SEBELAS

52 32 37
                                    

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
┊ ┊ ┊ ┊ ┊ ┊
┊ ┊ ┊ ┊ ˚✩ ⋆。˚ ✩
┊ ┊ ┊ ✫
┊ ┊ ︎✧             🎧 ˗ˏˋ ꒰𝘈𝘓𝘖𝘙𝘈꒱ ˎˊ- ✩
┊ ┊ ✯                       ᵃˡᵗᵉᶻᶻᵃ ᶻᵉᵒʳᵃ
┊ . ˚ ˚✩

∘₊✧──────✧₊∘

Zeora.

Gue mengerjapkan mata beberapa kali, sebelum akhirnya penglihatan gue menjadi jelas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gue mengerjapkan mata beberapa kali, sebelum akhirnya penglihatan gue menjadi jelas.

Gue merasa ada hal yang aneh. Ini bukan kamar gue. Kalau dilihat lihat lumayan juga sih ini kamar. Eh, tunggu, gue ngapain sih malah bahas kamarnya.

Sumpah ini gue dimana, cok.

Gue merotasikan bola mata kesegala arah, berharap ada barang atau sesuatu yang membuat gue tau dimana gue sekarang.

Hingga akhirnya tatapan gue jatuh pada bingkai foto yang besar. Semacam foto keluarga?

Gue berjalan mendekati foto itu. Disana ada Altezza, Gara, Gibran, Hanif, Varel dan Zevano. Gue mengerutkan kening. Sebenarnya ini foto buat apa sih?

Tak hanya anggota inti Andromeda saja yang ada digambar. Disana juga terpampang jelas wajah anggota Andromeda yang lainnya, meski gue juga gak yakin.

Oh iya, gue tiba-tiba kepikiran tentang semalam. Apa yang terjadi saat gue pingsan? Bagaimana dengan keadaan Andromeda saat itu?

Tok..tok..tok

Gue segera menoleh ke arah pintu bernuansa hitam putih itu. Disana berdiri Hanif, ia terkejut lalu tersenyum tipis. Pria itu berjalan menghampiri gue. "Udah sadar, Ze?" Tanyanya.

Ini orang gak liat apa gimana ya? Jelas jelas gue udah berdiri dihadapannya, masih aja nanya 'udah sadar?' gak sekalian udah makan? Ah anjir lah.

"Belom, gue arwahnya." Jawab gue dan hanya dibalas kekehan dari Hanif.

"Kebawah yok yang lain udah nungguin Lo." Hanif membelakangi gue dan berjalan menjauh.

"Tunggu," ucap gue yang membuat pria berjaket Andromeda itu terhenti.

"Tenang aja, dibawah Lo tinggal makan. Gak usah masak." Jelas Hanif, meski itu bukanlah penjelasan yang pengen gue dengar.

"Apa yang terjadi semalam?" Tanya gue mengalihkan pembicaraan. Gue menatap Hanif yang tiba-tiba menunjukkan ekspresi dingin namun sangat jelas jika disana ada raut ketakutan.

Semalam~

Flashback on..

Altezza berlari secepat kilat menghampiri Zeora. Gadis itu berada di pelukan pria berbaju hitam. Sesampainya dihadapan keduanya Altezza segera memberikan pukulan bertubi-tubi tepat pada wajah pria itu.

𝐀 𝐋 𝐎 𝐑 𝐀Where stories live. Discover now