VI. ALISHA

1.4K 106 0
                                    

Kalian nemu cerita ini dimana? ༎ຶ‿༎ຶ
Kok bisa ketemu ಥ‿ಥ

__________

××× TANDAI YANG TYPO ×××

°
°
°
°
°
°
°
°
°
°

~~~> HAPPY READING <~~~


•••


Beberapa jam kemudian, bel pulang akhirnya berdering.

"Kara!" teriak seseorang.

Alisha yang barusaja ingin keluar dari ruang musik langsung mengurungkan niatnya. Setelah mendengar teriakan tidak asing itu. Ia membuka sedikit pintunya agar dapat mendengar percakapan mereka.

Karamel berhenti berjalan dan berbalik ke belakang. Di sana, ada Erzan yang tengah berlari menuju ke arahnya.

"Lo balik bareng gue, oke?" ucap Erzan. Lelaki itu berdiri di hadapan Karamel seraya mengatur napasnya.

"Gak mau," tolak Karamel. Gadis itu langsung berbalik dan berjalan meninggalkan Erzan begitu saja.

"Pokoknya lo harus pulang sama gue," paksa Erzan. Lelaki itu menahan pergelangan tangan Karamel sehingga Karamel kembali berbalik kearahnya.

"Gue gak mau." Gadis itu kembali menolak.

"Kara balik sama gue," sahut seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang mereka.

"Enak aja lo. Gue yang ngajak kara duluan," sungut Erzan mendelik.

"Tapi Kara gak mau sama lo," balas Giyan.

"Iya juga sih," gumam Erzan, membenarkan ucapan Giyan. Giyan pun menerbitkan seringai tipisnya.

"Tapi gak bisa. Pokoknya Kara harus balik sama gue, titik!" lanjut Erzan keras kepala.

"Lo mau kan pulang sama gue?" Erzan menatap Karamel penuh harap. Giyan juga ikut menatap Karamel, menunggu jawaban dari nya.

"Gak," balas Karamel dengan lugas.

Giyan tersenyum kemenangan merasa puas dengan jawaban Karamel. Sedangkan Erzan langsung murung seketika. Giyan menarik tangan Karamel untuk ikut dengannya. Namun, Karamel tiba-tiba menyentaknya dengan kasar.

"Gue nolak Erzan bukan berarti gue terima ajakan lo," ucap Karamel tersirat akan penolakannya.

"Ppfff, AHAHAHAHA!" Erzan tiba-tiba tertawa lebar. Menertawai kebodohan Giyan.

"Gue gak tau kalian kesambet apaan sampai-sampai kalian pengen anterin gue balik," ujar Karamel menatap mereka dengan heran.

"Intinya, jangan pernah maksa gue lagi untuk ikut dengan kalian. Karena gue gak suka," lanjutnya.

"Terutama lo." Karamel menunjuk wajah Erzan. Menatap Erzan tidak suka. Setelah itu, Karamel pun berlalu dari hadapan kedua lelaki itu.

Giyan menatap kepergian Karamel dengan datar. Tidak menyangka jika Karamel juga menolaknya secara halus. Ya, secara halus.

Kini, Erzan tidak lagi tertawa lebar. Tetapi, tertawa sinis menatap Giyan.

"Kara gak gampang di dekati. Jadi, lo punya rencana apa?" Erzan merangkul pundak Giyan. Giyan menoleh, menatap Erzan dengan rumit.

"Tetap lakukan rencana A," celetuk Asgar yang tiba-tiba ada di belakang mereka. Giyan dan Erzan berbalik menatap Asgar.

"Apapun yang terjadi, tetap di rencana A." Giyan dan Erzan saling pandang. Sepersekian detik kemudian, mereka kompak mengangguk menatap Asgar.

𝐎𝐔𝐓 𝐎𝐅 𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄  [нιαтυѕ]Where stories live. Discover now