Part 2 : Bertemu Lagi

701 128 12
                                    

Sudah beberapa hari Riana mencari lelaki itu di bandara, akan tetapi masih saja tidak bisa menemukannya. Sekarang ia tak mencarinya, melainkan hanya makan siang bersama sang sahabat di sebuah restoran. Saat tak sedang dicari, ternyata lelaki itu pun muncul sendiri di restoran yang sama dengan mereka.

"Na! Hei, lo mau ke mana?" tanya Lolita saat Riana bangkit dari tempat duduknya tadi lalu melangkah menghampiri seorang lelaki tidak dikenal. Sahabatnya itu hanya menggerakkan bibir seolah berkata, "mau ke sana bentar," sebagai jawaban atas pertanyaannya tadi. Ia pun mengangguk mengiyakan lantas kembali menyantap makanannya.

"Sekarang lo nggak bakalan bisa kabur lagi." Riana berdiri di samping laki-laki itu dengan tangan yang menyilang di depan dada.

Lelaki itu mengernyitkan kening saat melihat kehadiran Riana. Awalnya ia tidak mengingat siapa Riana, tapi kemudian ia menyadari jika mereka pernah bertemu di bandara sebelum keberangkatannya waktu itu. "Kamu? Waktu itu saya sudah bilang kalo kamu salah orang. Saya nggak pernah tidu-"

Riana refleks langsung membekap bibir lelaki itu agar tidak melanjutkan ucapannya. "Enak aja. Gue nggak lagi hamil!" cetus Riana tidak terima. Jangankan hamil, disentuh lelaki saja tidak pernah.

"Oh. Lalu kenapa waktu itu kamu mau minta pertanggung jawaban dari saya?" Lelaki itu bertanya setelah Riana melepaskan bekapan tangannya.

"Karena lo emang harus tanggung jawab!"

Kening lelaki itu kembali berkerut gara-gara mendengar jawaban Riana. Ia tidak mengerti mengapa Riana masih menginginkan dirinya bertanggung jawab sementara wanita itu tak sedang hamil anaknya.

"Maksudnya?"

"Lo jangan berlagak bodoh deh. Lo itu harus bertanggung jawab terhadap kakak gue!"

"Kamu nggak salah minum obat 'kan?" tanya lelaki itu menyelidik karena merasa bingung. "Kenal kamu aja nggak. Apalagi kakak kamu," tambahnya sambil tersenyum penuh cibiran. Lelaki itu baru terpikir kalau apa yang Riana lakukan sekarang kemungkinan hanya siasat untuk bisa mengobrol dengannya.

Bukannya ia terlalu percaya diri, hanya saja memang ada perempuan yang melakukan itu demi mendekatinya. Namun, baru Riana yang memakai trik kehamilan dan tanggung jawab seperti sekarang. 

Masih disertai senyum yang melekat di bibir, lelaki itu merogoh sesuatu dari saku kemeja yang dikenakannya. Ia menyerahkan sebuah kartu nama kepada Riana. "Langsung bilang kalo kamu pengen kenalan. Nggak usah pakai trik beginian."

Riana merasa kesal karena cibiran lelaki itu. Memangnya lelaki itu berpikir dirinya siapa? Sampai-sampai ia harus memakai trik hanya untuk berkenalan. Jika bukan demi kakaknya, Riana pun malas berurusan dengan lelaki itu.

Dengan dada yang diliputi amarah dan rasa tidak terima, Riana segera mengambil ponsel pintarnya dan mengotak-atiknya. Sementara lelaki itu malah menaikkan alisnya menunggu apa yang sedang Riana lakukan.

"Itu kakak gue! Nggak mungkin kalo lo nggak kenal sama dia 'kan?" Riana bertanya sambil menunjukkan photo sang kakak yang tertera di layar ponselnya kepada lelaki itu. Ia ingin tahu bagaimana reaksi lelaki itu saat melihat photo kakaknya. Apakah masih bisa mengelak seperti sekarang?

"Emang beneran saya nggak kenal."

Jawaban yang dilontarkan lelaki itu berhasil membuat Riana merasa jengah. Sampai saat ini, ternyata lelaki itu tetap saja berkilah tak mengenal kakaknya.

"Jangan bohong deh lo! Jangan karena nggak mau tanggung jawab, lo malah nggak ngaku!" Riana yang mulai kehilangan kesabaran tidak sengaja menaikkan volume suaranya menjadi satu oktaf lebih tinggi. Akibatnya mereka pun menjadi tontonan para pengunjung restoran. Lolita yang menyadari Riana telah membuat keributan sigap menghampiri sahabatnya itu.

One & OnlyМесто, где живут истории. Откройте их для себя