Part 19 : Hampir Saja

426 50 2
                                    

"Tas lo baru lagi ya, Na?" tanya Lolita ketika menyadari Riana memakai tas yang berbeda dari sebelumnya.

"Hmm."

"Dibeliin Gilang lagi?"

"Iya. Katanya oleh-oleh dari Surabaya."

"Perasaan setelah kalian pacaran, dia sering beliin lo ini itu ya. Sampai ke cincin juga dia beliin. Yakin tuh yang di bawah masih belum dijamah sama dia?" tanya Lolita bermaksud meledek. Pada zaman sekarang, mungkinkah masih ada laki-laki yang tulus memberi dan tak menuntut balik?

"Udah gue bilang sama lo. Kami ciuman bibir aja nggak pernah. Jangan harap kayak gitu."

"Tapi lo ngarep 'kan sebenarnya?"

"Nggak juga tuh!"

"Masa sih?"

"Hmn," balas Riana seadanya.

"Tapi serius deh, Na. Jangan-jangan dia tuh nggak normal. Soalnya kalian pacaran udah lumayan lama, tapi dia nggak pernah nyium bibir lo. Terus pas lo mabuk, dia juga nggak ngapa-ngapain ya 'kan?" asumsi Lolita yang merasa heran. Menurutnya Riana termasuk cantik dan kalau lelaki lain mustahil jika tak melakukan apa pun saat berpacaran dengan sahabatnya itu.

"Nggaklah. Dia pernah bilang ke gue, waktu itu dia sempat tergoda. Tapi dia tahan aja," jawab Riana menyangkal perkataan Lolita.

"Ya, siapa tau aja dia sengaja bohong sama lo," cetus Lolita kembali mengompori Riana. "Mendingan nanti lo tes langsung biar jelas. Lo godain dia dulu, terus lo pura-pura nggak sengaja kepegang itunya. Kalo itunya emang keras berarti dia normal," usul Lolita sambil tersenyum geli.

"Terus kalo emang dia beneran normal, gue mesti gimana? Yakali gue ngegodain dia tapi nggak tanggung jawab?" protes Riana

"Ya udah sih. Tinggal lo lemesin lagi aja 'kan gampang," balas Lolita asal sambil terkikik.

"Kampret lo!"

Riana langsung menggelengkan kepala ketika pembicaraannya dengan Lolita beberapa hari yang lalu kembali hadir memenuhi benaknya. Sebelumnya Riana tak menaruh pikiran yang macam-macam terhadap Gilang karena tidak pernah mencium bibirnya. Tapi berkat Lolita, sekarang ia malah merasa penasaran hingga terbesit rasa ingin membuktikan kebenaran akan hal itu.

"Kamu kenapa bengong?"

Riana tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya ketika ditanya oleh sang kekasih.

"Mikirin apa sih?" tanya Gilang lagi

"Aku nggak lagi mikirin apa-apa," kilah Riana masih tersenyum. Ia mencoba tidak terhasut perkataan Lolita dan memilih percaya jikalau Gilang masih normal.

"Kirain lagi mikirin aku."

"Geer!" rutuk Riana tak terima.

"Siapa tau aja ya 'kan?"

Riana terkesiap ketika Gilang meraih tangan kanannya kemudian menariknya sehingga ia terduduk di atas pangkuan lelaki itu. Kenapa pada saat ia mencoba percaya jikalau Gilang masih normal, kesempatan untuk mengujinya tiba-tiba datang?

Masa bodoh. Kesempatan bagus tidak datang dua kali, pikir Riana. Daripada penasaran, ia memutuskan untuk membuktikannya.

"Iya, aku emang mikirin kamu, Sayang," bisik Riana tepat di depan telinga Gilang. Gadis itu sengaja berbisik mesra seraya melingkarkan tangannya di leher sang kekasih. Sementara itu, Gilang yang dipanggil sayang oleh Riana spontan terdiam karena ini pertama kalinya gadisnya memanggil seperti itu.

One & OnlyWhere stories live. Discover now