Dua puluh delapan

Start from the beginning
                                    

Jessica dan Keyla hanya menganggukkan kepalanya saja. Dulu saat kelas sebelas pun sama Andre membuat harapan dengan teman kelasnya, meyakinkan diri untuk ikut tapi hasilnya pemuda tersebut sibuk menyiapkan diri untuk mengikuti lomba E-sport.

Jangan terlalu banyak berharap kepada manusia.

“Loh? Yang ikut lomba puisi di ruang berapa? Gua kemarin daftar lomba tapi lupa cek ruangannya.” heboh Mista, gadis berkaca mata hias tersebut bangkit dari tempat duduknya sembari merogoh sebuah kertas berisikan puisi buatnya.

“Lo juga ikut?” tanya Reva, ia memperlihatkan room chat grup perlombaan puisi kepada Mista.

“Lah? Anjir, lo juga. Tolol udah lewat dari pembukaan lomba.” Mista memasukkan handphonenya kedalam saku.

“Sejak kapan jam setengah delapan?! Gua kira masih jam tujuh.” heboh Reva, mengikat tali sepatunya terburu buru saat melihat Mista sudah berlari menuruni tangga. “Do'ain gua ya guys!” teriak Reva berlari mengejar Mista yang sudah berada di lantai satu.

“Engga usah buru buru Rev.” balas Ayu.

“Bismillah semoga menang Rev, Mis.” balas Keyla.

“Kalau bisa pake toa biar kedengeran sampai sini.” balas Vanda.

“Gobloknya, yang ada entar dimarahi Pak Ageng.” Keyla menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Vanda.

“Biarin, biar ada drama dikit.” jawab Vanda, menyengir lebar seakan ucapannya adalah hal yang baik adanya.

“Ketololan macam apa ini?” gumam Keyla.

“Pagi semuanya, sekarang kita akan menampilkan band dari Start, beri tepuk tangannya yang meriah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Pagi semuanya, sekarang kita akan menampilkan band dari Start, beri tepuk tangannya yang meriah.” Angel, gadis tersebut menjadi Mc ditemani Dea.

“Cek semangatnya pagi ini, SMANSTRA?” tanya Dea, ia mengarahkan mikrofon kepada teman temannya yang berada di bawah panggung.

“YES, COOL, UNIVERSE!” jawab semua murid, kemudian langsung bertepuk tangan heboh.

“Lagu apa?” tanya Vanda kepada Keyla yang sedang berteduh dibawah pohon mangga.

Keyla mencoba mengingat suara musik yang dimainkan oleh Grup Start. “Lagu komang.” balas Keyla, menatap penampilan musik tersebut.

Ini adalah acara inti dari ulang tahun sekolah yaitu penampilan musik dari ekstrakurikuler musik sedangkan perlombaan tetap berjalan di ruang terpisah.

“Dan apabila tak bersamamu
Kupastikan kujalani dunia tak seindah kemarin
Sederhana, tertawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu.” Vanda ikut bernyanyi, gadis tersebut sampai berteriak saking semangatnya.

Sedangkan Jessica, gadis tersebut ikut menonton pertandingan futsal karena ada Andre yang ikut berpartisipasi.

Untuk Keyla sendiri, ia hanya ingin berteduh saja. Matahari sangat terik pada pagi ini, matahari pun ikut semangat dalam meriahkan ulang tahun sekolah. “Gua bener bener harus ngadem.” gumamnya, ia berjalan menjauh dari acara musik tersebut. Satu tempat yang paling nyaman, yaitu perpustakaan.

Keyla bersenandung kecil, melangkah kakinya ruang gembira. Karena koridor lantai satu sepi, sudah pasti sepi semua murid sibuk meriahkan ulang tahun sekolah. Ada tiga atau empat murid saja yang berjalan di koridor itupun terlihat sibuk. Keyla hari ini belum bertemu Sam, entah mengapa mengingat Sam membuat Keyla rindu.

Keyla menggelengkan kepalanya pelan. Jangan terlalu berharap.

“Lo seneng.”

Keyla menghentikan langkahnya, ia menatap bingung kepada pemuda yang tiba-tiba berada dihadapannya. Tatapan pemuda tersebut memancarkan kebencian dan amarah yang mendalam. “Lo kenapa?” tanya Keyla, kondisi pemuda dihadapannya sangat tidak baik.

“Kenapa harus lo Key, gua cape selalu bersaing sama seorang cewek. Lo senang Key? Lo senang bisa ngalahin gua di bidang akademik? Lo senang lihat gua yang selalu dibawah ranking lo? Lo senang kan?!” teriak Ridwan, kedua telapak tangannya terkepal meremas kertas di genggamannya.

Dahi Keyla mengerut. Selama ini jadi Ridwan mengaggap dirinya sebagai saingannya? Padahal ia mengaggap Ridwan menjadi temannya sama seperti yang lain, pantas tatapan Ridwan mengisyaratkan kebencian. “Gua kira tatapan lo emang begitu, nyatanya lo natap gua dengan tatapan benci. Gua engga nyangka Rid, lo anggap gua sebagai saingan padahal gua sendiri anggap lo sebagai teman.”

“Gua engga sudi berteman sama cewek kaya lo, sebab lo gua selalu jadi pelampiasan bokap gua!” Ridwan, menggeram. Ia berusaha agar tidak kehilangan kendali karena berhadapan dengan seorang perempuan.

Keyla tersenyum kecil, ia bingung harus berbuat apa sekarang. Hatinya pun perih karena pertama kalinya temannya berteriak padanya. “Hargai diri lo sendiri, hargai prosesnya. Tanpa berpikir bahwa diri lo engga layak dan orang lain lebih baik dari lo. Kita diciptakan dengan ciri khas masing-masing. Semoga lo paham apa yang gua bicarakan.” Keyla tersenyum simpul, ia memberikan tisu yang baru ia beli kepada Ridwan. “Jangan terlalu memendamnya, lo bisa keluarin semua yang lo pendam.” imbuh Keyla, ia berjalan mendahului Ridwan yang tampak mematung ditempat.

“Lo bantu gua,” ucap Ridwan mampu membuat Keyla menghentikan langkahnya.

“Sebagai teman harus saling membantu.” balas Keyla ia kembali melangkahkan kakinya pergi dari sana.

🔑

TBCSalam hangat dari AN 🤎🥧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


TBC
Salam hangat dari AN 🤎🥧

Secret Key Where stories live. Discover now