35

1.7K 256 92
                                    


◤━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━◥


Ini sudah kesekian harinya aku dan teman-teman berlatih mengembangkan jurus pamungkas, tanpa hari libur. Kami memakai semua waktu yang tersisa sebelum memasuki semester baru ini dengan mempersiapkan diri mengikuti Ujian Lisensi Sementara di pekan depan.

Padahal ini masih termasuk liburan musim panas, loh. Pemusatan Latihan di hutan kemarin dibatalkan sebelum waktunya, jadi kami melanjutkan latihannya di sekolah. Makanya gedung sekolah sepi banget, cuma diisi anak-anak Jurusan Pahlawan, sementara murid jurusan lain sibuk rebahan di asrama. Enak kali memang.

"Pertahananmu masih kurang, Mikazuki!"

Latihanku saat ini adalah melawan tiga klon Ectoplasm sekaligus. Sambil bertarung jarang dekat, aku juga diminta menembakkan Black Hole pada bongkahan batu yang dilemparkan Ectoplasm juga meminimalisir kerusakan di sekitar, dengan tujuan agar aku bisa membagi fokusku pada banyak hal.

Kata klonnya Ectoplasm kemampuan ini bakal dibutuhkan banget buat lulus ujian nanti.

Napasku terengah-engah. Keringat sudah membanjiri sekujur tubuhku. Mempertahankan Black Hole supaya ukurannya tidak terlalu kecil saja sudah membuatku kelimpungan. Tapi setidaknya dampak tekanan pada tanganku tak terlalu terasa berkat gauntlet yang baru dikirim pagi tadi.

Woosh~! Bugh!

Aku menembakkan Black Hole terakhir pada batu yang ukurannya jauh lebih besar dari tubuhku, lalu melayangkan tendangan penghabisan pada tubuh klon Ectoplasm hingga tewas, –maksudnya menghilang.

"Hahh.. hah.. hah..." Sambil ngos-ngosan, aku sedikit berteriak pada Ectoplasm yang asli di bawah sana, "Klonnya sudah habis, Sensei! Apa lagi yang harus kulakukan?"

Ectoplasm yang asli menoleh. "Oh, itu sudah klon yang ke 78, ya? Kalau begitu istirahat dulu lima menit, setelah itu akan kutambah 2 klon lagi."

Sesudah mengangguk, aku melompat turun ke area bawah. Kebetulan di bawahku itu ada Kaminari dan Kirishima, aku penasaran mereka lagi ngerumpiin apa.

"Kalian juga dapat item baru ya, Kirishima, Kaminari? Kok tambah keren!?"

Si Kaminari nengok, membenarkan kacamatanya sekalian memperlihatkan item baru di pergelangan tangannya. "Hehe, iya, dong!"

"Aku sendiri tak menyangka hasilnya bakal sebagus ini. Berkat desain Hatsume, sih," sahut Kirishima.

"Oohh, iya, kelihatan kok. Eh, Kaminari, kacamatanya kupinjam bentar, ya." Aku mengambil kacamata biru di kepala Kaminari, lalu memakainya di wajahku sendiri. "Wow, keren. Jadi biru semua."

"Heh, balikin! Cuma aku yang boleh pakai." Kaminari mengambil kembali kacamatanya.

"Kenapa begitu? Takut tersaingi ya gantengnya? Yah, mau gimana lagi, aku memang ganteng dan cantik secara bersamaan," ucapku percaya diri.

"Kamu aneh ya, (Name)."

Mendengar itu aku beralih menatap kirishima dengan bingung. Tidak protes sih, sudah banyak yang menganggapku aneh, dan aku sendiri juga tahu soal itu. Tapi maksudnya dia aneh yang mana? Keanehanku kan beragam.

"Maksudku, selama ini kamu selalu terlihat jantan, tapi punya sisi manis juga. Aku jadi bingung sebenarnya kamu ini cewek tulen atau bagaimana."

Yang kayak begitu masih dipertanyakan? Kan sudah kelihatan luar-dalam kalau aku ini cewek tulen!

"Memangnya kamu tidak lihat aku pakai rok ke sekolah? Apa yang masih kamu ragukan?"

"Itu, ada beberapa sebenarnya."

𝐓𝐈𝐌𝐄  ||  𝐁𝐍𝐇𝐀 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Where stories live. Discover now