BAB 45

2.1K 84 0
                                    

Happy reading!

.........

Naya sedari tadi duduk termenung di kasur nya. Ia sempat memikirkan perkataan Aldi yang membahas soal anak. Entah kenapa hal itu membuat Naya kepikiran.

Ceklek!

Galang yang baru saja selesai mandi menatap Naya bingung. Ada apa dengan istrinya?

"Nay, kok ngelamun? Ada apa?" Tanya Galang yang sudah duduk di samping naya.

Naya menatap Galang gugup. Kedua tangannya menggenggam gamis nya kuat.

"Sayang, kenapa?"

"Kak Galang mau punya anak gak?"

Deg.

Pertanyaan Naya membuat Galang terdiam sesaat. Kenapa tiba-tiba Naya bertanya seperti itu?

Tiba-tiba saja terlintas ucapan Aldi saat di bandara tadi. Mungkin saja istri nya itu kepikiran soal itu. Galang menggenggam kedua tangan Naya lembut.

"Sayang, aku menikahi kamu bukan karena nafsu. Justru aku menikahi kamu karena Allah. Aku ingin kita sama-sama menyempurnakan ibadah kita. Dan aku mau kita sama-sama meraih ridho Allah dalam sebuah ikatan pernikahan."

Naya sungguh tersentuh dengan  ucapan Galang barusan. Hatinya bergetar dengan sikap laki-laki di depannya ini.

"Jadi aku harap kamu jangan kepikiran sama ucapan Aldi ya. Dia cuma becanda doang." Tambah Galang sambil mengusap puncak kepala Naya lembut.

"Maafin aku ya kak, belum bisa menjadi istri yang baik buat kakak."

"Shuttt!" Galang menaruh jari telunjuk nya di bibir Naya.

"Kata siapa kamu belum bisa jadi istri yang baik? Justru, kamu adalah istri yang paling baik. Kamu sudah menjaga diri kamu dari laki-laki lain. Dan kamu adalah perempuan yang paling beda yang pernah aku temui."

Tatapan Galang begitu tulus kepadanya. Naya beruntung bisa memiliki suami yang pengertian seperti galang.

"Udah ya kamu jangan bahas itu lagi. Kamu fokus aja sekolah. Kalo gitu aku mau ke cafe dulu sebentar. Kamu mau ikut gak?"

"Aku dirumah aja kak."

"Gak papa kalo aku tinggal?" Tanya Galang khawatir.

"Gak papa, kak Galang jangan khawatir."

Galang hanya mengangguk pelan. Sebenarnya dia tidak mau pergi ke cafe. Dia ingin berduaan dengan istri nya di rumah. Tapi apa boleh buat? Cafe nya adalah tanggung jawab dia.

"Yaudah, aku pergi dulu ya. Kalo ada apa-apa, langsung telepon aku oke?"

Naya hanya mengangguk.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Naya pun akhirnya membereskan semua isi rumah nya. Mulai dari menyapu, mengepel, menyiram tanaman, pokoknya semua ia kerjakan.

love with youWhere stories live. Discover now