"Apa dia mengatakan sesuatu tentang pelaku?" tanya detektif Sean serius.

"Dia hanya mengatakan sesuatu tentang sesuatu yang mengerikan. Bahwa manusia tidak akan melakukan hal seperti itu meskipun berhati kejam sekalipun." jawab Krystal.

"Apa dia mengatakan sesuatu yang lain?" tanya detektif Sean.

"Detektif, sebaiknya Anda mulai mencari pelaku di sekitar gudang perkapalan. Korban terakhir bekerja di sana. Shawn juga mengatakan tempat itulah awal mula segalanya." ujar Krystal menatap serius detektif Sean.

"Sebenarnya kami sudah memulai penyelidikan di tempat itu, dan juga beberapa tempat lain. Kami sudah menemukan beberapa suspect yang menjadi kemungkinan pelaku. Hanya saja kami butuh ciri-ciri lebih lanjut dari saksi." balas detektif Sean.

"Tinggi. Pria itu bertubuh tinggi." ujar Krystal dengan yakin.

"Benarkah? Shawn yang mengatakannya padamu?" tanya detektif Sean.

"Emosi yang ditampilkannya mengatakan seperti itu." jawab Krystal ambigu.

Detektif Sean menatap Krystal dengan wajah rumit.

"Apa kau akan pulang sekarang?" tanya detektif Sean hati-hati.

"Iya. Apa ada yang ingin kau tanyakan lagi?" balas Krystal.

"Sepertinya kita harus bertemu dan membicarakan hal ini lebih lanjut. Apa tidak masalah kalau aku menjadwalkannya untukmu Dokter?" tanya detektif Sean.

"Baiklah. Aku akan memberikan jadwalku padamu." jawab Krystal ringan.

"Aku mengerti. Aku harus mengambil keterangan dari Shawn sekarang. Emosinya sedang stabil kan?" ujar detektif Sean.

"Ya dia sedang stabil. Tapi hati-hati untuk menanyakan hal sensitif. Bawa Dokter Doughlas masuk bersamamu." Jawab Krystal.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan meminta beberapa orangku mengantarkanmu sampai rumah." ujar detektif Sean.

"Ah tidak perlu. Pengawal ayahku sudah cukup. Aku permisi dulu." tolak Krystal sebelum melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

"Dia bukan wanita biasa." gumam detektif Sean yang memperhatikan punggung Krystal dari belakang. Bagaimana cara gadis itu berjalan dengan penuh percaya diri, tanpa ada sedikitpun keraguan di langkahnya. Bahkan binar ketakutan meskipun melihat kasus berbahaya yang sedang ia ungkap sekarang.

"Bahkan memiliki pengawal pribadi." tambah detektif Sean lagi sebelum kembali melanjutkan langkahnya memasuki rumah sakit.

***

Krystal memasuki jalan dengan hutan di sekelilingnya. Ia memang sengaja melakukan ini. Bahkan sudah meminta seluruh pengawal yang menjaganya baik dari dekat maupun dari kejauhan untuk segera menyingkir dan mematikan segala akses untuk menemukannya. Ia berdalih sudah dijaga oleh orang suruhan detektif Sean. Padahal nyatanya tidak seperti itu.

Krystal hanya ingin memastikan sesuatu. Ia sengaja menggunakan dirinya sendiri sebagai umpan.

Hutan di sekeliling Krystal begitu gelap dan pekat. Hanya ada satu penerangan jalan di sini. Bahkan jalanan yang ia lalui bukanlah jalan yang bagus. Jalanan ini hanya jalan tua yang sudah berlubang di setiap sisinya.

Berjalan sendirian di tempat seperti ini hanya akan dilakukan oleh orang yang yakin memiliki banyak nyawa. Sedangkan Krystal? Gadis itu hanya nekat melakukan ini dengan satu keyakinan yang ia miliki.

Saat angin menerpa tubuh Krystal, gadis itu merasakan sebuah perasaan yang mengarah pada satu hal. Sebuah bahaya yang mengancam. Bahaya yang tidak akan segan menghabisi nyawanya. Tengkuknya meremang dengan jantung yang mulai berdebar.

Krystal mencoba untuk menguatkan mentalnya dan kembali berjalan dengan tenang. Namun tangan gadis itu meraih ponsel di tasnya dan mulai menghidupkan benda itu. Tapi seperti sedang tertimpa sial, ponsel yang ia ambil justru kehabisan daya. Krystal hanya kembali menatap ke arah depan dengan wajah tenang. Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

Jalanan yang memiliki medan sulit dan cahaya minim membuat tubuh Krystal mulai kelelahan. Gadis itu berhenti untuk mengambil napas. Ia melihat ke sekeliling, dimana hanya ada pohon-pohon tinggi menjulang dan suara lolongan anjing malam yang terdengar. Atau mungkinkah itu lolongan serigala? Entahlah.

Krystal melepas high heels-nya dan melihat tumitnya sudah lecet. Ia meringis merasakan perih di sana. Seharusnya ia memiliki persiapan sebelum melakukan ini, bukannya langsung pergi tanpa persiapan seperti ini. Sekarang bahkan jika ada bahaya datang padanya, ia tidak yakin bisa lari dengan benar.

Krystal menelan ludah dan menatap sekelilingnya dengan perasaan waspada. Ia sangat yakin ada sesuatu yang sedang mengintainya. Bisa jadi pembunuh yang sedang berkeliaran?

"Keluarlah." ujar Krystal tegas. Ia kembali menatap sekeliling dengan perasaan waspada.

"Aku tau kau melihatku. Kakiku sudah sakit, aku tidak bisa berjalan lagi." kembali Krystal mengucapkannya dengan tegas.

Kali ini Krystal melihat sesuatu. Seseorang muncul dari kegelapan. Seseorang bertubuh tinggi yang berjalan dari balik hutan di depannya. Mengenakan mantel panjang, berjalan ke arahnya dengan langkah pasti.

[Sebagian chapter telah dihapus. Baca kelengkapan ceritanya hanya di ebook yang tersedia di Google Play.
Link pembelian ada di bio profil author.
Yuk baca kelengkapannya sekaligus support author untuk terus berkarya 😊]

The Owner of The Psychopath (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora