Part 9 : Seperti Suami Istri?

501 55 5
                                    

Haloo guys...
Masih ada yang baca cerita ini nggak sih? Maaf banget karena aku udah nggak update selama berbulan-bulan. Bahkan udah mau setahun cerita ini masih belum kelar juga.

Tapi tenang...
Cerita ini pasti aku selesain kok. Soalnya aku udah nulis lagi sampai mendekati ending.

Soo, jangan lupa tinggalin jejaknya ya.

Happy reading

**

"Oh iya, Om. Besok 'kan, di sekolahnya Aiden ada pertunjukan seni. Om Gilang bisa datang nggak?" tanya Aiden seraya menatap Gilang. Anak itu seakan-akan berharap kalau Gilang bisa datang menonton penampilannya besok.

"Besok?"

"Heem," angguk Aiden mengiyakan. "Biasanya Papa sama Mama teman-teman Aiden selalu datang kalo lagi ada acara di sekolah. Aiden 'kan nggak punya Papa, terus ... Mama juga masih sakit. Jadi biasanya cuma Kakek sama Nenek aja yang datang," sambung bocah itu terdengar sendu.

Gilang yang mendengar perkataan lirih Aiden itu tentulah merasa tak tega. Ia seolah-olah dapat memahami bagaimana perasaan Aiden yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya sejak kecil.

"Besok Om bakalan datang kok," sahut Gilang menghibur sambil mengelus rambut anak itu. Entah mengapa, Ia seakan tidak bisa melihat Aiden yang merasa sedih sehingga langsung menyetujuinya begitu saja. Apalagi kebetulan besok dirinya memang tidak ada pekerjaan.

"Beneran, Om bisa datang?" Aiden bertanya dengan matanya yang berbinar senang dan langsung berseru riang saat melihat Gilang mengangguk sebagai jawaban. "Hooreeee...!" Aiden bahkan sampai turun dari sofa hanya untuk melompat-lompat kesenangan.

"Eh, bukannya kita udah sepakat, kalo Tante yang bakalan datang ke acara sekolah kamu besok? Kenapa sekarang malah ngajakin dia juga?" cetus Riana sangat tidak setuju. Gadis itu sudah cukup bosan melihat Gilang hampir setiap hari di rumahnya, dan sekarang Aiden malah mengajak lelaki itu ikut serta hadir ke acara sekolahnya. Sebagai ayah kandungnya Aiden, memang wajar-wajar saja jika Gilang menghadiri acara sekolah bocah itu. Namun, tetap saja Riana merasa tak senang bertemu Gilang terus.

"Aiden pengen Om Gilang juga ikut, ya Tante" sahut bocah itu merayu sembari memegangi tangan Riana.

"Ya udah, kalo gitu, biar Om Gilang aja yang pergi. Tante Ana nggak jadi ikut," ujar Riana pura-pura merajuk supaya keponakannya itu tidak jadi mengajak Gilang.

"Nggak boleh! Tante Ana harus tetap ikut ya. Aiden pengen ditemenin Tante Ana sama Om Gilang juga. Pleasee...," mohon Aiden sengaja menampilkan raut memelas.

Riana menghela napasnya. Jika Aiden sudah memohon kepadanya, sering kali ia tak bisa menolak. Sama seperti saat ini, Riana hanya mengangguk pasrah mengiyakan keinginan sang keponakan tersayang.

"Horee! Aiden sayang Tante." Aiden meminta Riana menunduk sehingga ia dapat mencium pipinya. Riana yang diperlakukan seperti itu praktis tersenyum kemudian balas mencium pipi bocah tersebut.

Begitu sudah mencium Riana, Aiden kembali menghampiri Gilang. Ternyata ia melakukan hal yang sama kepada lelaki itu. Gilang yang menerima kecupan dari Aiden sempat dibuat terdiam untuk beberapa waktu. Gilang tidak mengerti mengapa dadanya malah berdesir atas apa yang Aiden lakukan. Mungkinkah hal ini terjadi karena Aiden memang benar anak kandungnya? Tapi bagaimana bisa?

"Om kok nggak cium Aiden balik, kayak Tante Ana?" tanya Aiden heran bercampur kecewa karena Gilang hanya terdiam usai mendapat ciuman darinya. Biasanya, setiap kali Aiden mencium pipi kakek atau neneknya, ia akan langsung mendapat ciuman balasan seperti apa yang dilakukan Riana barusan.

One & OnlyWhere stories live. Discover now