Bab 8

15.9K 1K 34
                                    

Sudah dua minggu ini hidup Rainy tenang tanpa ada gangguan dari Angkasa. Ketenangan ini justru membuat Rainy was-was kalau-kalau Angkasa mempunyai rencana jahat baru untuk membuat dirinya menderita-lagi.

Tapi dia juga tidak merasa takut. Karena sejatinya luka akibat kehilangan Dandeleon menjadi luka yang meradang dan tidak bisa disembuhkan. Tidak masalah dia menerima luka baru dari Angkasa. Toh luka itu tidak akan berarti apa-apa untuk Rainy sekarang.

Hari ini rupanya dapur hotel cukup sibuk. Nanti malam akan ada acara besar. Pertunangan seorang Ceo dengan sahabatnya.

Rainy membantu menyiapkan round table dan bertugas memvacum karpet. Ballroom yang disewa cukup luas karena akan menampung 500 tamu undangan.

Orang-orang yang bertugas mendekorasi ballroom juga sudah datang. Panggung sudah dihias sedemikian rupa dengan mawar putih dan bunga lily.

Bahkan setiap round table di beri dekorasi anggrek bulan berwarna putih. Rupanya calon tunangan menginginkan konsep cinta suci. Mengingat dekorasi bunga berwarna putih yang mendominasi ruangan ballroom.

"Hai...." Rainy menoleh ketika ada suara seseorang laki-laki yang menyapa gendang telinganya.

"Hai..., Sadewa" Rainy mematikan vacuum cleanernya ketika Sadewa menyapanya saat ia sedang bekerja.

"Kamu kerja di sini?" Pertanyaan Sadewa hanya berupa basa-basi saja untuk memulai percakapan. Tentu saja Rainy bekerja di sini. Perempuan itu memakai seragam hotel dan memegang vacuum cleaner. Jadi tidak perlu di jawab bukan?

Tapi Rainy tetap saja mengangguk untuk menjawab pertanyaan retoris Sadewa "iya, aku bekerja di sini"

Laki-laki yang jauh lebih muda usianya di bawah Rainy itu mengulas senyum manis "Aku juga bertugas untuk mendekor ruangan ini. Baru saja selesai"

Rainy ber oh ria untuk menimpali ucapan Sadewa.

"Ngomong-ngomong aku boleh tahu nama kamu? Kita beberapa kali bertemu hanya kamu saja yang tahu namaku, sedangkan aku belum tahu namamu"

"Rainy, namaku Rainy Basheera" Sadewa mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Rainy.

"Tidak afdol berkenalan tapi tidak saling jabat tangan" Rainy akhirnya menjabat tangan Sadewa, tersenyum simpul membalas senyum Sadewa. "Sadewa. Namaku Sadewa" Rainy lekas melepaskan genggaman tangan Sadewa setelah laki-laki itu selesai menyebutkan namanya.

Arto- house keeper teman Rainy terlihat berjalan mendekati perempuan itu "Rain, kamu dipanggil HRD. Disuruh menghadap sekarang"

"Ada apa ya mas?" Rainy penasaran. Perasaan ia tidak membuat kesalahan. Kenapa sampai pihak HRD memanggilnya?

"Aku juga ga tahu Rain. Aku cuma disuruh menyampaikan ke kamu saja" Ucap Arto menjawab pertanyaan Rainy.

"Baik Mas Arto, terimakasih" Rainy lalu menoleh ke arah Sadewa. "Maaf Sadewa, Aku harus pergi sekarang" Rainy melangkah pergi namun suara Sadewa yang memanggil namanya membuat Rainy menoleh kembali ke arah laki-laki itu.

"Rain.... kapan-kapan kita ngobrol lagi ya. Kita bisa ngopi. Aku yang traktir" Ucap Sadewa yang diangguki oleh Rainy.

Rainy masuk ke ruangan HRD setelah kepala HRD mempersilahkannya masuk.

"Ada masalah apa ya pak? Kenapa saya dipanggil kemari?" Rainy bertanya sopan mengingat orang yang duduk di depannya ini adalah atasannya yang sudah berusia senja.

Pak Aryo- kepala HRD hotel nampak ragu-ragu ingin menjelaskan sesuatu kepada Rainy. Namun ia sendiri mempunyai kewajiban menyampaikan masalah ini.

"Rain, maaf sekali karena pihak hotel tidak bisa mempekerjakan kamu lagi" Aryo sendiri sebenarnya tidak tega melihat Rainy yang diperlakukan tidak adil seperti ini. Tapi laki-laki yang berusia di atas 50 tahun itu tidak bisa berbuat apa-apa.

"Boleh saya tahu alasannya pak?" Rainy memburu Pak Aryo. Ia tidak terima jika diberhentikan secara sepihak dengan alasannya yang tidak jelas. Rainy tidak mendapat keluhan dari para tamu hotel dan dia tidak membuat kesalahan apapun yang merugikan pihak hotel.

"Ini karena kamu mantan narapidana. Petinggi kita takut jika keberadaan kamu di sini merusak citra hotel"

"Bukanya sedari awal pihak hotel tahu jika saya mantan narapidana Pak? Jika dari awal takut merusak citra hotel kenapa saya diterima  bekerja disini? Kenapa tidak sejak awal saja saya ditolak?" Pertanyaan Rainy membuat Aryo bungkam seribu bahasa. Dia tidak mempunyai jawaban dari pertanyaan yang dilempar Rainy kepadanya.

"Maaf sekali Rain. Saya tidak bisa membelamu. Karena sejujurnya ini permintaan dari petinggi yang tidak bisa saya tolak"

Rainy menghela nafas dalam "Ya pak saya mengerti. Saya akan mengemasi barang saya dan angkat kaki dari sini" Rainy tahu posisi Pak Aryo terjepit. Jika Pak Aryo membela dirinya maka laki-laki senja itu akan kena getahnya. Bisa jadi ia yang dipecat dari pekerjaanya yang sekarang.

"Sekali lagi saya minta maaf Rain kalau saya membuat kamu kecewa" Pak Aryo orang yang tulus dan baik. Rainy cukup tahu apa yang dilakukan pak Aryo kepada dirinya tidak sesuai dengan batinnya. Lelaki senja itu pasti merasa bersalah.

Rainy mengemasi barang-barangnya. Tidak banyak, karena ia baru beberapa minggu bekerja di hotel ini. Tak lupa ia berpamitan dengan beberapa temannya yang sudah ia kenal.

Saat Rainy berjalan di lobby hotel, ia berpapasan dengan Angkasa. Angkasa berjalan melewatinya diikuti oleh kaki tangannya yang mengekor di belakang.

Angkasa tersenyum mengejek melihat Rainy yang  menenteng paper bag yang berisi barang-barang yang telah ia kemasi.

Rainy bisa menangkap jika pemecatan dirinya karena ulah dari Angkasa. Terlihat pak Aryo yang menyambut kedatangan Angkasa di lobby hotel.

Rupanya Angkasa sudah berani menginjak kaki Rainy. Tentu saja Rainy tidak akan tinggal diam. Dia sudah pernah berkata bukan, jika Angkasa menginjak kakinya maka ia akan menginjak leher Angkasa.

****

Rainy mengenakan gaun merah menyala. Dia menggunakan make up bold dengan lipstik semerah warna cabai.

Hari ini ia akan menunjukkan bagaimana ia akan menginjak leher Angkasa tanpa ampun karena telah berani mengusiknya.

Bukan hanya leher, hari ini target Rainy bisa menginjak kepala Angkasa.

Pria itu akan bertunangan dengan Julia malam ini. Rainy tahu dari papan ucapan yang berjajar di luar hotel saat ia angkat kaki dari sana.

Rainy menyusup masuk ke ballroom acara. Dia tahu celah hotel yang bisa ia gunakan untuk masuk. Ruangan ballroom tampak penuh dengan para tamu undangan.

Rainy menikmati pertunjukkan yang disuguhkan di acara pertunangan Angkasa dan Julia. Lagu 'Marry You' yang di nyanyikan artis ibu kota mengalun merdu menyapa rungu Rainy.

Setelah lagu itu usai, Angkasa muncul di depan panggung. Pria itu  nampak gagah mengenakan tuxedo berwarna hitam. Di depan Angkasa ada Julia yang berdiri mengenakan gaun berwarna gold yang terlihat kontras dengan dekorasi bunga yang mendominasi ruangan.

Baiklah 'show must go on' ucapnya mantap di dalam hati. Rainy berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan mendekati panggung yang ada di depan.

Pembawa acara meminta Angkasa dan Julia untuk saling bertukar cincin. Saat Angkasa akan menyematkan cincin tunangan ke jari manis Julia, tiba-tiba saja Rainy menyiram Angkasa dengan segelas moctail yang ada di tangannya.

Jangan lupakan tamparan yang keras dari tangan Rainy yang singgah di pipi Angkasa.

Tamu undangan yang tadinya riuh mendadak hening seketika. Bersamaan dengan senyum Julia yang sedari tadi mengembang menjadi pudar melihat Angkasa yang nampak berantakan.

"Tega sekali kamu mas! Kemarin malam kamu meniduriku dan sekarang kamu bertunangan dengan perempuan lain!" Ucap Rainy lantang menghapus title pria baik-baik yang selama ini Angkasa pegang.

Tamu undangan nampak tercengang, sampai-sampai menutup mulutnya karena terkejut. Air mata Julia luruh menghadapi rasa malu dari ucapan Rainy yang dilempar ke arah Angkasa.

Tidak masalah rainy terlihat hina karena harga dirinya sudah buruk oleh kelakuan Angkasa. Rainy tidak ingin jatuh ke dasar sendirian maka ia harus juga menyeret Angkasa ke lubang yang sama.

Angkasa Membenci Hujan (END)Where stories live. Discover now