Chapter 7

7 2 0
                                    

Yuna lagi dengan gamang.
"Apa kamu mau mematung terus begitu? Setidaknya tawari kami daftar menu, pelayan macam apa kamu!" cibir Yuna.

Wanda tertawa kering lalu menyodorkan daftar menu pada Yuna dan suaminya. "Silakan, Anda mau pesan apa?" tanya Wanda gugup.

Yuna tertawa melihat kegelisahan Wanda. "Kenapa kamu jadi formal begitu!" kata Yuna di sela tawanya.

Setelah mencatat pesanan Yuna dan Vian, Wanda pun berlalu ke dapur. Sebelum memasuki pintu dapur, wanita itu berhenti sejenak dan melirik ke belakang. Dia mengamati Yuna yang tampak sedang mengobrol dengan suaminya.

Bagaimana mungkin Yuna tiba-tiba muncul di sini? Apa dia sudah melupakan apa yang telah diperbuat Wanda kepadanya? Tangan Wanda gemetar. Dia lalu mendorong pintu menuju dapur.

***

"Amnesia!"

Wanda terbelalak setelah mendengar penjelasan dari Vian tentang kondisi istrinya. Cewek itu memberanikan diri duduk semeja dengan pasangan suami-istri Wijaya setelah kafenya mulai sepi.
"Amnesia disosiatif. Dia hanya nggak bisa mengingat peristiwa dalam dua tahun terakhir, tapi untuk yang lainnya dia masih ingat," jelas Vian.

Wanda melirik Yuna, menilai
apakah wanita itu berbohong
atau tidak. Yuna hanya tersenyum
manis.

"Apa kita bertengkar? Kenapa tiba-tiba kita putus hubungan? Aku juga nggak ngundang kamu ke upacara pernikahku, kan? Kenapa?" tanya Yuna gamang.

Wanda tersenyunm kecut lalu menunduk. "Aku senang kamu hilang ingatan," katanya, "kamu benar-benar marah saat itu. Kamu bahkan nggak mau melihat wajahku lagi."

Yuna terperangah mendengar penjelasan Wanda. Dia tak percaya dia dapat melakukan hal sekejam itu pada Wanda. Sejak kecil mereka memang sering
bertengkar. Tapi tak pernah lama, paling hanya sehari dua hari saja mereka akan berbaikan lagi.

"Apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa jadi seperti itu?" tanya Yuna gugup.

Wanda melirik Yuna lalu menghela napas. "Aku... mencuri lagi darimu. Saat itu.. aku benar-benar butuh uang. Maafkan aku"

Yuna terdiam, telinganya hampir tak percaya dengan apa yang diutarakan Wanda. Benarkah Yuna dapat bersikap seperti itu hanya karena uang? Vian tertegun memandangi dua sahabat yang
tampak canggung tersebut. Dia lalu menepuk tangan untuk mencarikan suasana.

"Baiklah, kita lupakan saja kesalahan yang telah lalu. Kalian, kan, sudah berteman sejak lama, bagaimana kalau kalian memulai semuanya dari awal lagi?" usul Vian.

Yuna tersenyum dan mengangguk. Dia lalu menepuk pundak Wanda. Perlahan senyum gadis itu mengembang.

"Baiklah, aku tinggalkan kalian mengobrol. Aku mau ke toilet sebentar," kata Vian sembari bangkit. Dia lalu melangkah pergi dan meninggalkan Yuna bersama Wanda.

Yuna memerhatikan Wanda dengan saksama. Wanita itu masih tampak canggung untuk mendekatinya.

"Wanda, benarkah aku bisa sekejam itu hanya karena masalah uang?" tanya Yuna.

Wanda menelan ludah. "Sebenarnya bukan. Kamu marah karena aku nggak mau jujur padamu. Kamu sangat kecewa karena aku menipumu. Aku menusukmu dari belakang."

Yuna bergeming, apa yang dikatakan Wanda ada benarnya. Yuna memang sangat membenci kecurangan dan penipuan. Tapi benarkah Yuna sampai hati tak mau berhubungan dengan Wanda
lagi hanya karena hal itu? Yuna masih tak dapat memercayai hal tersebut, tapi untuk apa Wanda membohonginya?

"Wanda, aku mau tanya satu hal," kata Yuna, "apa kamu tahu kenapa aku membatalkan pernikahanku dengan Zaki?"

Wanda tampak tertegun, tapi kemudian tersenyum kecut. "Dia selingkuh, Yun. Kamu memergokinya selingkuh."

***

Vote dan Komen ya Guys

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote dan Komen ya Guys...

Back Cover of MemoryWhere stories live. Discover now