BAGIAN LAPAN BELAS

Mulai dari awal
                                    

"Di kamar yang gak ada kamu, Celvin, Varren sama Cleo!" Tegas Alya.

Mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa?"

"Karena kalian brengsek!"

Tak merasa tersinggung dengan kalimat Alya. Devan mengakui jika mereka memang brengsek! Terutama jika menyangku tentang gadis mereka, Alya.

"AAAA! Devan sialaaan! Turunin akuuuu!" Teriak Alya menggelegar kala Devan mengangkat tubuhnya seperti karung beras menaiki tangga, seolah dibahnya tidak ada beban sama sekali.

"DEVAAAAN!" Suara Alya tenggelam dibalik pintu yang ditutup rapat oleh Devan. Membuat Alya tak dapat bernafas, tolong! Siapapun keluarkan Alya dalam kondisi yang akan merugikan dirinya ini.

"Buka baju kamu!"

"A-apa?" Benar kan Alya bilang! Ini adalah kondisi yang sangat tidak menguntungkan untuk Alya, namun berbanding terbalik dengan Devan.

Terkekeh melihat wajah syok gadisnya yang terlihat sangat menggemaskan. Devan segera melangkah ke arah lemari, mengambil satu kaos oblong miliknya yang berwarna putih.

"Ganti baju, kamu gak malu keluyuran pake baju yang kancingnya udah terlepas itu?" Tunjuk Devan pada kemeja  yang dikenakan oleh Alya, dimana kemeja tersebut sudah kehilangan dua kacing teratasnya akibat ulah Varren.

Oh astaga! Kenapa Alya baru saja menyadarinya?! Bagaimana dengan bodohnya Alya memperlihatkan tubuhnya pada pemuda ini cuma-cuma! Ah sial! Alya sangat malu sekarang.

Melarikan diri, Alya segera memakai kaos milik Devan didalam kamar mandi. Setelahnya ia keluar dengan baju kebesaran tersebut yang menutupi lututnya.

Terlihat lucu dimata Devan.

"Ayo tidur" tepuk Devan pada bagian sampingnya, menopang kepala dengan tangan kanan yang menatap Alya yang masih terdiam.

"Mau gue paksa dulu, atau nurut?"

Menggerutu. Alya segera melangkah mendekati kasur, menidurkan tubuhnya disamping Devan menyamping, membelakangi laki-laki itu. Dimana dengan lembut, lengan Devan menarik Alya untuk lebih merapat pada tubuhnya.

"Gini aja, nyaman" gumam Devan menyembunyikan wajahnya dibalik  ceruk leher sang gadis.

"Devan aku risih!" Kesal Alya tak nyaman kala nafas hangat berbau mint milik Devan menyapu tengkuknya.

"Tidur atau aku berubah pikiran, dan menikmati kamu!"

Alya tahu maksud ucapan itu, maka dengan terpaksa Alya mulai memejamkan matanya.

•••

Tersenyum kecil kala kakinya menapak kejalanan kota Amerika. Alya sangat bahagia, setelah sekian lama dikurung layaknya tawanan. Akhirnya Alya bisa keluar tanpa pengawasan pengawal dari empat pemuda itu.

Sedangkan empat pemuda yang mengikutinya sedari tadi dari belakang hanya tersenyum simpul, senang karena gadis mereka dapat tersenyum tanpa beban seperti sekarang.

"Mau es krim?" Tanya Cleo dengan tangan besarnya yang mengusap Surai sang gadis. Dimana Alya mulai mendongak, mengingat tinggi badannya sangat jauh dengan Cleo dan tiga pemuda lainnya.

Obsesi Devil'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang