Chapter 43

1 1 0
                                    

Tania masih duduk di Kafe bersama Yudha, mantan pacar Ulfa. Dia sangat menyelidiki tentang kasus kematian Ulfa tapi tak tahu harus mulai dari mana. Dia berharap polisi berpangkat inspektur dua itu dapat membantu penyelidikannya.

"Aku mencurigai dua orang ini," kata Tania sembari menunjukkan foto Zaki dan Yuna.

Yudha mengerutkan kening. "Ini suaminya Ulfa, kan?"

Tania mengangguk. "Ya, dan ini istri pamannya Ulfa."

Yudha bersiul melihat foto Yuna. "Bukannya pamannya Ulfa itu udah tua? Menang banyak banget dia nikah sama cewek secantik ini," komentar polisi itu.

Tania melotot tidak senang. "Justru Yunalah yang sangat beruntung karena bisa menikah dengan Paman Vian! Cewek itu bahkan nggak punya apa-apa yanh bisa dibanggakan selain wajah cantiknya."

Yudha memilih bungkam saja. Berdebat dengan Tania yang keras kepala pastinya melelahkan.

"Kamu mencurigai mereka karena email dari Ulfa ini?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan. Dia mengamati sejenak screen shoot dari email Ulfa yang dicetak oleh Tania. Isinya memang rancu dan menimbulkan banyak spekulasi.

"Jadi dua orang ini pernah hampir menikah lalu membatalkannya dua tahun yang lalu. Tiba-tiba si cowok menikah dengan Ulfa dan si cewek menikah dengan pamannya." Yudha memegangi janggutnya.

"Memang terlalu aneh kalau disebut kebetulan."

"Memang!" tegas Tania. "Sudah pasti ini akal-akalan mereka saja untuk mendapatkan harta warisan dari Wijaya Grup!"

Yudha ingin berkomentar bahwa Tania terlalu banyak nonton sinetron, tapi mengurungkan niatnya. Dia berpura-pura saja setuju dengan ucapan gadis itu.

"Kita harus menyelidiki kasus ini, tapi aku tak tahu harus mulai dari mana. Kamu kan sudah punya pengalaman sebagai polisi, kamu pasti lebih tahu kan apa yang harus dilakukan?" tanya Tania.

"Fokus utama kita mengungkap misteri kematian Ulfa, kan? Jadi sebaiknya kita harus tahu dulu apa yang terjadi di villa itu ketika dia meregang nyawa," kata Yudha.

"Bagaimana caranya?"

"Aku akan menanyakan mengenai kasus ini ke Polsek Batu, walau mungkin sepertinya akan sulit sebab itu bukan wilayah kerjaku. Kamu coba temui teman-teman Ulfa yang lain, mungkin saja Ulfa menceritakan sesuatu pada temannya selain kamu," ucap Yudha.

Tania mengangguk khidmat.

***

Yuna dan Vian akhirnya bisa sampai di rumah setelah hujan reda. Mereka duduk-duduk di ruang tengah sembari bergandengan tangan.

"Hari ini waktu kita habis buat perjalanan aja ya, besok mau ke mana?" tanya Vian sembari meremas tangan istrinya.

Yuna tersenyum. Awalnya bersentuhan dengan suaminya itu memang tidak nyaman, tapi lama-lama dia terbiasa juga. Malah dia merasakan kehangatan dari tangan Vian yang menjalar ke seluruh tubuhnya dan membuatnya merasa nyaman.

Mereka duduk-duduk di sofa ruang tengah sembari menyalakan televisi. Menonton sinetron entah judulnya apa, hanya sebagai teman agar suasana tidak sepi.

"Ke mana ya? Ke Pasar Sukowati aja gimana beli oleh-oleh? Pasar Kreneng juga kayaknya bagus," tawar Yuna.

"Mau belanja? Itu kan bisa nanti kalau mau pulang," tolak Vian. Tipikal lelaki memang begitu. Paling ogah kalau diajak belanja ke Pasar. Beda dengan cewek semacam Yuna yang memang suka shopping.

"Snorkeling atau diving yuk! Atau naik banana boat! Kita ke Nusa Dua!" ucap cowok itu semangat.

Yuna memberengut tidak senang. "Kamu lupa kalau aku lagi haid?"

Vian tampak bengong sejenak. "Emang kenapa kalau lagi haid?"

"Ya nggak enaklah kalau mau mainan air gitu! Ntar kalau aku renang jangan-jangan darahku menarik perhatian hiu! Dia datang terus aku di makan!" ucap Yuna histeris.

Vian malah terkekeh mendengar penuturan istrinya itu.

***

Back Cover of MemoryWhere stories live. Discover now