

Ω Ω Ω


"Kesabaran gue udah habis. Gue udah muak akting mulu di depan Karamel. Gue mau Karamel liat sifat asli gue." Erzan melirik Karamel penuh arti saat ia hampir menyelesaikan ucapannya.

Karamel membuang muka. "Gak perlu. Gue udah tau sifat asli Lo kayak gimana."

"Bahkan gue udah tau tentang kalian semua," lanjut Karamel menatap Giyan, Erzan, dan Asgar secara bergantian.

"Kalian dengar sendiri? Karamel udah tau ten." Ucapan Erzan terpotong.

"Berhenti," potong Asgar.

"Omongan Lo tahan dulu," ucap Asgar menatap Erzan.

Asgar kemudian beralih menatap Karamel. "Bawa novel itu keluar," titah Asgar serius.

Karamel terdiam seribu bahasa. "Really? Secepat itu mereka sadar?" batin Karamel tidak habis pikir.

Karamel mengerutkan keningnya. "Novel? Novel apaan?" tanya Karamel memastikan jika bukan novel My Obsession yang Asgar maksud.

"Gak usah ngeles, Kar. Kita udah tau kalau Lo punya novel milik Esha."

Pernyataan Giyan sukses membuat Karamel kembali terdiam seribu bahasa.

"Bangke!" batin Karamel menjerit keras.

Sudah tidak ada lagi alasan yang bisa Karamel keluarkan. Karena beberapa menit yang lalu, Erzan pasti sudah mengetahui kalau ia sudah kenal dengan Esha. Karena Esha lah yang membuat dirinya berani melawan cowok itu.

Erzan meraup wajahnya frustasi melihat Karamel hanya diam membatu. Kesabaran cowok itu benar-benar habis sekarang. Kalau sampai Karamel dalam lima detik tidak kunjung mengambil novel itu, Erzan akan membentaknya dan memaksa gadis itu untuk segera mengambilnya. Cowok itu akan menyeretnya jika perlu.

"Sa," hitungan dalam hati Erzan terhenti ketika Karamel bergerak meninggalkan tempatnya dan masuk ke dalam kamar.

Brak!

Karamel membanting keras pintu kamarnya.

"Aakkkhhhhh!" teriak Karamel frustasi.

Gadis itu berjalan dengan cepat mengambil novel itu yang berada di dalam tasnya. Karamel memegangnya dan menatapnya dengan tajam. Apakah setelah ini hidupnya akan tenang?

"Kalau emang malam ini gue habis di tangan mereka, misi gue otomatis gagal begitu saja. Gue bahkan belum melakukan apapun."

"Tapi, gue punya feeling kalau ada sesuatu yang terbongkar malam ini. Apa gue turuti aja kata mereka?"

Karamel berpikir keras dengan perasan yang kalut.

"Oke, fine. Gue siap menanggung konsekuensinya."

Karamel menghirup dan membuang napas berkali-kali untuk merilekskan perasaannya.

"Tenang Karamel. Lo kan udah berhasil  membangunkan sisi gelap Lo itu. Gak usah takut sama mereka. Ada itu yang bisa ngebantu Lo jika mereka berani macam-macam sama Lo." Karamel berbicara sendiri untuk menenangkan dirinya.

Karamel akhirnya keluar dari kamar.

Karamel memperbaiki mimik wajahnya saat ketiga cowok itu menatapnya dimana mereka sudah duduk di atas sofa dengan santainya.

𝐎𝐔𝐓 𝐎𝐅 𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄  [нιαтυѕ]Onde histórias criam vida. Descubra agora