Memilih jalan untuk menjadi pahlawan membutuhkan tekad yang kuat. Bagaimana jika di tengah perjalanan malah dihadapkan oleh rintangan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya?
Bagi gadis remaja biasa seperti Mikazuki (Name), nilai ujian di bawah KKM s...
اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
Itu siapanya Hawks?! ( ﾟヮﾟ)
◤━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━◥
(Name) POV
"Oh, (Name). Ayo masuk."
Jiro membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk ke kamarnya. Di dalam sana sudah ada Mina, Tsuyu-chan, Ochako yang sibuk memakai aksesoris dibantu Toru, juga Yaomomo yang masih memilih pakaian di atas kasur.
Aku melepas sandal dan ikut bergabung dengan mereka. "Kok Jiro belum ganti baju?" tanyaku.
"Jiro-san seleranya agak berbeda, dia maunya model yang tidak terlalu terbuka." Yaomomo mengeluarkan dua lembar pakaian lagi dari dalam koper. "(Name)-san bagaimana? Itu dress yang di tanganmu kok belum dipakai?"
Aku menggaruk kepala kikuk. "Ehehe, sebenarnya aku mau numpang ganti baju di tempat kalian."
"Silahkan saja! Tapi, kenapa tidak di kamarmu saja, (Name)-chan?" Toru bertanya.
"Aku nggak nyaman keluar hotel langsung pakai baju kurang bahan begini, pengennya bareng yang lain juga biar nggak malu sendirian."
Tsuyu-chan terkikik kecil. "(Name)-chan bisa malu juga, ya."
Ya bisalah, Maemumah. Kan manusia.
Tanpa banyak cincong, aku langsung nyelonong masuk ke kamar mandi, mulai berganti baju.
Bisa dibilang, dress hitam tanpa lengan yang kupinjam dari Kaa-san ini nggak terlalu terbuka dengan model celana wide leg berbahan polyester sepanjang mata kaki. Model yang sedikit kuno tapi nyaman dipakai, kecuali bagian atasnya. Mungkin aku otw masuk angin karena nggak biasa memakai pakaian pendek tanpa jaket.
"(Name), jangan lama-lama. Aku juga mau ganti ba— wanjir! Cepat sekali kau! Bikin kaget saja."
Belum ada 3 detik Jiro mengetuk pintu kamar mandi, aku langsung mendobrak pintu itu sambil nyengir lebar. "Hehe, maaf. Tuh, pakai aja, anggap seperti di kamar sendiri."
"Ini memang kamarku, bodoh."
Aku melangkah ke depan meja rias yang mana sudah diisi oleh berbagai macam alat kosmetik –entah apa saja namanya, tapi sering kulihat di yutub.
"Woah, apa kita bakal pakai makeup?! Boleh kucoba??" Aku mengambil sebuah kuas fluffy yang sepertinya dipakai untuk blush on, lalu mengusapnya asal di pipi.
