51

864 120 81
                                    

Mepet tengah malem ya?

Pembaca dipersilakan memaki Sunny sepuasnya ( )

◤━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━◥

"Eh, bukannya ini pena yang dulu aku pungut? Ternyata benar kamu yang buat, ya."

(Name) mengambil benda berbahan logam itu dari atas meja, meneliti setiap sisinya. Tidak terlihat sedikit pun perbedaan dari yang terakhir kali dia lihat, seperti belum pernah disentuh lagi.

"Sudah kubilang, kau bisa membuang sampah itu. Tapi malah kau kembalikan padaku."

(Name) menoleh. Di seberang meja diisi oleh Tadashi, yang sejak detik pertama jam istirahat memilih mendekam di perpustakaan, mengutak-utik suatu barang.

"Terus kenapa nggak kamu buang sendiri? Kan sudah aku kasih ke kamu, tuh."

Tidak ada jawaban. Tadashi malah menghindari tatapan (Name). Lantas melebarkan seringai di wajah gadis tersebut.

"Sudah kuduga, kamu juga nggak bisa buang alat ciptaanmu sendiri, 'kan? Sudah capek-capek dibuat, masa dibuang begitu mudahnya."

"Aku tidak bilang begitu." Tadashi mendengus. "Orang sepertimu selalu sok tahu."

"Apa maksudmu 'orang sepertiku'?!"

Laki-laki itu mengangkat bahu acuh tak acuh.

"Cihh, seenggaknya aku tahu ini alat yang bagus, meski aku nggak tahu kegunaannya," cibir (Name) jujur. "Memangnya pena ini buat apa, sih?"

Hening beberapa detik. Lalu Tadashi putuskan untuk meladeni saja pertanyaan (Name). Toh, ocehan gadis itu tidak akan berhenti sekalipun diabaikan.

"Alat untuk mengidentifikasi Quirk," ungkapnya masih tak berminat, bahkan tanpa melirik lawan bicaranya. "Sampah itu baru bentuk prototype-nya saja, sekarang sudah berhenti kulanjutkan."

"Loh, itu kan keren?! Keterlaluan kalau harta karun ini harus dibuang! Mending buat aku aja!" seru (Name) membelalakkan mata.

"Berisik."

Reaksi yang kelewat antusias itu sampai membuat telinga Tadashi berdenging. Dia mengernyit menyaksikan tingkah (Name) yang layaknya satwa liar lepas dari kandang.

Yah, dibanding mengomentari alat aneh atau apalah itu yang tengah dikerjai Tadashi, (Name) memang lebih tertarik mengagumi fungsi pena di tangannya. Ke-kepo-annya pun belum berhenti sampai di sana.

"Kukira ini alat untuk mengintai atau semacamnya. Bentuknya mencurigakan sih, ada lensa kameranya pula. Aku saja sempat curiga kamu penguntit cabul– bukan, malah kukira mata-mata, hehe."

"Sayangnya kegunaannya mirip seperti itu." Tadashi tidak berniat membantah, asumsi (Name) benar setengahnya.

Si pemilik baru pena tersebut pun berganti menatap Tadashi penuh tanda tanya.

"Lalu kenapa berhenti? Alat seberguna ini! Bisa banget dijual ke pihak Pro Hero atau diselundupkan ke markas penjahat, bakal membantu banget, 'kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐓𝐈𝐌𝐄  ||  𝐁𝐍𝐇𝐀 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang