Part 13 : Cinta Bersambut

310 63 6
                                    

Setelah kejadian yang semalam, Gilang pikir Riana sudah tidak menghindarinya lagi. Tapi nyatanya salah. Gadis itu kembali tidak bisa dihubungi. Gilang bertanya-tanya mengapa? Apa yang sebenarnya terjadi pada Riana dan apa salahnya?

Hati dan pikirannya kacau hanya gara-gara Riana. Sepertinya Gilang tak hanya sekadar terbiasa dengan kehadiran Riana, tapi sudah mulai jatuh hati pada gadis itu.

Ketika sudah beberapa hari diabaikan, Gilang merasa tak tahan dan langsung mendatangi rumah Riana untuk meminta penjelasan dari gadis itu. Sebab jika Gilang tak salah menilai, Riana sepertinya mempunyai perasaan yang sama kepadanya. Hanya saja sekarang gadis itu tengah menghindar entah karena apa.

Gilang menunggu pintu dibuka dengan sabar. Ia menebak kalau Riana ada di rumah sebab motor gadis itu terparkir rapi di garasi. Pun sekarang ini adalah hari libur. Paling-paling Riana masih bergelung di tempat tidur.

"Siapa? Ganggu tidur gue aja," gerutu Riana sambil membukakan pintu. Ia terkesiap saat melihat kehadiran Gilang di depan pintu dan bermaksud menutupnya kembali. Akan tetapi, Gilang sigap menahan pintu tersebut dengan menggunakan tangan dan kakinya.

"Saya mau bicara sama kamu."

"Gue nggak ada waktu. Gue mau tidur!" tolak Riana beralasan. Ia mendadak merasa gugup yang sekaligus bercampur malu karena ingat kejadian malam itu. 

"Sebentar aja. Ini penting. Pleasee..."

Riana menghela napas lantas membiarkan Gilang masuk ke rumahnya. Ia sengaja tidak mempersilakan Gilang duduk lantaran masih kesal dan tidak terima kalau Gilang berhasil mencuri hatinya.

"Apa?" tanya Riana langsung setelah dirinya menjatuhkan diri di sofa panjang. Ia refleks langsung menggeser duduknya ketika Gilang juga duduk di sofa yang sama dengannya.

"Kamu kenapa jadi ngehindarin saya lagi?"

"Gue udah pernah bilang ke lo 'kan? Kalo gue nggak ngehindar," bantah Riana.

"Kamu bohong! Buktinya kamu nggak pernah membalas chat saya lagi."

"Asal lo tau aja ya. Gue balas chat lo waktu itu ya cuma mau manfaatin lo buat ngerjain tugas-tugas gue doang. Sekarang gue nggak ada tugas, otomatis gue juga nggak butuh lo. Lagian lo siapanya gue? Pacar bukan, suami apalagi." Riana sengaja berkata begitu agar Gilang tidak menuntut penjelasannya lagi.

"Ya udah, kalo gito ayo kita pacaran," ajak Gilang santai yang berhasil membuat Riana terbelalak tidak percaya. Riana pikir Gilang akan langsung marah kala tahu dirinya telah dimanfaatkan. Tetapi apa yang sekarang ini sedang terjadi? Bukannya marah, lelaki itu malah mengajaknya berpacaran? Apakah ia tidak salah dengar?

"Jangan main-main!"

"Saya nggak main-main. Saya serius ngajak kamu pacaran," ulang Gilang sambil menatap mata Riana.

Riana balas menatap mata Gilang untuk bisa menilai kesungguhan lelaki itu. Sebab Gilang mengajaknya pacaran seperti ingin mengajak makan siang saja. Tanpa kata-kata romantis dan sangat to the point.

"Gimana? Kamu mau nggak?"

"Lo kenapa tiba-tiba ngajakin gue pacaran? Emangnya lo suka sama gue?" korek Riana. Jika Gilang sungguh-sungguh ingin mengajak berpacaran, apakah artinya laki-laki itu pun memiliki perasaan yang sama dengannya?

Riana meneguk ludah gugup manakala Gilang meraih pergelangan tangannya. "Jujur, saya nggak tahu pasti kapan perasaan ini tumbuh. Yang jelas saya selalu kepikiran kamu. Saya suka kamu, Riana."

"Tapi lo papanya ponakan gue," gumam Riana sembari menggigit bibir bawahnya.

"Saya emang belum bisa ngebuktiin apa-apa ke kamu. Tapi apa kamu sendiri masih nggak bisa percaya kalo bukan saya orangnya?"

One & OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang