“Lo?” gumam Tristan saat Ziko berujar dengan nada penuh kecurigaan.

Ziko tersenyum kecil. “Perasaan anak kembar, lo engga bakal paham.” Ziko terkekeh kecil melihat Tristan memutar bola matanya malas.

Saat Tristan akan membuka suaranya, suara peringatan muncul dan membuat beberapa murid yang sedang bersantai langsung bergegas keluar markas. Diikuti Tristan, Ragas, Oli dan Jovi keempat pemuda tersebut langsung bergegas menuju sebuah tempat jebakan yang sengaja di pasang oleh mereka.

Dahi Keyla mengerut, melihat semua murid laki laki yang berada di sana keluar dari ruangan. Sebenarnya ada apa? Dan mengapa mereka terlihat marah, ada beberapa dari mereka yang membawa kayu dan sebuah besi kecil seperti rantai.

Keyla bangkit dari tempat duduknya berjalan keluar menemui yang lainnya tapi sebelum keluar tangan kanan Keyla ditarik mundur membuat Keyla menabrak seseorang dibelakangnya.

“Lo disini aja, jangan kemana mana.” Ziko membalikan badan Keyla, kedua mata Ziko menatap penuh yakin ke arah Keyla. “Ingat pesan gua Key, kalau ada seseorang ketok ketok pintu ataupun jendela, jangan dibuka. Lo tunggu disini sampai gua datang, siput berjalan.” Ziko menepuk dua kali poni Keyla.

Dahi Keyla mengerut. “Ada apa? Mending gua pulang aja Zik.”

Ziko menggelengkan kepalanya tanda tidak boleh. “Engga baik lo pulang jam segini, gua harus antar lo pulang, tapi sebelum itu lo harus tunggu disini dulu jangan kemana mana. Setelah urusan gua selesai nanti gua akan antar lo pulang.” jelas Ziko, tersenyum kecil melihat ekspresi wajah lucu Keyla.

“Zik, ada penjahat?” tanya Keyla, saat ada suara seperti pukulan di belakang warung mbak Runtah.

Ziko membuang napasnya pelan. “Ingat pesan gua tadi, siput berjalan.” balas Ziko langsung bergegas keluar markas, sebelum itu ia sempat mengelus pelan surai milik Keyla dan menyerahkan kunci ruangan kepada Keyla.

Keyla membuang napasnya kecil. Menatap sekeliling ruangan yang terlihat sangat hangat seperti rumah pada umumnya hanya saja depan warung mbak Runtah yang terlihat seperti warung tak berpenghuni padahal sebenarnya dalamnya begitu nyaman.

Keyla duduk pada sebuah sofa panjang, sebenarnya ia sudah heran sejak awal melangkahkan kakinya ke tempat asing ini. Banyak sekali pertanyaan dibenaknya, tapi ia tahan agar tidak bertanya kepada Ziko. Mungkin privasi Ziko dan tidak sepantasnya ia bertanya seperti itu.

Saat Keyla sedang asik dengan sebuah komik entah milik siapa. Tiba-tiba langkah seseorang membuat Keyla langsung menolehkan kepalanya, dahinya mengernyit. “Bukannya tadi pakai seragam sekolah?” tanya Keyla.

“Gua ganti.” balas Ziko, pemuda kemeja warna hitam tersebut duduk disebelah Keyla.

“Lainnya kemana?” tanya Keyla mencoba melihat teman teman Ziko yang tidak terlihat batang hidungnya sama sekali.

Ziko membuang napasnya gusar. “Semuanya kumpul di suatu tempat aman, lo juga harus kesana. Ayo!” Ziko menggenggam jemari mungil Keyla.

Keyla hanya diam saja tidak berdiri dari tempatnya. “Lo tadi kasih kunci ruangan ke gua kok bisa masuk?” tanya Keyla, sembari mengeluarkan kunci didalam hoodienya, sebuah kunci berbandul siput.

Ziko tersenyum kecil, ia mengelus pelan pipi mulus Keyla. “Gua punya kunci cadangan.” balas Ziko, tertawa kecil saat Keyla menyentak tangannya.

“Gua disini aja, lo kesana aja sendiri.” kekeh Keyla, memasukkan kunci didalam hoodienya, kembali membaca komik tanpa mempedulikan Ziko yang tampak menyebalkan dan menyeramkan secara bersamaan.

Ziko kembali duduk di sebelah Keyla. “Gua sebenarnya engga mau basa basi, tapi... you are his weakness, honey.” Ziko mengeluarkan sebuah kain persegi panjang yang sudah diilipat menjadi kecil, sebuah seringai muncul pada bibirnya. “Say Hi to Arsen.” imbuhnya.

“PENGHIANAT!” bentak Ragas meninju wajah pemuda yang sudah terkapar lemas di tanah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“PENGHIANAT!” bentak Ragas meninju wajah pemuda yang sudah terkapar lemas di tanah.

Pemuda berkaos putih, tertawa kecil seakan tidak takut kepada teman temannya. Ia lalu menunjuk ke arah pemuda berseragam sekolah yang sedang menatapnya datar dan tajam. “Lo bodoh!” tuturnya lalu menyemburkan darah dari mulutnya saat Oli menyuntikkan sesuatu pada tengkuk pemuda tersebut.

“Pergi ke dalam sekarang, ini rencana dia.” Oli menatap beberapa teman temannya di sana. “Biar gua yang urus penghianat ini.” imbuhnya, tersenyum miring penuh kegembiraan, justru membuat teman temannya meneguk ludahnya kasar saat Oli tersenyum menyeringai seperti sekarang.

“Zik, ayo!” Tristan menepuk lengan Ziko agar pemuda tersebut sadar dari lamunannya.

Ziko membuang napasnya pelan. “Percuma gua ke dalam Keyla pasti udah di bawa dia.” Ziko menjeda kalimatnya sejenak, ia kemudian berjongkok mengeluarkan sebuah pisau kecil yang sangat tajam dari kaos kakinya. “Lo tau tempat ini?” Ziko mengarahkan pisau ke arah Oli.

Oli memiringkan kepalanya menatap sebuah tulisan kecil yang terdapat pada pisau tersebut, kemudian ia tertawa kecil. “Lo perlu bantuan gua untuk kesana.” balas Oli menyeka darah pada bibirnya.

Ziko langsung bangkit sembari menggulung lengan baju seragamnya. “Lo ikut gua kesana, kalian berdua jaga markas.” Ziko mengepalkan kedua telapak tangannya, kuat kuat menyalurkan amarahnya.

Arsen!!

🔑

TBC Salam hangat dari AN 🤎🥧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC
Salam hangat dari AN 🤎🥧

Secret Key Where stories live. Discover now