Part 8 : Diajari Gilang

691 99 9
                                    

"Ngapain lo masih di sini? Pulang gih!" usir Riana tanpa basa-basi. Hari pertama Gilang datang ke rumahnya telah dinyatakan gagal total karena Veera tidak mau bertemu lelaki itu. Apalagi Riana memang tidak begitu suka akan kehadiran Gilang, sehingga dirinya pun langsung mengusir ketika keberadaan lelaki itu di rumahnya sudah tidak dibutuhkan lagi.

Gilang yang mendengar pengusiran Riana itu dibuat geleng-geleng kepala. Baru beberapa waktu yang lalu ia tiba di rumah itu, bahkan setengah jam pun masih belum berlalu, tapi dirinya malah sudah diusir. Terlebih lagi, ia sama sekali tak dipersilakan duduk ataupun ditawari minum sekadar basa-basi. Gilang bukannya mengharapkan itu, tapi lelah ketika di perjalanan pun rasanya belum hilang.

Tanpa menghiraukan perkataan Riana, Gilang langsung saja duduk di sofa yang tersedia di ruang tamu tersebut. Riana yang melihat itu tentunya memelototkan mata karena merasa kesal.

"Saya numpang istirahat sebentar. Soalnya saya masih capek habis pulang kerja, terus langsung ke sini," kata Gilang memberi tahu. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk beristirahat kini sudah tersita karena harus datang ke rumah Riana.

"Bodo amat! Bukan urusan gue juga! Udah lo pulang sana!" sahut Riana tidak peduli. Demi membuat Gilang cepat pergi dari rumahnya, ia pun menarik tangan lelaki itu agar segera bangkit dari sofa yang tengah didudukinya.

"Kalo saya nggak mau pulang, gimana?" ucap Gilang menantang. Ia balas menarik tangan Riana hingga gadis itu hilang keseimbangan dan tanpa sengaja malah jatuh tepat di atas pangkuannya.

Riana dibuat membelalakkan matanya ketika menyadari posisi mereka sekarang. Ia sudah berniat bangkit kemudian menjauh dari lelaki itu, tetapi Gilang malah sengaja menahannya. Kini lelaki itu memegangi pinggangnya sambil tersenyum miring., Riana benar-benar tidak habis pikir mengapa Gilang masih saja dapat melancarkan aksi modusnya itu, bahkan kala mereka sedang berada di rumahnya. Apakah Gilang sudah lupa akan tamparan papanya kemarin? Padahal Riana masih bisa melihat memar yang belum hilang sepenuhnya dari sudut bibir lelaki itu

"Daripada kakak kamu, kenapa nggak kamu aja yang saya hamilin?" tanya Gilang seraya menatap Riana.

Sampai hari ini, Gilang masih tidak percaya kalau dirinya yang sudah menghamili Veera. Jika itu benar perbuatannya, mengapa harus Veera? Mengapa bukan Riana? Menurutnya malah lebih menarik Riana dibanding Veera. Meskipun untuk ukuran seorang gadis Riana terbilang cukup kasar, tapi di sanalah letak keunikannya.

"Brengsek!"

Plakkk!

Riana yang mendengar perkataan Gilang itu merasa sangat marah. Alhasil, ia langsung melayangkan tangannya ke pipi lelaki itu. Ini sudah kedua kalinya Riana menampar Gilang dan ia tidak menyesal telah melakukannya.

Selagi Gilang menikmati rasa panas di wajah akibat, kesempatan itu Riana gunakan untuk bangkit dari pangkuan lelaki itu. Lalu, Riana kembali menarik Gilang lantas membawanya menuju pintu keluar.

"Setelah lo puas bikin kakak gue sakit kayak sekarang, lo malah nyesal pernah ngehamilin dia? Dan lo malah berharap kalo yang hamil gue? Lo bajingan, tau nggak!" marah Riana. Tak tanggung-tanggung, ia langsung menutup pintu rumah saat sudah berhasil mendorong Gilang keluar.

Andaikan saja Gilang tidak sigap melangkah mundur, kemungkinan hidungnya pun sudah membentur pintu yang ditutup Riana dengan kasar. Beruntung ia bergerak cepat sehingga bisa mencegah hal itu terjadi.

Sebenarnya Gilang tidak bermaksud berkata demikian. Hanya saja ia ingin mengeluarkan uneg-unegnya. Jika itu benar dirinya, Gilang rasa mungkin ia akan lebih tertarik kepada Riana, bukannya Veera. Tapi apa boleh buat, bukti-bukti sudah cukup memberatkannya. Karena bukti itu pulalah, ia sampai mendapat gelar lelaki brengsek yang tidak bertanggung jawab dari Riana.

One & OnlyWhere stories live. Discover now