Chapter 2

18 4 1
                                    

Cahaya mentari menerobos masuk ke dalam jendela saat tirai kamar dibuka. Sinar terang itu menerpa wajah Yuna dan membuatnya merasa terganggu. Dia membuka mata perlahan sembari mengamati sekeliling. Suasananya masih sama. Dia terbaring di atas ranjang rumah sakit dalam sebuah ruangan serba putih ditemani wangi antiseptik. Yuna melihat seorang wanita gemuk berjilbab berdiri didepan jendela sembari mengisi Vas dengan bunga.

"Ibu," panggil Yuna.

Wanita berkemeja kotak-kotak itu menoleh. Dia tersenyum lalu mendesis dan mencubit pipi Yuna. "Dasar anak nakal! Lihat dirimu, kenapa kamu selalu membuat ibu jantungan!" seru Bu Halimah dengan suaranya yang serak, matanya mulai berkaca-kaca.

"Maaf," kata Yuna lirih.

Bu Halimah mendekati putri semata wayangnya, mengecup kening dan mendekap gadis kecilnya itu erat. "Nggak apa-apa, Sayang. Ibu sudah senang asalkan kamu hidup."

Bu Halimah membelai rambut Yuna lalu menawarkan makanan. "Apa kamu mau makan? Ibu bawa sup jamur tiram kesukaanmu."

Yuna mengangguk lemah. Bu Halimah mengeluarkan perbekalan dari dalam ransel. Ia mulai menyuapi putrinya setelah memutar tempat tidur sehingga Yuna dalam posisi setengah duduk.

"Ibu, apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini?" tanya Yuna. "Kamu benar-benar nggak ingat?" tanya Bu Halimah sangsi.

Yuna menggeleng perlahan. Bu Halimah mendesah. Dia tak menduga putrinya itu kini mengalami penyakit yang sering dilihatnya di sinetron-sinetron.
Amnesia!

"Kamu juga nggak ingat pada Vian?" tanya Bu Halimah.

Kerutan samar terbentuk di dahi Yuna karena mendengar nama yang asing bagi telinganya. "Siapa itu?"

Bu Halimah menghela napas lalu membelai rambut Yuna. "Dia suamimu, kalian baru menikah sebulan yang lalu," jelas Bu Halimah.

Yuna terperanjat, netra indahnya membelalak menatap ibunya tak percaya. "Aku menikah dengan siapa?" ulangnya.

"Namanya Vian. Kalian baru bertemu dan menjalin hubungan selama setengah tahun, lalu kalian memutuskan untuk menikah. Dia pria yang sangat baik dan menyayangimu."

Yuna tertegun. Hal terakhir yang diingat nya adalah saat dia tertabrak sepeda motor, sepulang dari memesan surat undangan untuk pernikahannya dengan Zaki. Bagaimana bisa pernikahannya dengan Zaki batal dan dia malah menikah dengan orang lain?

"Ba-bagaimana bisa? Bukankah aku mau menikah dengan Zaki? Kenapa aku malah menikah dengan orang lain?" tanya Yuna gamang, suaranya bergetar.

Bu Halimah menatap putrinya dengan miris. "Kalian sudah putus, Nak. Pernikahan kalian dibatalkan 2 tahun yang lalu." Wanita itu menerawang mencoba mengenang masa lalu.

"Dua ... dua tahun?" tanya Yuna terkesiap. "Sekarang tanggal berapa?" tanyanya gamang.

"Dua Desember 2018," jawab sang ibu.

Kepala Yuna serasa dihantam batu yang keras. 2018! Ada apa ini sebenarnya? Kenapa tiba-tiba dia terlempar terlalu jauh ke masa depan? Sementara yang dia ingat adalah tanggal 9 Desember 2016. Apa saja yang dilakukannya selama itu? Mengapa dia tidak bisa mengingat apa-apa?

"Kamu benar-benar kacau saat itu. Kamu bahkan nggak mau berhubungan dengannya lagi. Kamu baru mulai cerita, setelah pindah kerja ke Surabaya dan bertemu dengan Vian," terang Bu Halimah.

Batin Yuna serasa remuk! Dia tak percaya dengan apa yang didengarnya dari ibunya. Dia putus dari Zaki? Bagaimana bisa? Dia sangat mencintai pria itu! Mereka telah menjalin hubungan selama lima tahun lebih semenjak awal kuliah. Bagaimana mungkin mereka bisa putus begitu saja?

Back Cover of MemoryWhere stories live. Discover now