Dua puluh sembilan

Start from the beginning
                                    

“Yah... kenapa harus pake KTP, Bang? Gua kan masih 16 tahun belum 17.” ungkap Fajar lesu, wajahnya yang tadinya semangat luntur begitu saja.

“Mau gimana lagi, gua udah usul sama Pak Ageng tapi Pak Ageng katanya engga bisa buat ikut jadi gua bawa anak anak yang umurnya udah tujuh belasan.” jelas Raffa, pemuda dengan jas OSIS terselampir di tangan kanannya itu duduk di sebelah kursi Samudera. “Fajar engga bisa ikut berarti kurang satu.” imbuh Raffa kepada Samudera, pemuda tersebut sejak tadi sibuk dengan laptopnya.

“Sam ikut, lo engga ikut Ngel?” tanya Riko, kepada adik kelasnya yang dirumorkan dekat dengan Samudera.

“Umurnya harus tujuh belas sedangkan sekarang gua berumur enam belas tahun, jelasnya engga bisa ikut, Kak.” jawab Angel, gadis tersebut sedang sibuk menyapu lantai aula setelah di pakai untuk tamu undangan. “Emang harus banget umur tujuh belas tahun, Kak?” tanya Angel pada Raffa.

Raffa menganggukkan kepalanya. “Demi kebaikan, gua engga mau nanggung resiko.” balas Raffa, walaupun ia dan semua teman dari kelas dua belas sudah biasa mendaki gunung tapi biasanya selalu di temani oleh Pak Ageng sedangkan sekarang Pak Ageng tidak dapat ikut jadi Raffa tidak ingin ambil resiko.

“Kita engga jadi ke Gunung Sumbing jadinya ke Gunung Semeru?” tanya Andreas, pemuda dari anak bahasa yang ikut dalam ekstrakurikuler Sapala.

Raffa menganggukkan kepalanya mantap. “Iya, kita bakalan kesana besok dan gua sama Fadli mau ke penyewaan alat muncak nanti sepulang dari sini.” jelas Raffa, ia memiliki tanggung jawab yang besar karena sebagai ketua ekstrakurikuler Sapala SMA NEGERI SEMESTA RAYA.

“Nyewa alat muncaknya pake uang siapa?” tanya Dinda, gadis dari IPA tiga.

“Pake uang kas khusus kelas dua belas, gua lihat lihat cukup.” balas Fadli, mengeluarkan bukunya dari dalam tas lalu membuka lembaran hitungan kas dari kelas dua belas yang sekarang.

Saat Raffa akan membuka suaranya, pandangan matanya justru tertuju pada sosok gadis yang sedang kebingungan di depan aula. “Keyla! Sini lo.” teriak Raffa membuat beberapa murid yang sedang berdiskusi mengalihkan pandangannya menatap Keyla.

“Lo bisa kan ikut ke Gunung Semeru?” tanya Raffa setelah Keyla datang.

“Nah, gua setuju tuh. Gua kan beban jadi ada yang gantiin gua.” tutur Fajar terkekeh kecil, dibalas lemparan tisu bekas oleh Fadli.

“Beban aja bangga lo, dek.” sindir Fadli.

“Biarin beban, kalau engga ada dia sepanjang jalan bakalan anyep.” Dinda membela Fajar, Fadli hanya dapat membuang napasnya kasar saja ia tidak dapat berbuat apa apa jika Dinda sudah membela.

Dahi Keyla mengerut, ia kesini gara gara Samudera yang memintanya tapi mengapa ia justru ditawarkan pergi ke Gunung Semeru. Ia melirik ke arah Sam yang tampak sangat serius dengan laptop dihadapannya sampai sampai tidak peduli akan kehadiran dirinya.

Keyla membuang napasnya kecil. “Kenapa harus gua?” tanya Keyla, mendengar pertanyaan Keyla, Samudera langsung menghentikan jemarinya diatas keyboard.

“Lo harus ikut, Key. Masa dari awal lo engga mau ikut muncak, padahal view di sana so beutiful.” Dinda membujuk Keyla agar ikut degannya, dikarenakan Sapala didominasi anak laki laki hanya Dinda saja anak perempuan dari kelas dua belas yang selalu aktif sedangkan Keyla sangat jarang aktif.

“Buat kenang kenangan kita semua kelas dua belas, jadi lo harus ikut. Gua maksa.” imbuh Raffa tersenyum penuh harap.

Keyla menggaruk alisnya sendiri, bukannya ia tidak mau ikut tapi apakah Bundanya mengizinkan dirinya untuk ikut. Keyla juga jarang aktif ekstrakurikuler Sapala selama ini, apakah ia akan jadi beban? Keyla menggelengkan kepalanya pelan. Saat akan membuka suaranya notifikasi pesan membuat handphone bergetar. Ia merogoh sakunya, munculah notifikasi pesan dari Samudera.

Samudera
Aku udah bilang bunda katanya kamu boleh ikut
Nanti aku bantu kamu nyiapin barang barang buat dibawa kesana

Kedua bola mata Keyla melebar, tunggu... seingat dirinya ia tidak pernah memperkenalkan Bundanya pada Samudera. Samudera saja hanya bertemu satu kali saat penerimaan rapot kelas sebelas. Dari mana Sam tau? Dari mana juga Sam mendapatkan nomor bundanya?

Dulu memang saat kejadian kecelakaan Sam ikut bersamanya karena Keyla sudah memperkenalkan Sam sebagai sahabatnya. Tapi sekarang ia belum sama sekali memperkenalkan Sam pada Bundanya.

“Gua ikut,” ucap Keyla, sembari menyimpan handphonenya kedalam saku.

“Nah, gitu dong. Jadi, gua ada teman ceweknya.” Semangat Dinda memeluk Keyla saking bahagianya.

“Bisa kumpulin KTP kalian dulu, datanya mau diinput sekarang.” Samudera membuka suaranya sembari mengetuk dua kali meja dihadapannya agar KTP dikumpulkan di sana.

Mereka mendaftar melalui website Semeru, lebih awal mendaftar lebih baik agar tidak kehabisan kuota.

“Nanti gua kirim hasil diskusi hari ini ke grup whatsapp biar yang engga datang hari ini bisa tau apa yang didiskusikan. Ingat jangan lupa bawa surat dokternya. ”imbuh Samudera, sembari mengetikkan sesuatu di laptopnya.

Raffa menganggukkan kepalanya kembali. “Gua sama Fadli mau otw ke penyewaan alat muncak dulu.” pamit Raffa, mengambil tasnya, kunci motornya dan KTP yang berada diatas meja.

Mereka semua menganggukkan kepalanya.

🔑

TBCSalam hangat dari AN 🤎🥧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


TBC
Salam hangat dari AN 🤎🥧

Secret Key Where stories live. Discover now