V. UNEXPECTED FACTS

1.6K 107 0
                                    

Hai ಡ ͜ ʖ ಡ

___________________________________________

~~~> HAPPY READING <~~~

•••

Jam masuk kembali berdering. Satu persatu anak-anak mulai memasuki kelasnya masing-masing. Seperti kelasnya Karamel, semua anak-anak tampak telah kembali sehingga kelas menjadi bising.

Kali ini, Karamel menyetel lagu favoritnya agar tidak terganggu dengan keributan yang anak-anak ciptakan. Mumpung guru yang mengajar belum datang, Karamel juga menyempatkan diri nya membaca novel itu agar dirinya benar-benar mengetahui alur ceritanya.

Namun, sebuah susu kotak tiba-tiba menghalangi pandangannya. Karamel pun refleks mendongak, penasaran siapa pelakunya. Dan ternyata, lelaki itu adalah Erzan. Lelaki banci dengan seenak jidatnya main seret-seret aja. Karamel menatap Erzan dengan jengkel, tapi Erzan membalasnya dengan cengiran kuda.

"Buat lo," ucap Erzan.

"Gue gak butuh," tolak Karamel sembari menepis tangan Erzan dari hadapannya.

"Gak usah gengsi. Gue tau, lo itu pasti butuh asupan, kan?" kata Erzan dan kembali menyodorkan susu kotak itu.

"Nah, ambil," lanjutnya. Karamel merotasikan bola matanya, dan merampas susu kotak itu dari tangan Erzan dengan kasar. Erzan tersenyum lebar melihat Karamel akhirnya mau mengambilnya.

"Pergi lo," ketus Karamel.

"Iya, sama-sama," balas Erzan tersenyum. Walau Karamel memperlakukannya sedikit kasar, namun tak ayal dirinya sangat bahagia. Karena Karamel mau meresponnya. Setelah itu, Erzan berlalu dari hadapan Karamel dengan senyum yang tak pernah surut.

Karamel bernapas lega, untung saja Erzan tidak kepo dengan novel yang dibacanya.

Karamel pun menutup novelnya, lalu menambah volume musiknya dan menenggelamkan wajahnya di lipatan lengannya. Mungkin tidur dapat membuatnya sedikit lebih rileks. Namun, perutnya tiba-tiba mules. Karamel berdecak kesal sambil berdiri dari duduknya, lalu bergegas menuju ke toilet.

"Lo naksir sama cewek baru itu?" tanya Asgar di saat bokong Erzan mencium kursi.

Bukannya menjawab, Erzan malah menatap Asgar dengan tajam. "Lo juga suka sama dia?" tanyanya.

"Kalo iya kenapa?" ucap Asgar menantang.

Tatapan Erzan mendingin, "lo gak boleh suka sama dia," katanya.

"Kenapa?" tanya Asgar dengan alis yang mengkerut.

"Karena dia cuman milik gue," jawab Erzan penuh penekanan.

Asgar menyipitkan mata, "oke, lo menang," ucapnya dan merubah raut wajahnya seperti semula, santai seperti biasanya. Erzan juga telah merubah raut wajahnya seperti biasa, di saat Asgar meyelesaikan ucapannya.

Giyan berbalik secara perlahan menghadap ke arah Erzan, "sorry, tapi gue duluan yang udah mengklaim gadis itu," ucapnya dengan raut datar.

"Sejak kapan lo mengklaim cewek itu?" tanya Asgar, menarik kursinya mendekat ke Giyan.

"Sejak tadi pagi," jawab Giyan.

"Gak. Pokoknya, Kara itu cuman milik gue. Selagi gue masih ada, lo gak akan pernah bisa dapatin Kara, sampai kapanpun itu," ucap Erzan. Lelaki itu menatap Giyan penuh permusuhan.

Giyan menerbitkan seringainya, "keputusan ada ditangan Kara. Jadi, lo gak usah sok dulu didepan gue," ucapnya.

Erzan berdecih sinis, "gue gak sok. Kenyataannya emang kayak gitu, kalo Kara itu udah jadi milik gue."

𝐎𝐔𝐓 𝐎𝐅 𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄  [нιαтυѕ]Where stories live. Discover now