page 10 : 𝐫𝐞𝐝 𝐝𝐚𝐲

868 183 11
                                    

maura memegang perutnya yang terasa sakit, ini hari pertama menstruasi nya. seharian ini perempuan itu hanya berbaring di kasur sambil menahan sakit.

dia kebelet pipis membuat harus bangun maura harus bangun.

maura keluar dari kamar mandi, saat dia ingin berjalan sesuatu menahannya, ujung baju nya tersangkut di gagang pintu, dia pun bergegas melepas nya.

dia berjalan menuju meja yang ada di kamarnya mencari obat pereda mens, maura menemukannya. dia bergegas memakan obat itu lalu meminum air, obat tersebut lolos dari tenggorokan, namun tiba-tiba saja pegangannya pada gelas meleset membuat gelas kaca itu jatuh dan pecah diatas lantai marmer kamarnya.

maura kemudian berjongkok hendak memungut pecahan-pecahan gelas itu, kecerobohannya tidak berhenti, telunjuk dia tiba-tiba mengeluarkan darah ketika tidak sengaja memegang bagian pecahan yang tajam.

buliran air mata mengalir membasahi kedua pipi perempuan itu, semuanya membuat maura kesal. maura juga benci saat dirinya menangis seperti ini hanya karena masalah kecil, perubahan drastis mood perempuan saat mens membuat dia frustasi.

tiba-tiba seseorang merangkul pundaknya dan membantu maura bangkit dari posisi jongkok.

"jari lu berdarah harus diobatin dulu, biar ini nanti gua yang beresin" maura menoleh dan mendapati wajah tampan alaska yang juga menatapnya.

alaska menekan luka maura dengan kain kasa membuat darah lagi-lagi keluar dari sana, mengeluarkan darah adalah langkah pertama untuk menghentikan aliran darah dari luka. darah harus menggumpal untuk bisa memulai proses penyembuhan.

lelaki itu menyalakan air wastafel dan membiarkan air mengalir membasahi luka maura, rintihan kecil terdengar.

"tahan sebentar, supaya luka lu ga infeksi"

maura duduk dikasur sedangkan alaska menarik bangku dari meja belajarnya. perempuan itu memperhatikan alaska yang sedang membalut lukanya dengan plester.

"lu kenapa selalu dateng pas gua mens hari pertama?" tanya maura bingung.

alaska yang sudah selesai itu menatap maura. "ah, gua belum ngasih tau lu ya?"

kedua alis maura hampir bertautan melihat hal yang ditunjukkan alaska lewat layar ponselnya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

kedua alis maura hampir bertautan melihat hal yang ditunjukkan alaska lewat layar ponselnya itu.

"lu tandain jadwal mens gua di kalender?" tanya maura.

alaska mengangguk. "untungnya jadwal lu teratur dan selalu di tanggal yang sama"

maura tidak bisa berkata-kata, entah rangkaian kata indah apalagi yang bisa mendeksripsikan sosok alaska.

perempuan itu menatap berbagai macam makanan yang ada diatas kasurnya, ada pizza esktra cheese, burger big mac, kentang goreng berukuran large, sushi salmon yang fresh, chitato sapi panggang favoritnya dan tidak lupa esteh varian sea sealt yang sedang maura minum.

"makasiiiii banyaaaak alaska" ujar maura yang terlihat sangat senang.

"hari pertama hari yang paling susah kan? maunya makan terus" tanya alaska.

maura mengangguk setuju dengan mulut yang mengunyah pizza. "bener banget"

"cari cewek cepetan gih, sayang banget lu yang super pengertian kayak gini gaada cewek" kata maura.

"gamau, aku cuman mau kasih semua ini ke kamu" balas alaska dengan senyum yang ada di bibirnya.

AKU-KAMU???????!!!!!

maaf ini maksudnya apa ya? sengaja banget mau ngobrak-ngabrik hati maura.

"perutnya masih sakit?" tanya alaska.

"masih, tadi udah minum obat tapi masih sakit" jawab maura.

"gua pernah liat ini di instagram, kata orang-orang lumayan manjur makanya gua bawain" alaska terlihat mengeluarkan sesuatu dari paper bag besarnya, itu bantal penghangat nyeri.

"gua tau ini, pernah liat juga" ucap maura.

"katanya harus di colokin dulu 10 menit" balas alaska.

"sini" maura mengambil alih kemudian menyambungkannya ke stop kontak.

setelah itu mereka diem, canggung karna gaada obrolan.

"mau dikepangin ga rambutnya?" tanya alaska.

mata maura terbelak. "bisa kepang juga?"

"iya" jawab alaska sambil senyum tipis.

"mau mauu"

alaska duduk disamping maura, dia menyisir rambut perempuan itu terlebih dahulu sebelum akhirnya memulai kepang.

"kepang dua gitu kayaknya cocok buat lu" ucap alaska.

"gua ngikut aja, karna hasilnya pasti bagus" balas maura.

tangan alaska dengan telaten mulai membentuk rambut maura menjadi sebuah kepangan.

"lu kenapa bisa kepang rambut deh? dari sekian cowo kayaknya persentase nya juga kecil, even I as a girl can not do it" tanya maura penasaran.

"supaya nanti kalau punya anak perempuan gua bisa kepangin rambutnya setiap hari" jawab alaska membayangkannya membuat lelaki itu tersenyum.

"siapapun yang jadi istri lu pasti beruntung banget deh" ujar maura.

"lu gamau jadi cewek beruntung itu?" tanya alaska yang dibalas kekehan kecil oleh maura.

"udah selesai"

maura takjub dengan hasil kepangan alaska. "lucu banget asli!" puji perempuan itu.

alaska tersenyum. "makasih"

"gua yang seharusnya makasih" ucap maura.

"bantalnya udah sepuluh menit deh" alaska kemudian mengambil bantal penghangat itu dan diberikan kepada maura, maura kemudian menaruh diatas perutnya yang terlapis kaos.

mereka berdua terus mengobrol diselingi candaan-candaan ringan sampai maura melupakan rasa sakitnya, entah bantal penghangat itu benar-benar manjur atau karna terlarut dalam obrolannya dengan alaska.

-

-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
the cherry on the cakeWhere stories live. Discover now