Part 10 : Mulai Dekat

316 59 5
                                    

Hai hai aku balik lagi. Happy reading ...

***

Setelah perut kenyang terisi makanan, Aiden pun menguap pertanda ia mulai mengantuk. Bocah itu sengaja mengambil tempat duduk di belakang agar ia bisa tidur selama dalam perjalanan pulang ke rumah nanti.

"Kamu mau ngapain? Pindah ke depan!" titah Gilang saat melihat Riana bermaksud duduk di belakang bersama Aiden. "Kamu pikir saya sopir apa?"

"Lo 'kan emang sopir."

"Tante Ana duduk di depan aja nemenin Om Gilang ya. Nanti Om Gilangnya ngantuk kalo nggak ada yang nemenin ngobrol," ujar Aiden pada Riana dengan tatapan memelas.

"Iya-iya."

Manakala Riana sudah duduk di kursi depan, tepat di sebelahnya, Gilang pun menjalankan mobilnya keluar dari lokasi parkir restoran.

"Hari ini kamu nggak kuliah?" tanya Gilang membuka pembicaraan.

"Nggak."

"Ooh, kenapa? Bukannya kemarin kamu udah ngerjain tugas?"

"Mana gue tau. Lo tanyain aja sendiri sama dosennya kenapa nggak masuk," sahut Riana ketus.

"Santai aja kali jawabnya. Saya cuma nanya doang juga." Mendapati Riana yang seperti ogah-ogahan menanggapi obrolannya, Gilang tidak bertanya lagi sampai akhirnya mereka tiba di kediaman gadis itu.

"Om Gilang nggak langsung pulang 'kan?"

"Nggak kok," jawab Gilang atas pertanyaan Aiden. Seperti biasanya, Gilang akan kembali menemui Veera dengan harapan agar wanita itu cepat sembuh. Namun, sampai sekarang ini masih belum terlihat adanya tanda-tanda perubahan pada diri Veera. Meski demikian, Gilang tak pernah putus asa demi kebenaran yang masih belum terkuak.

Di awal-awal kedatangannya, Gilang sering mendapatkan lemparan barang-barang dari Veera yang menolak kehadirannya. Sekarang sudah tidak dilempari lagi, hanya saja Veera masih belum bisa menerimanya. Wanita itu kerap termenung dan tak menanggapi ketika Gilang mencoba mengajak berbicara.

Gilang bermaksud pulang ketika waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Saat ia hendak memasuki mobil, Gilang melihat Riana keluar rumah tergesa-gesa.

"Ngeselin banget sih tuh dosen. Tadi katanya libur. Eh giliran gue mau tidur malah disuruh masuk. Gimana sih, emangnya udah pasti ada kelas kosong apa?" gerutu Riana yang masih bisa Gilang dengar. Gadis itu menaiki sepeda motor dan langsung menekan starternya. Ia sudah menstarter sekali, tetapi motornya itu masih belum menyala juga. Percobaan kedua pun tetap sama. Hingga Riana menepuk jidat kala menyadari kalau bahan bakar motornya sudah habis.

Riana meraih ponselnya lantas menghubungi sang sahabat. Tak berselang lama, panggilan mereka terhubung. "Halo, Ta. Lo bisa jemput gue nggak?"

"Sorry banget ya, Na. Gue nggak bisa jemput lo. Soalnya kayaknya gue bakal telat masuk. Ini aja gue baru bangun tidur, belum mandi. Habisnya tuh dosen mendadak banget bilang masuk," gerutu Lolita lewat telepon.

"Ya udah deh. Lo buruan mandi sana. Awas aja kalo sampai nggak masuk."

"Iya-iya."

Saat panggilan mereka sudah selesai, Riana menurunkan ponselnya dari telinga. Ia ingin memesan ojek online untuk mengantarnya ke kampus.

"Mau saya anterin? Kebetulan kampus kamu juga searah sama rumah saya."

Riana langsung menoleh saat mendengarnya. Ia baru sadar kalau Gilang masih berada di sana mendengarkan obrolannya via telepon.

"Gimana?" tanya Gilang lagi saat tak kunjung mendapat respons dari Riana.

"Ya udah deh, mau gimana lagi," balas Riana terdengar terpaksa. Ia langsung masuk lalu duduk di samping Gilang sebelum nanti lelaki itu menyuruhnya pindah.

One & OnlyWhere stories live. Discover now