Bab 25

14K 711 17
                                    

Sudah satu bulan ini Angkasa menjemput Rainy sepulang bekerja. Menunggu perempuan itu dengan sabar- keluar dari toko tempat dimana perempuan itu mencari nafkah.

Angkasa selalu datang lebih awal sebelum jam kepulangan Rainy. Mengabaikan beberapa pekerjaan yang belum rampung, Angkasa memilih mendahulukan Rainy di atas segalanya. Meskipun Angkasa harus berakhir lembur di kantor atau di rumah sampai dini hari karena pekerjaan yang terbengkalai. Hal itu tidak menjadi soal baginya. Yang terpenting sekarang ia harus bisa meluluhkan hati wanitanya.

Bahkan Bagas ikut dipusingkan mengatur ulang jadwal Angkasa. Rapat direksi dan ketemu klien dimana jam yang semestinya berada di jam kerja harus diubah menyesuaikan waktu luang Angkasa. Meskipun Bagas harus beberapa kali kena amukan dari orang-orang penting namun Bagas berusaha maklum. Bos kesayangannya sedang merasakan indahnya jatuh cinta dimana logika bisa hilang karena urusan asmara.

Namun sayangnya usaha Angkasa selalu berakhir dengan penolakan yang dilakukan Rainy. Rainy tidak ingin berakhir dalam satu mobil dengan Angkasa. Itulah alasannya. Rainy merasa tidak nyaman dan lebih tepatnya ia takut hatinya akan goyah.

Rainy tidak menampik, jika setitik cinta untuk Angkasa itu memang masih ada. Namun ia hanya akan membuat cinta itu kerdil. Dia tidak ingin menumbuhkan cinta itu kembali dengan memupuknya lewat kegigihan Angkasa meluluhkan hatinya kembali. Rainy tidak ingin mengkhianati putrinya. Mencintai seseorang yang nyatanya ikut andil besar dalam kematian sang putri.

Meskipun mendapat penolakan terus menerus, semangat Angkasa tidak pernah surut. Angkasa akan mengekori bus yang ditumpangi Rainy dengan mobilnya. Angkasa akan memastikan wanitanya pulang dalam keadaan selamat sampai di rumah.

Setelahnya Angkasa akan memberi Rainy satu buket bunga dan paper bag yang berisi makanan agar perempuan itu tidak melewatkan jam makan malamnya. Begitu setiap hari yang dilakukan Angkasa selama satu bulan ini.

"Gas, sudah kamu taruh pesanan saya di mobil?" Kali ini Angkasa memesan satu buket mawar merah dan sekotak sushi untuk makan malam Rainy. Pria itu bergegas melepas jasnya dan menggulung kemejanya sampai ke siku. Jam kerja Angkasa sudah berakhir hari ini, saatnya untuk menjemput Rainy pulang bekerja.

"Sudah pak. Sudah saya siapkan di mobil. Tapi... ada tamu untuk bapak yang menunggu diluar" Bagas menyeret kalimat terakhirnya seakan ragu-ragu. Bagas bingung harus menolak atau menerima kedatangan tamu perempuan ini. Karena setahu Bagas dahulu perempuan ini pernah mengisi hari-hari Angkasa meskipun berakhir dengan perpisahan.

Alis Angkasa terangkat satu. Harusnya Bagas tahu jika jam-jam sekarang ini adalah jam-jam dimana Angkasa tidak bisa diganggu, bahkan dewan direksi sekalipun mau tak mau harus ikut memakluminya.

"Bukannya aku sudah bilang untuk tidak menerima tamu. Aku buru-buru, suruh tamu itu datang lagi nanti" Putus Angkasa tak mau tahu. Bahkan ia tidak repot-repot bertanya siapa tamu yang sedang menunggunya.

Tamu perempuan itu mendorong pintu ruang kerja Angkasa secara paksa, meskipun sekretaris Angkasa sudah melarangnya dengan keras. Namun tamu perempuan itu memaksa dan mendorong sekertaris Angkasa sampai terjatuh terjerembab ke lantai.

Suara daun pintu yang beradu dengan suara partisi ruangan terdengar sangat nyaring di gendang telinga. Sontak semua penghuni ruangan menoleh ke arah sumber suara.

"Tega sekali kamu mas" Suara Julia terdengar dalam, sarat dengan rasa sakit hati yang Angkasa dapat baca dari netra perempuan itu. Wajahnya penuh dengan jejak-jejak air mata yang telah mengering karena tersapu angin.

"Dimana letak kekuranganku sampai kamu lebih memilih perempuan jahat itu?" Suaranya bergetar tanda kalau ia sudah menahan rasa sakit hatinya terlalu lama.

Julia sebenarnya tahu jika Angkasa kembali mencintai mantan istrinya. Namun dahulu ia pura-pura buta dan tuli, seolah menolak kenyataan yang sudah terlihat di depan mata. Hatinya tidak terima jika Angkasa mengabaikannya setelah dua tahun mereka dekat dan berbagi hati.

Bagas dan sekretaris Angkasa yang melihat pertengkaran bosnya dengan mantan tunangannya memilih keluar ruangan. Tidak etis rasanya menjadikan pertengkaran itu sebagai tontonan.

"Aku yang menemanimu saat mantan istrimu itu mendekam dipenjara karena ingin mencelakaimu..." harusnya Angaksa ingat. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar.

"Aku mengikhlaskan pertunangan kita yang gagal karena ulahnya" Jangan lupakan hal memalukan yang dilakukan Rainy kepada Angkasa. Bahkan Julia harus memupus impiannya untuk bersanding dengan Angkasa.

Julia buknanya tidak marah kepada Rainy. Dia hanya berusaha untuk menahan diri. Julia sadar jika ia melukai Rainy maka akan berakhir dengan Angkasa yang akan pergi dari sisinya.

"Aku bahkan berusaha untuk mulai merajut kembali hubungan kita agar kembali utuh seperti dulu meskipun aku mencintai sendirian di hubungan ini" Tangis Julia pecah karena merasa Angkasa mencampakkannya. Dengan tega membuang perempuan sebaik dia dan memilih wanita jahat bernama Rainy.

"Apa yang membuat kamu bisa jatuh cinta kepada perempuan jahat itu mas? Katakan padaku, aku akan menjadi seperti dirinya agar kamu bisa mencintaiku sama besarnya seperti perempuan ular itu" Amarah Julia meledak. Bahkan perempuan yang biasanya selalu bersikap bijak dan dewasa dalam menghadapi masalah di hidupnya, kini menjadi perempuan yang dibutakan cemburu karena prianya memilih perempuan lain.

Angkasa tahu jika ia menjadi pria jahat karena telah melukai hati perempuan sebaik Julia. Harusnya ia tidak membuka hati jika memang tidak ada cinta untuk Julia.

Dahulu, Angkasa hanya tidak ingin kehilangan sahabat baiknya. Namun keputusannya justru malah melukai Julia semakin dalam.

Si satu sisi, Angkasa juga tidak suka jika Julia menyalahkan Rainy karena kandasnya kisah cinta mereka. Semuanya terjadi karena murni ulah Angkasa.

"Jul.. tolong jangan salahkan Rainy karena penyebab gagalnya hubungan kita adalah aku bukan dia..." Bukan kalimat ini yang ingin Julia dengar. Bukan kalimat pembelaan untuk wanita ular itu.

"Aku seharusnya tidak menerima cintamu sejak awal agar kamu tidak terluka seperti ini. Aku terlalu bodoh jika bisa menipu hatiku dengan berpura-pura mencintaimu. Namun nyatanya aku tidak mampu Julia..." Harusnya Angkasa tidak boleh jujur seperti ini. Kejujuran Angkasa justru menabur garam di atas luka Julia.

"Salahkan aku semaumu, kamu boleh mukul aku atau menampar aku sesukamu sampai hatimu merasa lega..." pinta Angkasa untuk meredakan sedikit rasa kecewa di hati Julia.

"Apa yang bakal aku dapat jika aku melakukan itu kepadamu mas?" Julia memotong ucapan Angkasa.

"Tidak ada bukan" pertanyaan yang Julia lontarkan dijawab sendiri oleh perempuan itu karena ia tahu persis apa yang ada dipikiran Angkasa.

"Aku tetap akan kehilangan kamu dan perempuan jahat itu akan jadi pemenangnya. Jika aku menamparmu atau memukulmu itu hanya akan membuat rasa bersalahmu kepadaku menghilang bukan?"

"Itu memang tujuanmu bukan? Hidup bahagia dengan perempuan ular itu tanpa merasa bersalah karena telah melukaiku"

Julia tersenyum penuh arti menatap mata Angkasa dengan tatapan penuh kebencian "Aku ga ingin kalian hidup bahagia di atas rasa sakit hatiku. Aku ingin kalian tahu dan ikut merasakannya. Bagaimana menderitanya aku selama ini karena ulah kalian yang tak punya hati"

Julia memutar tubuh, meninggalkan ruangan Angkasa dengan berlari. Perempuan itu mengabaikan teriakan Angkasa yang berulang kali memanggil namanya. Julia sudah berada di titik putus asanya. Jika dia tidak bisa memiliki laki-laki yang dicintainya. Maka perempuan itu dan laki-laki itu juga tidak boleh bersama.

Update lebih cepat di KBM dan Karyakarsa (link ada di bio 🤗)

Angkasa Membenci Hujan (END)Where stories live. Discover now