Part 6 : Siapa yang Benar?

579 119 13
                                    

Riana sekeluarga kini telah berada di rumah sakit untuk melakukan tes DNA antara Aiden dan Gilang. Mereka ingin segera mengetahui kebenaran akan hal itu. Karena itu, kemarin malam Riana sudah menghubungi Gilang dan menanyakan waktu senggang pria itu. Gilang pun setuju untuk melakukan tes DNA hari ini. Namun, mereka sudah berada di rumah sakit itu lebih dari lima belas menit lamanya. Akan tetapi, masih saja tak melihat batang hidung Gilang. Riana mulai khawatir dan takut lelaki itu membatalkan janji.

"Mana sih orangnya? Perasaan udah nunggu lama, tapi masih aja belum dateng. Jangan bilang kalo dia beneran nggak datang kayak dugaan aku kemarin," gerutu Riana lantaran mulai bosan menunggu. Ia semakin yakin jika Gilang tak akan datang untuk melakukan tes DNA. Lelaki itu benar-benar tidak bermaksud bertanggung jawab pada kakak dan ponakan tersayangnya.

"Kita tunggu sebentar lagi. Mungkin jalanan macet," sahut Mala masih mencoba berpikir positif.

"Sejak dulu, jalanan emang udah macet kali, Ma. Lagian, Mama sih, kenapa percaya sama dia. Bisa aja dia kabur karena nggak pengen tanggung jawab. Yang kemarin itu, dia cuma pura-pura nggak tau aja," bantah Riana tak satu pikiran dengan Mala.

Riana sudah dengan susah payah membawa lelaki itu ke rumah, tetapi sang mama malah melepaskannya dengan mudah. Sekarang ini lelaki itu malah tidak datang menepati janji, jelas saja ia ingin kabur dari rasa tanggung jawab.

"Yang sopan kalo bicara sama Mama kamu."

Mendengar teguran dari papanya itu, Riana refleks terdiam. Ia bukannya bermaksud tak sopan pada orang tuanya sendiri, hanya saja ia kesal lantaran Gilang masih belum datang dan tanpa sengaja meluapkan hal itu kepada sang mama yang beberapa waktu lalu sudah melepaskan lelaki itu.

Ketika mereka sama-sama diam, yang sudah ditunggu lama pun akhirnya sampai di rumah sakit. Mala bisa bernapas lega ketika melihat kehadiran Gilang di antara mereka. Berbeda dengan Riana yang malah melengos tak suka karena lelaki itu datang terlambat.

"Maaf, saya terlambat," tukas Gilang merasa bersalah karena kedatangannya pasti sudah ditunggu-tunggu. Terbukti dari wajah masam Riana yang sudah ditekuk, yang mana wanita itu pasti sudah bosan menunggu.

"Gue kirain lo nggak bakalan datang. Malah kabur ke mana, karena nggak mau tanggung jawab," sahut Riana mencibir.

"Saya sudah berjanji mau ngelakuin tes DNA. Sudah pasti saya nggak bakalan mengingkari itu."

Selama ini, Gilang selalu berusaha menepati janjinya. Sebab, menurutnya sebagai seorang lelaki yang harus dipegang adalah omongan. Keterlambatannya hari ini benar-benar tidak disengaja. Tadinya ia sudah berusaha datang tepat waktu, sayangnya jalanan benar-benar macet.

"Sudah-sudah, kalian jangan ribut lagi. Yang penting sekarang semua sudah di sini," ujar papa Riana- Delon sengaja mendahului saat sadar sang anak akan kembali menyanggah perkataan Gilang.

"Sekali lagi, saya minta maaf, Om."

"Sudah, nggak papa." Delon bisa paham kalau Gilang bukan sengaja terlambat. Dilihat dari pakaian lelaki itu, sepertinya Gilang langsung menuju ke rumah sakit setelah dari bandara. Sebab, sekarang lelaki itu masih mengenakan seragam pilotnya.

Gilang mengangguk setelah mengucap terima kasih. Ia diminta bersiap karena akan segera melakukan tes DNA terhadap Aiden. Rasanya Gilang tidak sabar menunggu dua hari untuk mengetahui hasil tes tersebut. Ia ingin Riana berhenti menuduhnya jika hasil tes itu sudah keluar. Pun, ingin tahu kebenaran apakah ia memiliki saudara kembar atau tidak. Karena Gilang seratus persen percaya jika hasil tes tersebut negatif. Jika sudah begitu, pasti ada orang lain yang mirip dengannya yang sudah menghamili Veera. Kemungkinan besar orang itu kembarannya.

One & OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang