"Keren Key!" Vanda dan Jessica memberikan acungan jari jempol ke arah Keyla dibalas senyuman simpul oleh Keyla.

Sedangkan, sosok pemuda yang sedang menjumlah hasilnya pun menggenggam erat pulpennya menyalurkan rasa marah dan rasa kebenciannya kepada sosok yang selalu menganggu dirinya dalam mendapatkan posisi ranking. "Lo lagi... lo lagi." gumamnya.

"Baik, kita mulai ke pertanyaan ke dua. Tinggi rata-rata dari 15 anak adalah 162 cm. Setelah ditambah tinggi 5 anak, tinggi rata-rata menjadi 166 cm. Tinggi rata-rata 5 anak tersebut adalah?" Bu Anes kembali memberikan pertanyaannya kembali.

"Lo beneran engga ikut gua?" tanya Vanda menolehkan kepalanya ke arah Keyla yang sedang santainya memakan permen karet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo beneran engga ikut gua?" tanya Vanda menolehkan kepalanya ke arah Keyla yang sedang santainya memakan permen karet.

Keyla tersenyum kecil. "Terima kasih atas tawarannya, gua bisa pulang naik bus." balas Keyla.

Bel pulang sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu, koridor lantai dua maupun satu masih ramai oleh murid yang akan pulang ke rumah masing masing. Ada pula beberapa murid yang sedang persiapan untuk ekstrakurikuler maupun hanya nongkrong numpang wifi di depan perpustakaan.

Keyla menghentikan langkahnya saat sudah berada di pertigaan antara parkiran dan gerbang sekolah. "Hati hati Van bawa motornya." peringatan Keyla saat Vanda mengeluarkan kunci motor didalam tasnya.

"Tergantung mood gua, sekarang mood gua lagi baik jadi gua bakal bawa motor dengan penuh kehati hatian." Vanda tersenyum lebar lalu bertos dengan Keyla sebelum pergi dari sana. "Duluan." pamit Vanda kepada Keyla dibalas acungan jari jempol oleh Keyla.

Keyla membuang napasnya pelan sembari melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah yang tidak jauh lagi. Saat akan berbelok dikejutkan oleh tarikan pada tasnya membuat Keyla hampir jatuh karena tarikan begitu kuat.

"Lo kenapa sih?" tanya Keyla berusaha sabar menghadapi perilaku Ziko yang menyebalkan, pemuda itu justru tersenyum semanis mungkin kepada dirinya.

"Kak, jadi bini gua ya." ajak Ziko tanpa raut berdosa, seakan ajakan begitu hanya untuk main main saja.

Sabar Key, Sabar!

Keyla menyentil jidat Ziko dengan geram. "Ngapain tarik tas gua? Hoodie lo gua kembaliin besok." Keyla berusaha sabar, ayolah moodnya udah buruk apakah Ziko akan menambahkan moodnya menjadi lebih buruk lagi.

"Lo pulang bareng gua." Ziko menggandeng tangan Keyla berjalan ke arah parkiran motor.

Dahi Keyla mengerut, bukannya tadi Ziko tidak mengendarai motor tapi mengapa berjalan ke arah parkiran motor? Saat Keyla akan membuka suaranya sudah disela oleh Ziko.

"Bukan pertanyaan Key, melainkan pernyataan. Jadi, lo engga boleh ngebantah." Ziko memasang helm yang entah dari mana sudah ada di sana, memasangkan pada kepala Keyla.

"Gua bisa pasang sendiri." Keyla sedikit memundurkan langkahnya agar lebih jauh dari Ziko. Sikap Ziko sungguh menyebalkan, Shibal.

Ziko hanya tersenyum kecil sembari mengeluarkan motornya dari parkiran. "Pake hoodie gua." Ziko mencegah Keyla yang akan naik ke motornya.

Keyla hanya menganggukkan kepalanya, ia mengeluarkan hoodie milik Ziko dan mengikatnya dengan benar lalu ia langsung naik ke jok motor milik Ziko. Ada rasa lega saat parkiran motor terlihat sepi, jadi tidak ada gosip yang tidak tidak mengenai kedekatan hubungan Ziko dan dirinya.

Keyla membuang napasnya kasar, mengingat hubungannya dengan Samudera kedepannya bagaimana. Dulu, saat Samudera ikut Olimpiade Keyla selalu saja menganggu Samudera entah menelfon, mengirimkan pesan ataupun long text entah melalui whatsapp ataupun instagram. Keyla bergelidik ngeri sendiri saat Samudera memblokir nomornya, jika nomor whatsapp saja tidak apa tapi semua akun media sosial milik Keyla.

"Kayanya kita harus mampir ke warung mbak Runtah lagi, Key." Ziko mengecek ban motornya yang terlihat kempes.

Keyla dengan sikap langsung turun dari motor. "Parah banget Zik, sampe gini ban motor lo." tunjuk Keyla pada ban motor yang benar benar sudah kempes. "Kalau gitu gua ke halte aja Zik, terima kasih atas niat baiknya." Keyla tersenyum kecil, sebenarnya ia sudah benar benar ingin ke halte saja dibanding harus bersama Ziko. Bukan apa apa tapi jika terus bersama Ziko mood Keyla justru akan tambah turun.

"Bus terakhir udah pergi tiga menit yang lalu, lo mau jalan kaki?" tanya Ziko sembari mendorong motornya.

Keyla menghentikan langkahnya. "Engga apa apa, gua udah biasa jalan kaki." jawab Keyla buru buru akan pergi dari sana.

"Anjing depan perumahan," ucap Ziko membuat Keyla menghentikan langkahnya kembali.

Keyla membuang napasnya kasar, ia lupa. Jika, Keyla jalan kaki berarti dirinya harus jalan melalui depan perumahan yang banyak anjing galak. Keyla mengusap wajahnya kasar, apakah ia harus menelfon Vanda?

"Lo ikut gua aja, nanti gua pinjam motor Ragas. Ayo!" Ziko menganggukkan kepalanya agar Keyla percaya kepadanya. "Gua engga maksa, kalau lo mau pulang silahkan, tapi hati hati ada anjing galak depan perumahan." Ziko terkekeh kecil saat Keyla ragu ragu akan pulang.

Shibal!!

🔑

TBC Salam hangat dari AN 🤎🥧

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


TBC
Salam hangat dari AN 🤎🥧

Secret Key Where stories live. Discover now