10. Kak Aaron Ngambekan!

6.6K 465 5
                                    

....................................................................

"Adek jadi masuk ke SMA yang sama kayak kak Aaron?" Tanya Abigail memulai topik pembicaraan mereka.

"Iya Ayah, aku kan ikut kelas akselerasi biar bisa satu sekolah sama kakak." Jawab Zaya yang sedang berbaring di karpet bulu ruang keluarga.

'Tapi boong! Pal pale pal pale~' Lanjutnya dalam hati.

Aaron yang memang juga berbaring di samping kanan Zaya pun, terharu mendengar jawaban sang adik.

Malang sekali dirimu wahai saudara Aaron.

"Sayang adek." Ucap Aaron tiba-tiba mengecup pipi kanan Zaya.

Zaya tentu saja terkejut akan tindakan sang kakak yang tiba-tiba. Namun setelah ia tersadar pipi kanan nya telah di nodai -lagi oleh kakak nya itu, tanpa basa basi Zaya langsung bangun dari acara berbaring nya dan beranjak menjambak rambut tebal keemasan sang kakak.

"Ih! Ngapain cium-cium adek?!" Murka Zaya tambah mengeratkan jambakan nya.

"AAH! ADUH SAKIT ADEK, AMPUN DEK!!" Teriak Aaron merasa sakit pada kepalanya.

Rasanya seperti kepalanya akan terlepas dari tubuhnya, sangat sakit!

"Rasain! Siapa suruh main cium-cium pipi adek." Kesal Zaya seraya melepaskan jambakan nya dari rambut kakaknya.

"Ssshh, ya maaf dek. Biasanya juga kakak sering cium pipi adek." Ringis Aaron mengelus bekas jambakan sang adik.

"Itu kan waktu adek masih kecil, sekarang udah gede jadi gak boleh cium-cium lagi." Ujar Zaya tak acuh.

"Apaan? Umur 11 tahun mah masih kecil dek."

"Udah besar ya! Bentar lagi adek umur 12 tahun tuh."

"Kakak umur 12 tahun juga masih sering di cium sama mama kok."

"Kalau sama mama bahkan sama ayah mah, sampai adek nikah juga tetap adek bolehin lah!"

"Kok gitu?! Gak adil lah kalau gitu, kakak kan keluarga kamu juga!"

"Adil dong, kan terserah adek."

"Dih!"

Merasa jika dirinya tak bisa membalas ucapan adiknya, Aaron langsung saja membalikan tubuhnya ke arah kanan dan membelakangi Zaya.

"Hayo, kakak nya ngambek." Sahut Abigail yang sedari tadi hanya menonton kedua anaknya beradu mulut.

"Laki-laki kok ngambekan." Ujar Zaya tak acuh melanjutkan acara menonton TV.

"Hiks!"

"Eh?!" Kaget Zaya serta Abigail yang mendengar suara itu.

Zaya dan Abigail saling menatap satu sama lain, lalu bersamaan melihat kearah Aaron di samping kanan Zaya.

"HAHAHAHA!" Pecah sudah tawa mereka saat menyadari jika Aaron lah asal suara itu berasal.

Aaron yang mengetahui mereka menertawakan dirinya, tanpa bisa di tahan lagi tangisannya bertambah deras.

Berusaha untuk menghentikan tawa mereka, keduanya kini beralih ke acara -mari membujuk bayi besar menangis-.

"Kak~ maafin adek ya, gak bermaksud kok bilang gitu." Bujuk Zaya pada sang kakak.

The end of everything | Transmigration AzaWhere stories live. Discover now