Bab 7

27 1 0
                                    

Yura membuka matanya perlahan, menatap langit-langit kamar yang masih terasa asing. Pikirannya segera melayang ke masa yang menyedihkan itu lagi, dan rasa takut itu kembali menyelinap ke dalam benaknya. Ketakutannya akan kembali ke kehidupan yang penuh penderitaan dan rasa sakit yang tak berujung menghantamnya seperti gelombang tak terhentikan.

Tak ada kedamaian, tak ada ketenangan. Yura memilih untuk memulai hari secepat mungkin, mungkin dengan harapan bahwa kehidupan nyatanya saat ini bisa memberinya pelarian dari masa itu.

Ketika pagi buta tiba, Yura mengenakan pakaian olahraga, melibatkan diri dalam rutinitas yang memberikan kesejukan pada pikirannya yang gelisah. Meski masih terlalu dini bagi matahari untuk mengintip di balik cakrawala, dia memilih untuk berlari di sekitaran komplek perumahan yang sunyi. Hanya langkah-langkahnya dan dentuman irama detak jantungnya yang mengiringi pagi itu.

Topi yang dikenakannya tak hanya menjadi pelindung dari embun pagi, tetapi juga perisai dari pandangan orang lain. Yura tak ingin menjadi bahan perbincangan lagi. Dia merasa malu dengan pemberitaan yang merobek privasinya, dan keberanian untuk tampil di depan umum pun seakan menghilang bersamaan dengan kesejukan udara pagi.

Setiap langkah yang diambilnya adalah usaha untuk meraih kembali kendali atas hidupnya yang sempat lepas dari genggaman. Berlari di pagi buta memberinya ketenangan sejenak dari ketakutannya. Meski takut akan sorotan orang lain, dia menemukan kebebasan dalam kegelapan dan sunyi pagi.

Namun, di balik topi yang menutupi wajahnya, ada kekuatan yang tumbuh. Yura tahu bahwa proses penyembuhannya dimulai dari langkah kecil ini, langkah-langkah yang diambilnya dengan penuh keberanian di pagi-pagi buta yang sunyi ini..

"ini adalah kehidupan baruku, aku akan melakukan yang terbaik.." gumam yura hendak mengakhiri olahraga paginya karena badannya kini sudah dipenuhi dengan keringat...

"pagi nona yura," sapa salah seorang sekuriti kemudian membukakan gerbang mempersilahkan nona mudanya memasuki lingkungan rumah kembali..

"pagi" jawab yura kemudian melangkah masuk...

"apa aku tidak salah lihat? Itu benar nona yura kan? Jam berapa ini?..." selidik satpam itu keheranan..

"iya, matamu tidak salah. Tadi pagi nona bilang dia ingin berolahraga jadi aku membukakan gerbang untuknya.." jelas salah seorang sekuriti lainnya..

"nona benar – benar sudah berubah, aku jadi bersyukur dengan adanya kecelakaan itu" lanjut sekuriti itu masih keheranan..

"hushhh, kamu ini ada – ada saja" sekuriti itu kemudian memukul ringan belakang kepala sekuriti lainnya mengingatkan agar tidak asal bicara..

Para pembantu di rumah yang kini sedang mulai mengerjakan kegiatannya seperti memasak dan menyiapkan meja makan serta bersih – bersih rumah tidak kalah kaget mendapati yura yang tengah melangkah masuk dengan badan yang sudah dipenuhi keringat padahal ini masih cukup pagi..

Yura hanya menjawab sapaan setiap orang yang menyapanya dengan nada datar kemudian segera memasuki kamarnya untuk membersihkan diri.

Setelah itu ia segera membuat sebuah teks dan melatih cara berbicaranya di depan cermin sebelum konferensi pers dimulai nanti siang. Dia harap dengan persiapan yang matang, setidaknya dia tidak akan terlalu membuat jeff merasa malu dihadapan publik.

Ia bertekat memperbaiki semuanya dimulai dari hari ini, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan ayahnya menanggung rasa malu karena dirinya dan berakhir dengan depresi dan mengakhiri hidupnya seperti kehidupan lalunya itu.

Kematian jeff di masa itu benar – benar memberikan pukulan dan rasa sakit yang tak terhingga untuk yura pada masa itu. Itulah awal kehancuran kehidupannya karena setelah jeff pergi, ibu dan saudari tirinya menunjukkan taring asli mereka.

Do you wanna Reset?Onde histórias criam vida. Descubra agora