DELAPAN

101 56 29
                                    

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
┊ ┊ ┊ ┊ ┊ ┊
┊ ┊ ┊ ┊ ˚✩ ⋆。˚ ✩
┊ ┊ ┊ ✫
┊ ┊ ︎✧             🎧 ˗ˏˋ ꒰𝘈𝘓𝘖𝘙𝘈꒱ ˎˊ- ✩
┊ ┊ ✯                       ᵃˡᵗᵉᶻᶻᵃ ᶻᵉᵒʳᵃ
┊ . ˚ ˚✩

∘₊✧──────✧₊∘

Altezza.

Hari ini kelas gue bakal latih basket seperti Minggu sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini kelas gue bakal latih basket seperti Minggu sebelumnya.

Oh iya, gue lupa jelasin, gue, Gibran, Hanif, Zevano, dan Varel satu kelas. Hanya Gara yang beda kelas. Dia sekelas dengan Zeora-adek dari Zevano.

Bingung? Yauda sih, gue bodoamat. Yang penting gue udah ngasih tau.

"Ke ruang ganti, yoo." Ajak Varel membawa baju gantinya. Dia menepuk pundak gue lalu berjalan lebih dulu. Disusul Andromeda yang lain.

Didalam ruang ganti para Andromeda mulai melakukan kegiatan rutin, yaitu gibah atau lebih dikenal dengan bergosip.

Gue bahkan gak habis pikir dengan mereka. Padahal Andromeda cowo loh.COWOK, Aelah gimana sih? Cowo kok bermulut cewe.

"Ntar kita main basket sambil di nilai sama pak Jino." Jelas Hanif memulai pembicaraan. Dia membuka baju hingga memperlihatkan badan sixpack nya. Lalu menggantinya dengan baju basket.

Gibran hanya mengangguk. Ia fokus mengganti pakaian.

"Gue sih gak peduli. Yang penting para ciwi nontonin kita." Varel menyugar rambutnya kebelakang. Biasalah playboy. Cari perhatian dulu yekan.

Gue menyentil kepala pria itu. "Buaya Lo."

"Weh, si anak mamah main sentil ae. Kalo rusak, tanggung jawab." Ucap Varel menjaga jarak dari gue. Dia bahkan bersembunyi di belakang Zevano yang belum menggunakan baju.

"Gue anak bunda bukan anak mamah." Ralat gue saat Varel menyebut kata 'mamah'.

Pria itu malah menjulurkan lidah mengejek. "Iyain deh, anak bunda." Balasnya tersenyum di sebelah Zevano.

Gue berusaha menghiraukan suara Varel. Kalo di lanjutin gak bakal selesai sampe taun depan.

Gue menoleh ke arah Zevano. Sedari tadi pria itu tak mengatakan apapun. "Lo sakit, Van?"

Zevano tersentak lalu menggelengkan kepala. "Gue gapapa." Balasnya tanpa tenaga.

Hanif ikut duduk disebelah Zevano. "Lo mesti belum kebiasaan sekolah kan? Biasanya Lo sering bolos."

Gue mengiyakan ucapan Hanif, ada benarnya sih. Gue berjalan ke meja yang terdapat air mineral. Gue mengambil satu lalu memberikannya pada Zevano.

Pria itu mengangguk lalu menepuk keras pundak Hanif dan gue sambil tersenyum. "Perhatian banget sih, kalian." Ucapnya lalu menerima air mineral itu.

𝐀 𝐋 𝐎 𝐑 𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang