page 26 : 𝐰𝐨𝐮𝐧𝐝

487 80 5
                                    

hAiiiiiiiiii!!! iya tau lamaa bgt kalian nunggunya, aku teh sebenernya udah ngedraft dari lama, tapi ragu parah buat up :( cry cry, TAPI INI UDAH AKU REVISI KOK hshshs, selamat membaca! ⭐

setelah kurang lebih selama satu jam maura menangis di dalam pelukan lelaki tersebut, akhirnya tangisan itu berhenti, maura merasa sudah mulai tenang.

maura melonggarkan pelukannya dan menciptakan jarak diantara mereka,

"maaf gua nangisnya lama, lu pasti pegel—" belum sempat maura menyelesaikan ucapannya,

"gapapa" balas lelaki itu.

"kaki lu luka" kata gama sambil menunduk melihat lutut maura yang berdarah.

maura duduk diatas sofa dan gama yang berlutut mengobati luka nya, langkah pertama adalah membersihkan luka dengan alkohol, tahap ini yang paling perih membuat rintihan keluar dari mulut maura.

"tahan sebentar, biar ga infeksi" ucap gama menatap maura.

setelah selesai dibersihkan luka kemudian ditutup menggunakan plester luka.

"tangan lu juga, sini" kata gama menyadari adanya luka goresan disana.

"sini" gama mengenggam tangan maura ketika mereka mulai memasuki rumah.

"bun liat aku bawa siapa" ucap gama.

"kayak punya cewek aja kamu" decih bunda yang masih memunggungkan gama karna sibuk dengan peralatan masaknya.

"ini aku bawa cewek" kata gama.

bunda langsung mematikan kompor lalu menoleh ke belakang, kedua matanya bersemangat melihat kehadiran maura disana.

"halo maura" sambung bunda. "kamu apa kabar? kita udah lama banget ga ketemu"

maura tersenyum. "halo, aku baik bun"

dibelakang gama terlihat memberi kode kepada bunda nya lewat eskpresi wajah.

"yasudah kamu ke kamar gama dulu aja ya ra, bunda mau lanjut masak, sebentar lagi selesai kok, nanti bunda panggil ya" ucap bunda sambil mengelus pelan surai rambut maura.

"kaaaak mauraaaa!" itu suara ciya—adik perempuan gama, yang terlihat berlari ingin memeluknya.

maura berjongkok dan membalas pelukan ciya.

"kak, aku kangen banget tauk sama kakak! kenapa kakak ga pernah kerumah lagi semenjak putus sama abang?" tanya ciya dengan ekspresi cemberut.

"ciyaa" ucap gama memperingati.

maura tersenyum. "iya maaf ya aku ga pernah kerumah lagi"

"aish kakak jangan minta maaf gitu!" sambung ciya. "ayo main sama aku kak! aku punya banyak mainan baru buat ditunjukkin ke kakak"

ciya langsung menarik tangan maura agar ikut bersamanya, hal itu tentu membuat gama memperingatkan adiknya sekali lagi.

"ciya pelan-pelan jangan ditarik, kak maura lututnya luka"

the cherry on the cakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang